Cinta Bersemi Di Warnet, Berawal Dari Download (Part 2)

14 1 0
                                    

Setelah berjam-jam, aku dan Fera mencoba untuk ngedownload lagu itu, tetapi selalu saja gagal. Karena merasa sudah sangat lelah, akhirnya aku dan Fera kembali ke kasir warnet itu dan menanyakan kepada pelayan warnet itu.
"Mba, udah didownlad belum?", tanyaku.
"Nggak jadi", jawabnya dengan datar seraya terus memandangi komputer yang berada di depannya itu.
"Kok bisa?", tanya Fera dengan kaget dan tidak percaya.
"Ya kalau nggak percaya liat aja sendiri...", jawab pelayan warnet itu dengan santainya.
"Terus gimana dong Mba,...?", tanyaku.
"Cari warnet yang lain saja...!", saran pelayan warnet itu.
"Pelayan kok ngusir pelanggan..?", gumamku dengan kesal.
"Ya udah deh Fer, ayo kita pergi ke warnet yang lain aja..!", ucapku seraya menarik tangan Fera dan pergi dari warnet itu.
"Fer... gimana dong...?", tanyaku pada Fera saat berada di luar warnet itu.
"Loh... tadi marah-marah, kok sekarang memelas gitu?", tanya Fera saat melihat wajahku.
"Ya abis aku kesel banget sama pelayan warnet itu ", jawabku.
"Aku kan udah cape dari tadi mondar-mandir, berjam-jam di warnet tapi nggak nemuin lagunya...", gerutuku.
"Ya udah kita cari warnet yang lain saja bagaimana?", saran Fera.
"Ok deh...", ucapku seraya mengangguk.
"Semangat dong...! Fighting...!", ucap Fera seraya mengangkat tangannya.

Aku dan Fera pergi ke sana ke mari mencari sebuah warnet yang belum penuh. Di setiap perjalanan aku selalu berdo'a agar bertemu dengan seseorang yang bisa membantu diriku dan Fera.
"Ya Tuhan,... semoga saja aku bertemu dengan seseorang yang bisa membantuku...", harapku di dalam hati.
Di warnet lain...
"Mas, tolong downloadin la...", ucapku namun terpotong.
"Lagi sibuk...", ucap pelayan warnet itu memotong ucapanku.
"Argh... sebel banget dech Fer...", keluhku.
"Hai Fera...", ucap seseorang menyapa Fera.
"Hai...", jawab Fera dengan senyuman.
"Kau sedang apa?", tanya gadis itu.
"Hm... mau download lagu buat tugas nih... kalau kamu...", tanya Fera balik.
"Lagi cari Video...", jawab gadis itu.
"Oh ya Mi... kenalin nih...! Ini temen aku waktu SMP, namanya Kirana", ucap Fera kepadaku seraya memperkenalkan temanya itu kepadaku.
"Hai... aku Mia...", ucapku seraya menjabat tangannya.
"Kirana...", ucapnya seraya membalas senyumanku.
"Oh ya... by the way, kamu lagi cari vidio apa...?", tanya Fera pada Kirana.
"Tau tuh Kakak aku yang lagi cari Vidio, bukan aku...", jawab Kirana.
"Kakak...?", ucap Fera kaget.
"Iya Kakak... emangnya kenapa?", tanya Kirana dengan heran.
"Maksud kamu Kak Fauzan...?", tanya Fera lagi.
"Iya... emang Kakakku siapa lagi sih kalau bukan Kak Fauzan...?", ucap Kirana.
"Dimana dia Ran...?", tanya Fera.
"Tuh di sana...", jawab Kirana seraya menunjuk pada bilik komputer no. 2.

Dengan segera, Fera berjalan mendekati bilik yang ditunjuk Kirana dan tanpa sungkanpun Fera meminta bantuan kepada Kakaknya Kirana itu. Dari belakang aku mengikuti langkah kaki Fera dan saat aku melihat Kakaknya Kirana, aku sangat kaget sekali. Aku sangat mengenal Kakaknya Kirana itu. Dia itu Kakak kelasku waktu di SMP. Baru hari ini aku tau bahwa Kak Fauzan adalah Kakaknya Kirana.
"Loh... kamu kan adiknya Rena kan...", ucap Kak Fauzan seraya menunjukkan jari manisnya kepadaku.
"Oh... bukan aku. Ini yang adiknya Kak Rena...", jawabku seraya memegang punggung Fera.
"Aku yang adiknya Rena, dia itu adinya Farah yang dulu pernah digosipin pacaran sama Kak Fauzan waktu SMP...", ucap Fera seraya menggoda Kak Fauzan dengan mengingat masa-masa waktu SMP.

Kakakku yaitu Kak Farah dan Kakaknya Fera yaitu Kak Rena adalah teman satu angkatan dengan Kak Fauzan waktu di SMP dulu. Dulu, Kak Rena selalu menggosipkan mereka bahwa kak Farah dan Kak Fauzan itu pacaran. Tetapi, Kak Farah selalu marah ketika Kak Rena mengatakan hal itu kepada teman-temannya yang lain. Hal itu yang membuat Kak Farah dan Kak Rena tidak pernah akur saat bersama. Sedangkan aku dan Fera selalu bersahabat dan bahkan persahabatan kami sangat erat. Sikap Kak Farah sangat berbeda dengan sikap Kak Fauzan dalam hal menanggapi perkataan dari Kak Rena tentang mereka. Kak Farah yang selalu marah saat mendengar perkataan dari Kak Rena, sedangkan Kak Fauzan yang selalu diam dalam menanggapi perkataan dari Kak Rena. Seolah-olah, Kak Fauzan tidak pernah peduli dengan perkataan orang lain dan dengan santainya pun dia tetap berjalan, ketika orang lain mengolok-olok dirinya. Apa karena dia itu terlalu polos atau memang dia tidak peduli dengan perkataan orang lain?. Entahlah, aku tidak terlalu mengenal dirinya. Aku mengenal dirinya hanya sebatas sebagai teman dari Kakakku yaitu Kak Farah. Tapi terkadangpun aku merasa kasihan kepada dirinya yang selalu diam dan selalu diolok-olok oleh temanya yang lain. Tapi apa daya, siapa diriku?. Tidak mungkin juga aku membelanya atau yang lainnya. Seperti Kakakku, aku juga enggan berurusan dengan Kak Rena. Memang sikapnya yang semena-mena terhadaporang lain membuatku merasa enggan berurusan denganya dengan menentang perkataannya. Dulu, Kak Fauzan adalah Kakak kelasku waktu SMP dan sekarang pun dia juga menjadi Kakak kelasku di SMA. Tapi selama ini, aku tidak sering melihat dirinya, hanya terkadang saja dan itu pun aku dan dia tidak pernah saling menyapa ataupun mengobrol. Alasannya, aku mengganggap kalau Kak Fauzan tidak mengenal diriku. Jadi, aku akan merasa malu ketika menyapanya. Aku takut diblang sok kenal atau apalah itu. Semenjak dulu, baru hari ini aku mengobrol dengannya.

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang