Anakku Bukan Anakku (Part 2)

13 1 0
                                    

Akhirnya Will membawa Wina sendiri ke rumah sakit. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan akhirnya check up pun selesai. Will kemudian menghadap ke dokter membawa hasil pemeriksaan untuk mendapat penjelasan dari dokter. Dokter pun memeriksa berkas Wina dengan seksama. Sesekali dokter menganggukan kepalanya. Setelah selesai membaca berkas Wina, kemudian dokter mulai menjelaskan hasilnya pada Will. "Anak anda sudah 80 persen sembuh dia hanya perlu sedikit istirahat saja. Karena dia masih kecil sehingga proses penyembuhannya tidak akan butuh waktu lama." Penjelasan dokter memberikan angin segar untuk Will, seolah musim kemarau sudah terhapus oleh butiran hujan yang mulai turun. "Dokter apakah saya boleh bertanya sesuatu dok. Tapi ini sedikit keluar dari masalah pemeriksaan anak saya." Dokter yang sedang memeriksa berkas kemudian menutup berkasnya dan mempersilahkan Will untuk bertanya pada nya. "Dokter, tolong jawab dengan pengetahuan anda sebagai seorang dokter. Apakah mungkin seorang anak yang ayah dan ibunya bergolongan darah A mempunyai golongan darah yang berbeda dengan orangtuanya?" Will memberanikan diri untuk menemukan kebenaran yang selama beberapa minggu ini mengganjal di otak dan hatinya sebagai seorang ayah. "kalau itu, menurut sepengetahuan saya sebagai dokter, hal itu tidak mungkin terjadi. Ayah dan ibu golongan darah A, kemungkinan terjadi adalah anak itu bergolongan A atau O. Jadi, jika golongan darah berbeda disini yang dimaksud adalah O itu mungkin tapi jika selain itu, itu tidak mungkin."
Jawaban dokter itu tidak memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh Will. Jawaban itu justru memunculkan lagi pertanyaan yang lain dalam benak Will. Will keluar menggendong Wina di tangannya dan berjalan ke luar. Dia trus memikirkan apa yang baru saja dikatakan dokter. Bahkan saat Wina sesekali mengajak Will bicara, seolah Will tidak mendengar karena otaknya tengah penuh oleh pernyataan dari dokter. Pertanyaan Will sekarang sudah mulai jelas dan sudah sedikit terjawab. "Wina apakah dia benar-benar anakku? Jika bukan, anak siapakah yang selama ini selau dia gendong, dia kecup dengan penuh kasih sayang dan dia nina bobok kan dengan lagu lullaby? Apa yang harus aku lakukan jika Wina bukan anakku?" Sebagian pertanyaan itu muncul dalam benak Will selama perjalanan pulang.

Sesampainya di rumah, Will melihat Rena sudah pulang dan sedang mempersiapkan makan siang untuk Will dan keluarga. Will yang membawa Wina dalam gendongnya yang sedang tertidur, membawanya masuk ke kamar. Tak lama Rena pun menyusul untuk menanyakan keadaan Wina "bagaimana sayang? apa yang dikatakan dokter tentang Wina." Will yang saat itu tengah merebahkan Wina di tempat tidur kemudian duduk di tepian tempat tidur. Dia melihat sekeliling tempat tidurnya dan melihat ke istrinya. Saat itu Will tidak mendengarkan apa yang Rena katakan. Saat Rena bertanya, banyak pertanyaan lagi muncul dalam otak Will saat melihat kamar mereka "kasurku, siapa yang meniduri kasurku? Siapa yang berbagi kehangatan istriku denganku? Siapa yang memeluk istriku yang saat ini sudah ada dalam pelukanku?" pertanyaan itu mengganggu perhatian Will terhadap pertanyaan Rena. Rena mengulang pertanyaannya pada Will "sayang, sayang bagaimana sayang? apa yang dikatakan dokter tentang Wina." "Wina, dia, dia, dia bukan anakku." Secara tidak sadar munculah suara itu lirih dari mulut Will. Tapi kemudian Will tersadar dari lamunan dan pikirannya "maksudku anak kita, kata dokter dia tidak apa-apa. Sakit yang diderita Wina bukan masalah lagi. Sebentar lagi anak kita akan segera sembuh." Mendengar perkataan Will itu, perasaan Rena tersentak. Kenapa tiba-tiba Will mengatakan hal semacam itu. Tetapi Rena mengabaikan itu dan melihat Wina sambil mengusap keringat di kening Wina.

Hari-hari berikutnya Will yang dihinggapi banyak pertanyaan mulai merasakan keanehan. Selama dia di rumah Wina tidak pernah akrab dengannya. Dia lebih sering menghabiskan waktu untuk bermain dengan ibu dan kakeknya. Saat Will mengajaknya bermain, dia menolak dan bahkan dia menangis karena tidak mau digendong oleh Will. Kejauhan Will dan Wina, semakin membuat Will bingung. Will kini semakin yakin bahwa Wina bukan anaknya. Saat mengamati Wina, Will melihat keanehan yang ditunjukan oleh Wina. Dia lebih akrab pada kakeknya daripada Will yang notabene adalah ayah kandungnya. Kemudian Will teringat tentang kecelakaan yang menimpa Wina. Ayahnya dan Wina memiliki Darah yang sama yaitu B. Tetapi Will tidak menghiraukan hal itu. Sampai suatu hari, Will benar-benar tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia benar-benar tak tahan melihat kedekatan ayahnya dan Wina. Will ingin mencari tahu kebenarannya. Untuk memastikan itu Will melakukan test DNA. Secara diam-diam dia mengambil salah satu rambut ayahnya. Pada saat ayahnya santai, Will menawarkan diri untuk mencabut uban ayahnya. Ayahnya pun mengiyakan tanpa tahu apa yang Will rencanakan. Kemudian Will mengambil sehelai rambut Wina dan membawa ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang