Rabu di September, hari itu aku lewatin bareng temen-temen di sekolah. Tapi terkesan berbeda karena dia. Deni, ya Deni, cowok yang terkesan cuek. Hari itu dia ngajak aku ngobrol. Banyak yang kita bahas, mulai dari alamat rumah, pengalaman semasa SMP dan keinginan untuk masuk fakultas. Sempat terlintas di benakku dengan maksud yang gak aku tahu kenapa dia kaya gini.
Dan sepulang sekolah..
"Nana, Nana! Bentar dong. Minta nomor hp-nya boleh gak? Buat si Fahmi ni, hehe" teriak cowok yang tadi pagi ngajak aku ngobrol.
"Gak salah lagi, itu Deni." Ucapku dalam hati. sambil menoleh kebelakang dan ternyata benar, di sana ada Deni sambil nunjuk Fahmi dan nyodorin telepon genggamnya. Tapi Fahmi malah ketawa.
"Bohong-bohong, ah elu Ni. Jujur aja kali jangan bawa-bawa gua segala!".Sebenernya males juga ngasihin, tapi yaudahlah sama temen sekelas ini. Aku iyain aja permintaannya terus aku ketik nomor yang biasa aku pake dan aku kasih lagi hp-nya.
Sekitar jam 3 hp-ku berbunyi dan ada satu pesan singkat tanpa pengirim yang gak aku kenal.
"Tesssttt" seperti itulah pesan singkatnya.Tersentak bingung karena nomor tanpa pengenal dengan sms yang kayak gitu. Tapi aku yakin kalau sms itu dari Deni. Yaudah aku bales aja pesan singkatnya. Smsan pertama biasa-biasa saja, gak ada yang istimewa. Besoknya dia sms, besoknya lagi dia sms, beberapa hari dia selalu mengirim pesan singkat sampai akhirnya aku bales lagi.
Di hari itu kita smsan, dari sore sampai malam. Mungkin bisa dibilang, semenjak hari itu dan 3 hari ke depan kita berdua PDKT dan akhirnya jadian.
Beberapa hari setelah jadian, aku masih gak punya perasaan apa-apa. Tapi setelah seminggu aku kepincut gitu, Deni yang tetap bersikap cuek itu selalu bikin aku kasmaran hehe. Dia sederhana, baik dan selalu bikin aku nyaman. Dia sering banget kirim pesan yang menurutku romantis, kayak gini.
"Selamat pagi kesayangan Deni. Jangan tinggalin Deni ya, Deni sayang banget sama Nana," Dan jelas laah aku malah nambah sayang.
Dua minggu berlalu, hubungan ini harusnya tetap baik-baik aja. Tapi dia mulai sibuk dengan ambisinya. Keinginan dia buat punya band sendiri gak bisa dihalangin. Tiap hari dia kumpul sama teman-temannya, bikin dia sibuk dan jarang kasih kabar. Aku ngerasa jenuh sama sikapnya tapi tetep bertahan karena gak mau kehilangan dia.
Di sekolah, sikap dia mulai acuh tak acuh. Aku coba nanyain kabar dia ke teman-teman dekatnya. Tapi mereka gak tahu. Sepulang sekolah dia gak bales sms dari aku. Yaudah sewaktu di sekolah aku langsung nanya ke Deni.
"Deni, kamu kenapa sih? Disms udah jarang bales, kamunya juga gak pernah ngasih kabar lagi kayak dulu. Mau Deni apa?"
Tapi apa balasannya? Dia bilang "Terserah Nana aja, Deni cape gini mulu."Semenjak hari itu, aku gak tahu hubungan ini masih berlanjut atau enggak. Yang jelas aku tetap memiliki rasa dan hanya bisa memendam semuanya dalam hati, entah sampai kapan.