Keesokan harinya pas saat berseragam putih abu-abu, ketika istirahat telah tiba. Candra waktu itu masih di ambang pintu. Teman–teman sudah keluar kelas. "Candra..." ucapku sambil menepuk bahunya dari belakang. Dia tersenyum, sepertinya dia bahagia. "Ada apa Citra?" tanyanya tersenyum. "Aku pengen bicara sesuatu sama kamu" ucapku. kemudian Candra menarik tanganku dan kami pun akhirnya duduk di bawah pohon taman dekat sekolahku. "Kamu mau bicara apa Citra, aku merindukan mu" ucapnya tersenyum. "Aku... aku... aku...," ucapku gugup "Aku apa?" potong Candra penasaran. Aku pun menghela nafas terlebih dahulu. "Aku, aku akan pergi Candra" ucapku lesu "jangan bercanda Citra" candanya. "Aku serius, ini semua permintaan kedua orangtuaku. Beberapa bulan yang lalu mereka sudah menyuruhku pindah ruman dan sekolah, namun aku menundanya dan aku meminta kepada mereka untuk menungguku selasai semestera dan kenaikan kelas" jelas ku. Senyuman candra pun memudar. "Jika memang sudah beberapa bulan yang lalu, kanapa kamu baru bilang sekarang?" tanyanya memalingkan wajah. "Karena, karena aku tak sanggup bilang semua itu pada mu Candra" cetus ku "Kanapa?" tanyanya dan menatapku "Karena aku sayang sama kamu Candra" ucapku tertenduk dan meneteskan air mata. "Jika kamu sayang dari dulu sama aku, kanapa dulu kamu bilang kalau kamu gak sayang sama aku?" tanyanya sambil menggenggam tanganku erat. "Karena kau waktu itu sudah ada yang punya. Dan gak mungkin aku menyakiti Fina, padahal dia sudah sangat menyayangimu" ucapku menatap mata indahnya. Dan Candra pun menghapus air mata yang sejak tadi mengalir deras di pipi ku. "Maafkan aku" ucapnya "Untuk apa?" tanyaku "Karena tanpa sepengetahuanku, aku sudah menyakiti mu. Tapi jujur aku masih mencintaimu" ucapnya sambil memelukku. "Mungkin ini saat-saat terakhir kita Candra" ucapku. "Kapan kau akan berangkat" tanyanya "Aku akan berangkat besok sore" jawabku "Aku antar kamu ya...!" pintanya. "Tidak, aku tidak sanggup melihat perpisahan ini" ucapku. Candra pun terdiam membisu. "Tapi ingat Citra, walaupun kau jauh di sana. Cintaku padamu takkan pernah terhapus oleh waktu dan perpisahan ini. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintamu dan hati ini hanya untukmu. Dan aku gak akan pernah melupakanmu, aku akan menunggumu" ucapnya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Keseokan harinya ternyata benar Candra tidak menemuiku. Kupandangi rumah yang akan telah aku tinggalkan. Sejak itu pun aku tidak pernah menemui Candra.
Dua tahun kemudian aku meminta kepada ayahku untuk kembali ke rumah yang dulu. Karena aku sangat merinduukan akan Candra. Namun ayah tidak mau, aku pun memaksa dan ayah pun mengzinkan aku, tapi bukan dengan ayah dan ibu melainkan dengan kakak sepupuku yang bernama Revan. Demi rasa rinduku pada candra aku pun mau. Dan aku kembali ke rumah lamaku sementara Candra tidak mengetahui semua itu. Dalam perjalanan yang hampir sampai ke rumahku. Aku pun merasakan sangat lapar dan kakak ku pun mengajak ku untuk makan di mana tempat itu aku pernah diajak Candra pergi ke tempat itu. Sesampainya di depan pintu ketika aku mau masuk, pandanganku tertuju pada Candra dengan gadis yang gak pernah aku kenal. Candra dan gadis itu tertawa dan gembira bersama. Mungkin dia gadis barunya, fikirku. Tak kurasa air mata menetes di pipi ku. Kak Revan yang melihatku menangis "kanapa?" tanyanya, sambil mengusap air mataku. "Kita makan di tempat lain aja kak" ucapku "Kanapa?" tanyanya mengerutkan keningnya. "Gak apa-apa kok" ucapku sambil menarik tanganya dan melangkah pergi dari tempat makan itu.
Selesai makan aku pun langsung pergi ker umah Faza, dan menanyakan semua apa yang telah terjadi pada Candra selama aku tidak berada di sini. Ku perkenalkan kak Revan kepada faza. Sepertinya kak Revan menyukai faza saat itu. Faza menceritakan semuanya kepadaku. Ternyata benar gadis itu adalah pacar baru Candra. Aku pun terdiam mebisu. Dan kak Revan sejak itu mengerti kanapa tadi aku menangis. Aku pun pernah menceritakan tentang Candra kepada kak Revan.
Keesokan harinya aku mengajak kak Revan ke toko buku. Disana aku kepergok dengan Candra yang kebetulan dia juga membeli buku. "Citra" ucapnya. Aku pun langsung memalingkan wajahku dan menarik kak revan dan melangkah pergi dari hadapan Candra. Namun Candra masih bisa menarik tanganku dan menghadapkan aku pada dirinya. Kami pun saling bertatap. "Siapa dia?" tanyanya sambil menunjuk ke arah kak Revan. "Bukan urusan kamu" aku membalikkan badan. "Citra, dia pacar kamu?" tanyanya dengan nada emosi "aku kan sudah bilang, ini bukan urusan kamu Candra" ucapku dengan nada tinggi dan mendorong Candra yang sepertinya marah kepada kak Revan. "Oh, jadi ini yang namanya Candra" ucap kak Revan mendekati Candra. "Ya, emangnya kenapa?" tanya Candra nyolot. "Kamu juga yang telah menyakitu Citra dan membuat Citra menangis kemaren" ucap kak Revan "Apa maksuud kamu?" tanya Candra penasaran "Alaaah, udah lah jangan pura-pura gak tau loe" bentak kak Revan "emang kamu siapanya Citra?" tanyanya "aku pacarnya" jawab kak Revan. Aku pun kaget mendengarnya dan menoleh ke arahnya. "Apa benar itu semua citra?" tanyanya dan menatapku. Aku pun terdiam dan tidak bisa menjawab apa-apa lagi "munafik kamu Citra" ucapnya. Aku pun langsung menoleh ke arahnya. "Siapa yang munafik, aku apa kamu?" jawabku sambil menunjuk ke arahnya. "Maksud kamu apa?" tanynya "Allaaahhh, udahlah, jangan kamu fikir aku gak tau semuanya. Jelas-jelas aku lihat kamu dengan Rasti pacar baru kamu yang sedang asyik makan dan bercanda tawa bersama di restoran kemaren" ucapku dengan nada tinggi. Candra pun terdiam dan kak Revan langsung menarikku dan melangkah pergi dari hadapan Candra.
Tak ku sangka Candra menanyakan semua itu pada temanku Faza. Dan Faza menceritakan semuanya pada Candra "ya, Citra sudah ada disini kemaren, dengan kakak sepupunya yang bernama Revan" ucap Faza "Apa... jadi laki-laki itu, adalah kakak sepupu Citra?" tanyanya kaget "Ya, tadinya Citra datang kesini hanya ingin bertemu dengan kamu. Tapi dia melihat kamu denga Rasti di lestoran waktu itu. Citra sangat menyayangimu Candra. Besok Bitra akan kembali ke rumah ayahnya lagi" ucap Faza "Apa... besok" ucapnya "Ya besok" ucap Faza
Keesokan harinya candra pergi ke rumah ku. Sementara Candra sudah melihat ku masuk ke dalam mobil. Secepatnya Candra pun segera mengejar dan menyusul ku dari belakang dengan motornya. Lama perjalanan sampailah aku di rumah ayahku. Sementara aku tidak mengetahui kalau sebenarnya Candra menyusulku dari belakang walaupun ketinggalan jauh.
Sesampainya di rumah aku menangis dan memeluk ibuku. Sementara kak Revan pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Ayah dan ibunya pun mengerti apa yang telah aku rasakan saat ini. Kemudian ibu membawaku ke kamar, dan menyuruhku untuk segera istirahat. Aku pun membaringkan badanku di ranjang kamarku. Tak berapa lama kemudian aku mendengar suara gaduh dari luar. Aku pun serentak bangun dan menengok dari belik jendela kamarku. Aku melihat disana ada Candra yang meminta maaf kepada ayahku. Dan meminta untuk bertemu dengan aku waktu itu. Namun kak Revan tidak memperbolehkan Candra masuk waktu itu. Ketika itu pun kak revan menyuruh ayah dan ibuku untuk masuk rumah. Ku pandangi Candra sendirian di depan pintu rumah. Aku meneteskan air mata, melihatnya dan menungguku di depan pintu. Walaupun aku sebenarnya masih menyanginya. Tapi di sisi lain Candra sepertinya sudah melupkan aku. Dan jika dia memang masih Cinta ma aku, kenapa dia mainin perasaan aku di belakang aku. Katanya dia akan menunggu ku, tapi mana buktinya. Fikirku sejenak.
"Citra..." panggilnya dengan nada lentang dan keras. "Citra, please citra keluar. Ada hal yang perlu aku bicarakan sama kamu. Dan... dan aku udah tau semuanya" ucapnya lagi. Aku hanya bisa melihatnya dari balik jendela kamarku waktu itu. Kemudian ada suara pintu terbuka ternyata itu adalah ibuku. "Ibu, apa yang harus aku lakukan?" ucapku sambil memegang tangan ibuku. "kamu manyayanginya?" tanya ibuku "ya, bu... aku sangat menyayangina. Tapi kenapa dia mempermainkan perasaan Citra. Emangnya Citra pernah salah apa pada Candra?" ucapku meringis. "Mungkin, Candra melakukan semua itu, karena Candra merasa kesepian di sana. Sementara kamu, orang yang selalu bersamanya telah pergi dan jauh darinya. Ibu yakin, Candra juga masih sangat mencitai kamu. Gih... sana temui Candra, kasian" ucap ibuku tersenyum. Dan mengusap air mataku. Akup un bangkit dan menuju keluar rumah untuk pergi menemui Candra. Aku pun melangkahkan kakiku untuk menuruni tangga. Di ruang tamu kak Revan menghampiriku. "Mau kemana?" ucapnya lentang "Mau menemui candra" ucapku. Kak Revan tidak memperbolekan aku waktu itu. Untung Ibuku datang dan menyuruhku untuk segera menemui candra. Ku buka pintu depan. "Citra" sambutnya dan memelukku. "Maafkan aku Citra, maafkan aku. Bukan maksudku melakukan semua itu untuk menyakitimu" ucapnya "Ya, aku mengerti kok" ucapku dan melepaskan tubuhku dari dekapannya. "aku mencintaimu, kamu harus percaya padaku. Aku sudah pernah bilang pada mu bahwa hati ini hanya untukmu Citra. I MISS YOU" ucapnya dan memelukku kembali. "I MISS YOU TOO" ucapku. Kemudian ayah dan ibuku datang menghampiri kami. Dan menepuk tangannya sambil tersenyum. Candra dan aku pun segera melepaskan pelukan. Sementara tangan Candra masih memegang tanganku. Kak Revan pun segera meminta maaf kepada Candra begitupun sebaliknya, Candra pun meminta maaf pada kak Revan atas tingkah lakunya yang kasar.
Ketika itu faza datang dengan keluarganya, melihat apa yang telah terjadi. Kak Revan dan aku pun beserta keluargaku menyambut kedatangan Faza dan keluarganya. Dan waktu itu pun kak Revan mengungkapkan isi hatinya pada Faza di depan keluarga Faza dan aku. Kedua orangtua ku dan Faza hanya bisa tersenyum melihat semua itu dan merestui kami semua.
Benih-benih cinta
kau datang menghapus luka
kau datang menghapus duka
kau datang membawa asmara
kau taburkan benih-benih cinta
tak kusangka dan tak ku bayang
kau berhasil kembalikan senyum yang hilang
apakah mungkin, kau lah yang ku sayang...?
dan tak kan pernah hilang...
ku ingat lantunan kata-kata
yang pernah kau ucapkan
ku ingat canda tawa
yang pernah kau berikan
ku rasa getaran cinta
di setiap berada di sisi mu
menghapus dan menghilangkan air mata
yang pernah datang karena masa lalu
hari demi hari ku lewati
merindu akan dirimu yang pernah pergi
saat itu pula, aku merasa waktu telah mati
dan ku harap semua itu tak kan terulang lagir