Senja dan Hujan

3 2 0
                                        

'Jangan sia-siakan hidupmu untuk mengejar seseorang yang hanya membuatmu patah hati, lupakan dan lihatlah ke depan, kamu hidup bukan untuk mengejar orang itu saja.'

Kelvin berjalan dengan langkah besar menuju kelasnya, ia ingin menghindari sesuatu yang baginya adalah bencana yang luar biasa jika sesuatu itu mengganggunya, membuat otaknya memanas dan hampir meledak karena sesuatu itu. Selangkah lagi ia memasuki kelasnya itu, terdengar suara melengking dari ujung sana, Kelvin memejamkan matanya takut, astaga, mati saja ia.

"Kelvin! Tungguin gue dong!" Bukannya menunggu orang yang memanggilnya, ia malah masuk ke kelasnya dan langsung menutup pintu kelas itu, semua orang yang ada di dalam menatapnya dan kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti biasanya, mereka sudah hafal suasana ini, setiap hari dan berulang-ulang.

"Hen, bilangin si sinting itu kalo gue belum dateng ya, gue mau sembunyi dulu." Setelah berkata seperti itu kepada ketua kelasnya, lalu ia berlari ke arah meja guru dan bersembunyi di bawahnya, semua teman sekelasnya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Kelvin dan Cyntia —si sinting yang disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai anak kecil yang sedang bermain petak umpet, Kelvin yang ngumpet dan Cyntia yang mencari, begitulah suasana kelas mereka setiap pagi.

Brak! Pintu yang diganjal oleh beberapa anak laki-laki itu didobrak oleh gadis sinting yang sedang mencari lelaki lawan main petak umpetnya, anak laki-laki yang menahan pintu itu tersungkur ke depan dan mengaduh kesakitan, dasar Cyntia, badan mungil tetapi kekuatan macam Hulk.

Mata Cyntia mulai mencari-cari keberadaan Kelvin, ia sebenarnya sudah tahu di mana Kelvin, tetapi ia ingin bermain-main sebentar, berjalan kesana kemari di area kelas yang cukup luas, mencari di kolong meja semua temannya, dan akhirnya ia bertanya kepada ketua kelas yang sok bijaksana.

"Mana Kelvin?" Ia bertanya dengan nada tenang, ujung matanya terus melirik ke arah kolong meja guru, ada sesuatu berwarna abu-abu dan hitam yang ia yakini pasti Kelvin.

"Belum dateng," seperti yang telah ia duga, Hendra pasti mejawab pertanyaannya dengan jawaban tersebut, maka dari itu ia melengs meninggalkan Hendra dan mulai berjalan ke arah meja guru.

Sementara Cyntia berjalan menuju meja guru, yang bersembunyi malah mengigil setengah mati, ia tidak mau emosinya meledak karena gadis sinting yang notabenenya adalah sahabat sekaligus musuh yang sangat mengganggunya.

"Ciluk Baaa!" Wajah menyebalkan Cyntia muncul membuat Kelvin terkejut.

Kelvin dengan cepat menetralkan rasa terkejutnya, ia berdecak kesal, lalu keluar dari tempat persembunyiannya itu, seluruh teman-temannya terkekeh melihat pertunjukkan dua anak remaja yang seperti anak kecil yang kurang bahagia saat kecilnya.

"Lo kenapa gak nungguin gue sih?" Cyntia bertanya dengan nada sok merajuk.
"Lo nyebelin, pengen gue tampol." Kelvin mengibas-ibaskan debu yang menempel pada seragamnya sembari berjalan menuju bangkunya yang terletak di urutan nomor tiga dinding sebelah kanan dekat pintu.
"Tapi ayah kan udah nyuruh lo buat barengan sama gue."

Kelvin memutar bola matanya malas, ia kadang kesal dengan Cyntia ini, bukan kadang lagi melainkan selalu kesal dengan gadis sinting yang ada di sampingnya ini, selalu mengganggu dirinya dengan suara melengking nan membahana yang dapat membuat telinga orang lain langsung bengkak karena suara Cyntia, belum lagi celotehan atau kegiatannya yang selalu mengganggu Kelvin membuat Kelvin naik darah dan ingin melemparkan gadis sinting ini ke kutub utara agar mati dan tak mengganggunya lagi, kejam memang, tetapi begitulah hal yang terpikirkan oleh Kelvin di benaknya.

"Gue tadi udah nunggu lo ya di depan rumah, kata bunda, lo masih dandan, udah tau muka jelek, mau didandan gimana pun, muka lo masih tetep kek nenek lampir, yaudah gue tinggalin." Ujarnya cuek, membuat Cyntia berdecak pelan.
"Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek pantat panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue." Cyntia mengambil spidol di dalam kotak pensil bergambar panda miliknya, lalu memberi batas di tengah-tengah meja Cyntia dan Kelvin.
"Lo ngapain sih? Jelas-jelas lo yang ganggu, kenapa lo yang ngambekan coba?" Kelvin menyingkirkan tangan Cyntia yang sibuk membuat batas pada meja mereka.
"Lo ngatain gue sih!"
Kelvin menggeleng, mimpi apa ia punya sahabat seperti Cyntia ini? Si sinting yang awalnya mengganggu eh ia juga yang merajuk, maunya apa perempuan ini?
Kelvin tidak menanggapi lagi gadis sinting di sebelahnya ini, kepalanya ia hadapkan ke jendela, menunggu bel masuk berbunyi.

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang