"Aku bahagia. Karena Tuhan tak membiarkanku larut dalam kesedihan karena kepergianmu," seruku kepada Dimas. Dimas. Dia pria yang aku sayang. Pria yang baik hati dan penuh pengertian. Kita pernah bersama dalam waktu yang cukup lama. Namun ada satu hal yang membuat kita terpisah. "Karena cinta tahu ke mana harus pulang Zhe. Sama sepertiku sejauh apa pun aku berlari aku akan mencapai titik start yang sama. Tak bisa dipungkiri. Itu karena hatiku telah tertambat padamu Zhenita. Maafkan meninggalkanmu saat itu." Seru Dimas, dengan tatapan tajam penuh penyesalan.
"Tak apa Dim. Semua terjadi di luar dugaan kita. Terima kasih tidak pergi lama-lama. Terima kasih tetap berada di sisiku. Aku sangat menyayangimu. Jangan coba pergi untuk kedua kalinya." jelasku.
"Baik Zhenita. Akan ku bertahan semampuku." Seru Dimas sambil meraihku dan memelukku. Aku terisak di dalam pelukannya. Aku amat bahagia. Karena ia kembali pulang. Mulai saat itu kami memulai cerita baru. Menjalankan hal yang baru dan berkomitmen untuk tak sailing pergi dan menyakiti.
"Terima kasih Tuhan. Kau izinkan kami bersama. Aku menyayanginya. Berkehilah selalu kami. Aamiin."Aku 'Zhenita' wanita yang merasa paling beruntung memiliki Dimas. Aku selalu bahagia bila bersamanya. Hingga satu waktu tepat satu minggu sebelum perayaan ulang tahunku, aku merasakan perubahan yang amat sangat terhadap Dimas. Kepercayaanku goyah ketika aku mengetahui kebohongannya. Dan mulai saat itu kami yang sekarang bukanlah kami yang dulu. Yang selalu bahagia merasa wanita paling beruntung bahkan membuat iri pada semua orang. Kami sering bertengkar pasca kejadian tersebut. Kejadian ketika aku mengetahui kebohongannya. Aku semakin tidak kenal dengan Dimas sekarang. Ia terlalu sering membuat air mataku jatuh hingga aku tak tahan diri dan membuat keputusan terakhir untuk kami berpisah.
Ini terjadi tepat 2 hari sebelum ulang tahunku. Aku tak mengerti apa yang membuat dia seperti ini. Membuat kita pada akhirnya harus sejauh matahari. Aku terpuruk sangat terpuruk karena harus kehilangan lagi. Tepat di hari ulang tahunku. Aku mendengar berita bahwa Dimas kini telah bahagia lagi dengan pilihannya yang lain. Ini sungguh sulit dan menyakitkan. Kado terindahku kebahagiaan mereka. Ini sakit bukan aku yang pergi tapi dia yang meninggalkan. Aku tak sanggup jika harus terus mengingatmu dengan kebahagiaan yang lain.
"Dimas. Sampai hati betul kamu melakukan ini kepadaku. Apa yang membuat kamu seolah-olah tak punya hati. Terima kasih dim dengan kado terindahnya. Aku sangat sayang kamu. Tapi aku harus melupakanmu. Semoga selalu bahagia dalam genggamannya. Selamat terindah mimpi indahku." mengapa begitu pintar ia bersandiwara kepadaku. Cinta setengah hati yang ku terima. Ketulusanku tak pernah dipikirkan. It's okey. Zhenita tidak lemah. Itu berarti Dimas bukan yang terbaik untukku. Karena aku paham yang terbaik tak akan pergi. Biarlah jika ketulusanku tak dirasa. Karena ketulusan tak mengharap suatu imbalan. So, jangan lupa bahagia! Selamat tinggal..
selesai
Maaf ceritanya pendek soalnya ngk tau mau nulis apa lg
maaf typo dimana" jangan lupa vote dan komen ya
