Pada hari yang cerah ini aku mengawali hariku dengan berangkat ke sekolah, seperti yang lainnya aku baru kelas 8 di sekolah menengah pertama. Aku punya 3 sahabat tapi sekarang malah jadi musuh, cuma gara-gara salah paham. Kok jadi ngebahas itu sih gak penting. Sesampainya di kelas langsung ku letakkan tasku di kursi, ku lihat sepucuk surat di laci meja belajarku, ku baca perlahan.
"Dasar lo tukang ngerebut kebahagian orang! Gue nyesel udah pernah jadi sahabat lo, munafik lo Gea!" begitulah isi surat itu.
"Serius amat bacanya," kata Rio di tengah-tengah suara siswa yang lain yang sedang asyik bercanda dan bergosip.
"Biasa aja," jawabku sedikit kesal, karena dia itu orang yang paling nyebelin, sering banget dia ledekin aku sampe aku nangis saking kesalnya sama dia.
"Coba lihat," katanya sambil merebut kertas yang yang ku pegang. Refleks, aku pun mengejarnya, hingga terdengar semua siswa berteriak sambil mesem-mesem.
"Ciee.. Ciee.. Geri (Gea Rio)," pipiku langsung merah padam, sedangkan Rio hanya tersenyum.
"Cowok kepo." bisikku di sela-sela telinganya dengan nada sinis, entah dia mendengarnya atau tidak aku tak peduli.Teng.. Teng.. Teng bel istirahat berbunyi, aku pun duduk di kursi kantin ditemani sebungkus pop mie. Rasanya hening walau di kantin sangat bising. Tiba-tiba temanku menghampiriku sambil menumpahkan pop mie yang sedang ku makan ke atas kepalaku. Sontak, aku pun mendorong Bella hingga terjatuh kejadian ini pun mengundang perhatian para siswa yang ada di kantin, Tiara angkat bicara.
"Dasar suka rebut-rebut gebetan orang!" kata Tiara sambil mendorong bahuku.
"Aku terima kalau kamu jelekin aku ke satu sekolah sampe aku gak punya temen, itu gak masalah buat aku, tapi aku punya harga diri aku gak terima kamu permaluin aku di depan kakak kelasku, adik kelasku, dan semua yang hadir di sini. Aku bener-bener kecewa sama kalian. Kalian tuh gak punya hati sejak kalian dekat dengan Anggel kalian tuh berubah Bella yang dulu manja dan pemalu tapi sekarang brutal, Tiara yang perpect, dan kamu Dina! Yang selalu jadi panutan kita semua. Kalian orang kaya, orangtua kalian berpendidikan. Tapi kelakuan kalian barusan nyiram aku pake mie itu lebih buruk dari orang yang gak punya pendidikan, seenggaknya orang miskin lebih punya malu!" jawabku tegas di depan kerumunan siswa.Sorakan pun membanjiri mereka, ku tatap mereka bertiga wajah mereka bagaikan kerupuk di siram air. Rio menghampiri kerumunan siswa, Bella langsung memegang tangan Rio, Rio pun melepaskan tangannya dari genggaman Bella dan menarik tanganku ke luar dari kerumunan para siswa.
"Rio , lepasin tangan aku!" pintaku di sela-sela perjalanan.
"Udah! Kamu tunggu di sini ya," kata Rio sambil berlalu aku pun menunggunya di belakang sekolah sendirian.
"Lama banget sih jangan-jangan dia ngerjain aku," pikirku setelah sekian lama menunggu.
Tak lama kemudian Rio muncul dengan sweater adidasnya."Nih! Pake dulu buat nutupin baju kamu yang kena kuah popmie," katanya santai.
"Kirain tadi kamu ngerjain aku lagi, kok tadi lama sih," jawabku sambil memakai sweater.
"Iya! Soalnya tadi aku izin dulu biar kamu bisa pulang," jawabnya santai.
"Ke kepala seolah?" tanyaku heran.
Rio tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya saja, "Tas aku mana?" tanyaku padanya.
"Oh iya." Jawabnya sambil pergi sedikit berlari.Tid...Tid...Tid... Terdengar suara kelakson dari pintu belakang sekolah. "Woi! Buruan" kata Rio memanggil, buru-buru aku lari ke luar pintu.
"Nih! Tasnya, ayo naik," pinta Rio.
"...Gak usah yo! Kamu balik lagi aja ke kelas. Makasih ya, kamu udah baik sama aku hari ini, padahal kemarin-kemarin kamu suka banget jahilin aku, ledekin aku, ngancem, bahkan kamu sering banget bikin aku nangis" kataku bercanda. Perlahan Rio menatapku dalam, sambil membelai rambutku dengan penuh perasaan dan berkata.
"Itu cuma strategi aja, supaya aku selalu ada di pikiran kamu, selalu deket sama kamu. Jujur aja pas aku lihat kamu pertama kali aku langsung jatuh hati sama kamu, kamu itu cuek dan tegas, itu yang membuat aku ingin tahu tentang kamu lebih jauh lagi. Loh! Kok aku jadi keceplosan gini sih," kata Rio sambil garuk-garuk kepala.Rio terkejut melihat ekspresiku yang dingin lengkap dengan tatapan yang tajam. "Gea! Kamu boleh kok lupain kata-kata aku barusan," katanya panik.
"Aku cuma mau pulang," jawabku singkat.
"Ok aku antar kamu pulang," Gea menggeleng.
"Nggak usah, yo. Aku cuma mau pulang sendiri pakai taksi. Maaf ya! Aku udah bikin kamu repot."
"Gea, saya antar kamu pulang. Sekarang," gelengan kepalaku tambah kuat.
"Nggak, aku mau pulang sendiri yo. Kamu balik aja ke kelas, maaf ya.." aku langsung berbalik badan, setengah berlari melesat pergi ke tepi jalan, mencegat taksi sebelum Rio sempat mengejarnya.—
Terduduk di sebuah pinggiran danau, ku celupkan setengah kakiku ke dalam air yang sedikit ke cokelatan, ku resapi udara yang segar dengan pepohonan yang agak lebat, ku pandangi burung yang berterbangan di angkasa dengan bebasnya tapi tidak dengan perasaanku saat ini sejak kejadian di belakang sekolah itu aku dan Rio jadi canggung untuk saling sapa. Hati ini merasa sepi saat tak ada lagi yang jahilin aku, bikin aku nangis semua itu menjadi indah. Ku mainkan gitar yang ada di sebelahku dan ku bernyanyi untuk lukiskan isi hatiku, gini liriknya:
Lebih setahun lamanya kita telah jalan bersama, lewati waktu yang indah, tiada terpisah berdua
Namun kau tak pernah bisa akui rasa yang kau rasa, ku hanya ingin kau coba panggil aku sayang, panggil aku cinta
Betapa bahagianya bila ku dengar kau panggil aku oh sayang namun kau tak pernah bisa akui rasa yang kau rasa
Walau telah ku berikan tanda kasihku padamu,Ku hanya ingin kau coba panggil aku sayang, panggil aku cinta,
Betapa bahagianya bila ku dengar kau panggil aku sayang wo wo wo wo wohoo ku tahu kau tak pernah bisa terbuka hoo
Dan ungkapkan semua yang kau rasakan, ku hanya ingin kau coba, ku hanya ingin kau coba o wo wo wohoo panggil aku sayang, panggil aku panggilah aku cinta
Betapa bahagianya bila ku dengar kau panggil aku panggil aku sayang, panggil aku cinta, betapa bahagianya bila ku dengar kau panggil aku sayang
Bila kau panggil aku sayang.Sebuah tepukan tangan terdengar dari belakangku, ku tengok ke belakang ternyata, Rio sedari tadi mendengarkanku bernyanyi. "Aku bisa kok panggil kamu sayang, suara kamu bagus. Aku baru tahu kalau kamu bisa main gitar," tanya Rio sambil mendekat ke arahku dan duduk di sebelahku, aku hanya terdiam menatap angkasa hanya hening yang ku rasakan.
"Kamu boleh, lupain kata-kata aku kemarin, kalau emang kamu mau," memecah keheningan di antara kita.
"Aku juga ngerasain hal aneh selama 2 hari ini, aku sayang sama kamu," jawabku santai.
"Jadi kamu, kamu terima cinta aku?" jawab Rio sambil menahan napas.
"Tapi kita kan masih di bawah umur untuk pacaran," jawabku singkat.
"Aku juga juga pengen punya pacar sama seperti aku punya ibu satu untuk selamanya," jawab Rio dengan senyuman khasnya.
"Jadi kita temenan dulu nih ceritanya," ledekku padanya. Suasana di danau pun menjadi hangat, mencairkan suasana yang tadi canggung kami serasa bebas seperti burung merpati tadi.Jangan lupa vote dan komen
typo di mana" maaf ya
![](https://img.wattpad.com/cover/173789692-288-k737517.jpg)