Something Missing

5 2 0
                                        

Adzan Maghrib sudah berkumandang menandakan hari telah petang, ku langkahkan kakiku menuju koridor tempat wudu wanita di musala Rumah Sakit. Kini usiaku hampir menginjak 25 tahun, sudah 2 tahun ini aku bekerja di suatu Rumah Sakit di sudut kota Brebes. Setamatnya aku dari S1 Pendidikan Kedokteran di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, aku memang langsung kembali ke daerah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan.

Semua yang aku cita-citakan telah tercapai kini, aku sudah menjadi dokter, menaik-Haji-kan orangtuaku, menyekolahkan adik-adikku bahkan mempunyai rumah dan mobil sendiri. Malah rencananya aku akan membuat sebuah rumah sakit di daerah terpencil di Brebes. Tapi, jodoh tak kunjung datang jua. Sudah banyak lelaki yang bersedia meminangku. Dari yang profesinya TNI sampai pengusaha. Tapi belum ada satu pun dari mereka yang mampu meluluhkan hatiku. Mungkin aku yang terlalu selektif toh tak apalah aku juga tak terlalu ngoyo tentang masalah jodoh, karena aku yakin jodoh telah ditentukan Allah dan akan datang sendirinya pada waktunya.

"Bu Dokter kapan nikah?" Aku bahkan hafal dengan model pertanyaan yang akan ditanyakan oleh pasien-pasienku yang sebagian besar adalah orang paruh baya.

Fajar telah menyingsing, aku siap berangkat ke tempat praktekku yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggalku. Sesampainya di RS terlihat ada selembar kertas yang di atasnya terdapat foto orang yang aku kenal betul. Tertulis. "The Wedding Farikh and Wanda." aku kenal betul namanya, Wanda adalah sahabatku dari SMP. Beruntungnya dia bisa menikah dengan lelaki yang ia kagumi sejak SMA. Ku buka telepon genggamku lalu ku masukkan nomor telepon Wanda yang tertera pada undangan. Aku dan Wanda memang sudah lama tak bertemu.

"Halo? Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam.. Maaf ini siapa ya?"
"Hehehe.. ini aku, Wan."
"Ya Allah.. kamu Ren, sudah lama kita gak bertemu ya? Kamu tahu nomorku dari mana?
"Hahaha, kan ada di undanganmu, oiya selamat ya akhirnya kamu berhasil."
"Berhasil apaan nih? Kamu kapan nyusul nih udah ada calon belum?"

"Belum ada sih, mungkin masih disimpan Allah, hehe." ucapku sambil tertawa kecil.
"Ahh, masa sih? Ayo dong cepet nyusul entar keburu punya ponakan kamu. Nanti datang kan?"
"ahh kamu, Insyaallah ya."
"pokoknya kamu harus datang, oiya sudah dulu ya aku mau fitting baju nih."
"ya sudah silahkan dilanjutkan calo manten. Wassalamualaikum."
"Walaikumsalam."

Dari tadi sore aku sudah mempersiapkan hadiah yang akan aku berikan kepada Wanda, sahabat karibku yang saat ini tengah berbahagia. Aku memberikan bingkai foto yang besarnya hampir 1 m2 yang di dalamnya ada foto Wanda dan Mas Farikh dari SMA sampai saat ini. Gaun warna hitam dengan aksen bunga berwarna silver dan gold pada ujungnya dan selehai kain hijab sudah aku kenakan. Kini aku siap berangkat ke pesta resepsi Wanda. Sesampainya di acara resepsi aku langsung menuju kursi mempelai. Ku salami Wanda dan Mas Farikh. Sesudah menyalami dan berfoto, aku duduk di antara ratusan tamu lainnya.

"Kamu Rena kan?" ucap seseorang yang seraya membuyarkan lamunanku.
"Iya, kamu Tari?" aku memang kenal sangat suara dan parasnya.
"Iya, kamu sekarang kok beda ya? Tambah cantik."
"Hmm.. makasih."

Aku ingat jelas, dulu Tari adalah salah satu orang yang sangat kerap melontarkan ejekan kepadaku. Saat SMP aku kerap menjadi bahan bullyan teman-teman sebayaku. Mungkin karena badanku agak berisi. Dan sejak saat itu aku bertekad untuk merubah diriku terutama badanku untuk membeli semua bullyan mereka. Tari mengajakku ngobrol beberapa saat. Saat aku akan mengambil minuman di meja aku kembali dikejutkan dengan suara seseorang. "Assalamualaikum Ren." ucap seseorang yang muncul tiba-tiba dari balik tiang gedung. "Waalai...." belum sempat aku membalas salamnya aku langsung membalikkan badanku. "Rena?" Ya Allah itu dia, Fadhil. Seseorang yang dulu pernah membuatku merasakan cinta, ya bisa dibilang cinta monyet. Aku memberanikan diri untuk membalikkan badanku.

"Walaikumusalam, iya."
"Ren, masih ingat denganku?" ucapnya.
"Tentu, kamu Fadhil kan?" ucapku dengan wajah tertunduk.
"Iya, bagaimana kabarmu? Lama ya kita tidak bertemu. Semenjak kita lulus SMA aku jarang sekali melihatmu."
"Alhamdulillah baik, bagaimana denganmu?"
"Sama seperti kamu." Aku dan Fadhil mengobrol hingga acara resepsi selesai. Walaupun ada sedikit rasa canggung saat mengobrol dengannya.

Beberapa hari berlalu, sesudah resepsi Wanda ada beberapa hal yang misterius. Dari mulai ada bunga mawar di balkon, ada ice cream di meja kerja, ada balon di balkon kamar, hingga surat-surat aneh di kamar. Besok adalah tanggal 4 dan artinya besok umurku genap 25 tahun. Ya 25 tahun, umur yang sudah cukup matang bagi wanita untuk menikah. Aku semakin pusing memikirkan desakkan orangtuaku yang menginginkan aku untuk segera mengakhiri masa lajang.

"Assalamualaikum, selamat ulang tahun Rena, semoga panjang umur, sehat, berbakti kepada orangtua selalu sukses yaa. Oiya hari ini kamu 25 tahun ya, tepati janjimu ya! Allah selalu melindungi kamu Aamiin." Tulis pesan singkat dari nomor yang tak dikenal tepat pukul 0.00 WIB, kebetulan aku masih belum tidur. Tanpa pikir panjang aku langsung membalas pesan singkat misterius tadi. "Walaikumsalam.. Aamiin terima kasih. Ini Fadhil ya?" Nama Fadhil memang langsung terlintas di pikiranku saat membaca pesan singkat tadi. Aku sudah mengira dari awal jika semua hal misterius itu dari Fadhil. Sudah 5 jam aku kirim pesan tadi tapi tidak ada balasan apa pun.

Hari ini aku ada jadwal praktek pagi, pukul 05.00 WIB aku sudah berangkat menuju Rumah Sakit. Saat masuk ke ruang praktekku, aku sangat terkejut saat melihat ada banyak karangan bunga mawar yang memenuhi ruanganku. Terlebih lagi saat kulihat di meja kerjaku ada sebuah roti ulang tahun dan ice cream. "Pasti ini Fadhil yang kirim." Gumamku dalam hati. Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi nomor Fadhil, yang ia berikan pada saat resepsi Wanda.

"Assalamualaikum, Fadhil apakah kamu yang mengirim bunga dan roti ke RS?" ucapanku seperti menginterogasi Fadhil.
"Bunga? Oiya hari ini kamu ulang tahun ya, selamat ulang tahun sem..." Belum selesai ia memberi ucapan ulang tahun aku langsung memotong ucapannya.
"Apakah kamu yang mengirim?"
"Bunga apa?"
"Bunga mawar yang ada di ruang kerjaku?"
"Aku bahkan tak tahu kamu kerja di mana.."
Ucapan Fadhil membuatku terdiam sejenak.

"Lalu siapa yang mengirim ini?" gumamku dalam hati.
"Oiya selamat ulang tahun Rena, semoga panjang umur, sehat, berbakti kepada orangtua, tambah cantik dan dimudahkan segala urusan." ucap Fadhil yang seraya menghentikan lamunanku.
"Iya, terima kasih ya. Sudah dulu ya ada pasien, Wassalamualaikum."
"Waalaikumusalam."

"Tok..tok..tok,"
"Silahkan masuk." ucapku mempersilahkan masuk kepada orang yang mengetuk pintu tadi.
"Bu ada kiriman ini.." ucap satpam seraya menyerahkan stopmap warna merah.
"Terima kasih."

Tanpa pikir panjang aku langsung membuka stopmap warna merah itu. Betapa terkejutnya aku saat membukanya. Ternyata isinya adalah biodata taaruf milik Ali. Ali adalah teman lamaku yang sudah sedari dulu menyukaiku. Tentang semua hal misterius kemarin adalah rencana Ali. Ali mungkin menagih janji yang dulu pernah aku katakan bahwa aku akan menikah saat 25 tahun dan lewat taaruf bukan pacaran. Aku masih ingat betul dia dulu pernah memberiku buku tentang taaruf dan sekarang aku tahu maksudnya. Perhatian-perhatian yang diberikan secara terus menerus akan menyebabkan jatuh cinta, kutipan dari buku itu. Dan kini aku tahu bahwa ada hal yang hilang yang ingin dia sampaikan 9 tahun lalu.


Jangan lupa ya seperti biasa vote dan komen
makasih dah baca
maaf banyak typo

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang