Zhenxiang's Love: Mencari Cinta Yang Abadi (Part 2)

4 1 0
                                    

"Kau bertemu wanita ya kak?" tanya Shumei. Zhaoli hanya diam dan menyeduh kembali tehnya yang sudah habis tanpa menawarinya pada Shumei.
"Kakak." Ucap Shumei dengan raut wajah yang senang. Zhaoli hanya memandang Adiknya dengan tatapan datar. Yang sekarang ia pikirkan hanyalah Shenxiang, si lotus Shenxiang.
"Kakak!" bentak Shumei yang membuat Zhaoli tersendak.
"Ada apa? uhuk." Ucap Zhaoli sembari terbatuk.
"Aku, aku akan meminta Ayah menunangkanku dengan Yunshik. Si sarjana tampan Yunshik." Ucap Shumei sumringah.
"Yunshik? Cao Yunshik. Pemuda berstatus bangsawan yang ditolak Shenxiang." Gumam Zhaoli.

"Kakak, kau bilang Shenxiang? Gadis bodoh itu. Kakak menyukainya?" Ucap Shumei penuh selidik.
"Tidak. Hanya mendengar desas-desusnya saja." Ucap Zhaoli dengan muka yang memerah.
"Apa arti bulan untuk Kakak? Yunshik mengajukan pertanyaan itu padaku." Ucap Shumei yang segera bangkit menuju ke depan bangku yang terletak tak jauh dari bangku Zhaoli.
"Bulan sebuah pancaran yang menyejukkan. Pasangan dari matahari yang terik dan menenangkan matahari yang marah. Walaupun tak bertemu tetapi dianggap sebagai pasangan sempurna." Ucap Zhaoli melantur.

"Kakak jatuh cinta. Aku hanya bertanya tentang bulan bukan bulan pasangan matahari. Sudahlah susah jika bertanya pada orang yang sedang jatuh cinta." Ucap Shumei yang segera beranjak pergi.
Zhaolipun masih saja membayangkan wajah Shenxiang ketika Shenxiang mengikatkan sekantung teh herbal untuknya, juga ketika Shenxiang menggesekkan sepatunya pada pasir di lapangan. Ia juga ingat ketika Shenxiang sedang dalam gendongannya. Semua itu memenuhi pikiran Zhaoli.

Keesokan harinya, Zhaoli sudah berdandan rapi tepat sebelum matahari berkokok. Ia duduk di pekarangan rumah dengan tenang. Sesekali ia membaca bukunya lalu kembali ke dalam kamarnya. Ia duduk di bangkunya dengan penuh rasa gelisah.
"Permisi, saya Shenxiang mau mengantar obat untuk tuan Han yang sedang sakit." Ucap Shenxiang seraya mengetuk pintu. Tiba-tiba Zhaoli langsung melesat pergi ke depan pintu gerbang mendahului pelayan yang akan membukakan pintu gerbang untuk Shenxiang. Dengan degup jantung yang kencang, Zhaoli membuka pintu gerbang tersebut.

"Silahkan masuk Shenxiang." Ucap Zhaoli ramah.
"Oh, Zhaoli. Di mana pelayanmu yang sering membukakan pintu ini?" Tanya Shenxiang heran.
"Eh. Dia sedang sibuk. Mari ku antar ke kamarnya dan aku ingin tahu perkembangannya." Ucap Zhaoli segera.
"Dia sudah sembuh, tapi masih harus menjalani pengobatan. Mungkin besok ia sudah sembuh." Ucap Shenxiang.
"Benarkah? Syukurlah." Ucap Zhaoli yang memancarkan wajah senang. Dalam hati ia merasa sedih karena setelah itu ia tak dapat bertemu Shenxiang. Ia membawa Shenxiang pada penasihatnya yang duduk di bangku kamarnya.

Setelah pemberian obat selesai, Shenxiang pun beranjak pergi dengan mengucapkan salam. Namun ketika Shenxiang ingin membungkuk, sergeralah Zhaoli langsung berkata, "Tunggu." Ucapnya segera.
"Ada apa?" Ucap Shenxiang yang pipinya segera memerah seperti tomat.
"Maukah kau berjalan-jalan denganku. Aku bosan di sini dan ingin berjalan-jalan. Di sekitar danau ku dengar ada tanaman indah di sana." Ucap Zhaoli.
"Bunga lotus itu? Lotus itu sangat indah tapi Kakek selalu mengambilnya untuk obat." Ucap Shenxiang.
"Benarkah? Maukah kau ke sana bersamaku?" Ucap Zhaoli. Shenxiang mengangguk setuju.

Akhirnya merekapun berjalan bersama. Tak ada percakapan antar mereka. Yang ada hanya hembusan angin sepoi-sepoi. Ketika menuju ke hutan bambu, seorang preman menghadang. Mereka meminta agar Shenxiang dan Zhaoli menyerahkan 10 tail perak untuk mereka. Shenxiang menolak. Akhirnya mereka pun jadi bulan-bulanan preman itu. Ketika melihat Shenxiang disakiti, Zhaoli mengambil pedangnya dan mencoba menusukan pedang itu ke tubuh si preman, namun preman itu berhasil menghindar dan ia pun berhasil mengambil pedang Zhaoli dari tangan Zhaoli.

Preman yang bertubuh kekar pun menusukan pedang itu tepat ke perut Zhaoli. Shenxiang yang masih dalam ikatan preman bertubuh kekar yang satunya pun marah. Ia meneteskan air matanya ketika melihat Zhaoli jatuh ke tanah dan tak berdaya. Dengan emosi yang memuncak, ia menjatuhkan preman yang memegangi pergelangan tangannya dengan kuat. Lalu angin berhembus membentuk angin puting beliung. Preman itu langsung melawan Shenxiang dengan pedang maupun tongkat mereka. Namun dengan sekali ayunan tangan Shenxiang, mereka terjatuh berkali-kali. Lalu, pedang yang digenggam sang preman terlepas dan kini dikendalikan oleh Shenxiang.

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang