Ada yang bilang cinta itu datang karena kita sering ketemu. Ada yang bilang juga cinta itu ada karena adanya suatu hubungan yang udah terjalin. Dan banyak yang cerita kalau benci bakal jadi cinta. Oke, lupakan aja yang barusan cuma sekedar sharing aja kok. Nama gue Grecillia Fransiska akrab disapa Cilla. Kata temen-temen gue, gue adalah tipikal orang yang bawel, kalau dalam bahasa Inggrisnya talkactive. Gue juga trendy and fashionable akan segala hal, dan satu hal yang gak ketinggalan, gue adalah stalker sejati.
Yah, gitu deh sekilas info tentang gue menurut teman-teman gue. Gue keturunan Janda alias Jawa Sunda, warna kulit sawo mentah, mata hitam setengah bulan, berat 50 kg dan tinggi kira-kira 161 cm. Gue belajar di salah satu SMA swasta ternama di Jakarta. Dengan gedung sekolah yang besar, halaman yang luas, dan segala fasilitas yang memadai sekolah gue masuk ke dalam best 5 school di Jakarta. Di sini gue punya banyak teman-teman dan tentunya hatters. Tapi gue gak pernah peduli akan semua hatters gue. Ada 5 sahabat gue di kelas, Tira yang suka baca novel, Elsa yang suka chatting, Michelle yang mukanya Jepang banget, Dina yang sok dewasa, dan terakhir Dianna yang super pendiem banget. Dan hari ini adalah minggu kedua kita semua duduk di kelas 11 IPA-A.
"Teettttt!!" bunyi bel yang ditunggu-tunggu pun berbunyi.
"Cil, kita orang duluan ya. Ada les nih!" kata Michelle diikuti Tira, Elsa, dan Dina yang berjalan berdampingan.
"Okey! Take care yo! Hahaha" jawab Gue.Gue sembari menuruni tangga. Di antara kita berenam, Dianna adalah orang yang paling dekat dengan gue. Maklum, kita sama-sama udah dari kelas 3 SD alias udah 8 tahun kita bareng-bareng. Kita pun memiliki presatsi dan urusan cinta yang gak jauh berbeda. Contoh aja, semester kemarin gue dapet peringkat I umum dan dia II umum. Tiba-tiba ada suara gemuruh dan getar lantai yang gue (dan mungkin Dianna) rasain. Dan gue rasa itu suara dan getaran orang berlari (yang lagi dikejar anjing kelaparan). Seketika gue dan Dianna noleh ke belakang. Ternyata Rasya. Lengkapnya Rasya Firnando. Dia temen sekelas gue, keturunan Aceh Palembang. Putih, tinggi kira-kira 165 cm, pinter (masuk V besar umum semester kemarin), anak olimpiade matematika, anak futsal dan idola para adik kelas. Dia suka baca komik Jepang, dan gak ketinggalan dia jutek abis.
"Eh, Cill!" seru Rasya dengan napas tergopoh-gopoh.
"Iya. Kenapa?" Gue, dengan pipi memerah.
"Mau pulang?" Rasya tersenyum.
"Iya, Sya. Kenapa?" Gue membalas senyum.
"Hm, mau balik ke mana? Rumah?" tanya Rasya.
"Iyalah, emang mau ke mana?" Gue ketawa kecil, dan dia pun membalas sama.
"Ya udah, hati-hati ya!" katanya.Gue cuma bisa senyum, dan senyum itu tanda bahwa gue salah tingkah dan gue mau nge-fly. Dalam hati gue menjerit "OMG!!! Astaga gue gak nyangka banget, dia yang jutek, sok cool dan killer kayak dia negur gue? What?" Gue turun tangga dengan langkah yang entah ke mana arahnya, rasanya udah campur-campur alias gak keruan.
"Ciee, Cilla. Ada apa tuh sama si Rasya?" Dianna Bertanya dengan nada menggoda.
"Apaan sih lo, gak kenapa-kenapa kali. Namanya temen, wajar kan kalau nanya?" gue senyum tanda bahagia, tapi tetep gak berlebihan.
"Iya deh, basing lo aja. Hahaha" jawab Dianna.Mulai dari hari itu dan seterusnya Rasya selalu nyapa gue sehabis pulang sekolah. Hanya sekedar bertanya atau memang perhatian, ya gue juga gak ngertilah. Tapi semua itu cuman gue anggep sebagai perhatian antara temen dengan temen. Guys, Rasya itu tipikal cowok yang jutek. Dan Rasya jutek banget sama cewek, kalau ada cewek yang bersikap menel ke dia. Dia gak akan pernah nanggepin, dia akan ngejutekin tuh cewek. Gak percaya? Ada buktinya Guys! Waktu itu kita lagi pada Study Tour, waktu di dalam bus. Ada temen gue (beda kelas) mau minjem komik ke dia. Kelihatan dari gaya bicaranya sih tuh anak mau ngedeketin Rasya. Namanya Abel.
"Rasya, boleh minjem komiknya gak?" ucap Abel dengan nada yang sok lemah gemulai, tapi demi apapun itu menijijikkan.
"Buat apa?" jawab Rasya singkat, padat dan jutek banget.
"Buat dibacalah Rasya, emang buat apa lagi?" dengan nada yang cewek banget, tapi agak maksa.
"Ntar, gue lagi baca!" wajahnya flat banget.