Obat Penawar Atau Racun? (Part 1)

6 1 0
                                    

Bel istirahat berbunyi. Astrid sedang membawa nampan berisi satu mangkuk bakso dan satunya lagi milik Salsa, mi ayam dengan extra pangsit tanpa sayur dan kuah.
"Makasih, Astrid. Taruh aja," kata Salsa yang sibuk dengan ponselnya.
"Ngapain, sih? Sibuk amat," tanggap Astrid sembari mengunyah pentol bakso. Dia mendekatkan wajahnya ke ponsel Salsa, tapi Salsa menjauhkan ponselnya.
"Eitss, ini privacy," jawab Salsa.
"Privacy apaan, sih. Kita kan sahabatan. Kayak aku ini orang yang nggak kamu kenal aja," ujar Astrid.
"Hehehe, bercanda, Trid. Cuma gambar si oppa Jong Ki, kok," kata Salsa si fangirl. Astrid hanya geleng-geleng kepala. Tiba-tiba sendok yang hampir masuk ke mulut Astrid itu jatuh ke dalam mangkuk. Napasnya tak terkontrol. Salsa yang cemas itu langsung mencari sesuatu di dalam kantong Astrid.
"Duh, kenapa, Trid?! Kambuh, ya? Mana, mana obat kamu?!" tanya Salsa. Suasana kantin langsung tegang. Tak lama kemudian, Astrid sudah tak sadarkan diri di dekapan sahabatnya, Salsa. Dengan bantuan beberapa teman lain, Astrid digotong ke UKS.

Mata Astrid terbuka perlahan. Dia melihat bayangan seseorang di depan matanya. Tapi bayangan itu masih bersifat kabur.
"Sal... Salsa... Ka... Kamu di... Mana..." ujar Astrid lirih.
"Nak Astrid sudah sadar? Masih pusing nggak?" tanya bayangan itu. Nada bicaranya... Bukan, ini bukan Salsa.
"Dimana Sal... Sa?"
"Salsa cuma nitip pesan, katanya dia balik lagi pas istirahat kedua. Dia bilang ada ujian mendadak," katanya.
"Terus, ini siapa?"
"Bu Yuni, pengawas UKS. Sudah, Astrid istirahat dulu, ya. Kata Salsa, dia sudah hubungi mama kamu," kata Bu Yuni.
"A.. Apa? Mama?! Kok, ditelpon, sih?! Gawat! Mama bisa cemas nanti," gumam Astrid.
"Kenapa? Bagus, dong, biar bisa dijemput lebih awal. Jadi nak Astrid bisa istirahat di rumah," tanggap Bu Yuni. Bu Yuni tidak tahu permasalahannya. Mama bisa syok habis-habisan kalau tau Astrid sampai pingsan. Terakhir kali Astrid di keadaan yang sama, mama sampai tidak mengizinkannya sekolah hampir seminggu.

Drap, drap, drap! Langkah kaki sesorang yang hampir mendekati UKS. Langkahnya terdengar gesit.
"Astrid? Ya ampun, sayang! Kamu nggak apa-apa, kan? Mananya yang sakit? Mana?" tanya mama. Dia datang sangat cepat. Padahal Astrid tau, hari ini ada meeting penting di kantor mama.
"Nggak apa, ma. Astrid nggak apa-apa," kata Astrid bohong. Napasnya masih pendek dan kepalanya pusing.
"Sudah, kita ke rumah sakit sekarang," kata mama Astrid.
"Ma, jangan lebay, ah! Astrid nggak pa-pa. Serius, suerr!" Astrid mengacungkan dua jari.
"Yakin? Tapi muka kamu pucat, lho," ujar mama.
"Nggak apa, bu. Saya udah periksa, Astrid cuma kelelahan. Nggak perlu ke rumah sakit, kok," tambah Bu Yuni. Astrid lega ada yang mendukungnya.
"Hmm, ya udah, deh. Kita pulang ke rumah aja, ya,"
"Rumah?! Enggak, Astrid di sekolah aja. Udah baikan kok, ma. Seriuss, dua rius, deh!" kata Astrid. Tapi mamanya yang khawatir itu memaksa. Ya sudah, ini juga demi Astrid sendiri. Astrid pulang ke rumah tanpa izin pamit dulu kepada sahabatnya. Sudahlah, mungkin sekadar doa agar ujiannya berlangsung lancar saja sudah cukup untuk Salsa.

"Dia pulang beneran? Seriusan nih?" tanya Salsa di kelas.
"Iya, aku liat ada mamanya datang tadi," tambah Riska membenarkan.
"Makasih, Ya Allah... kalian tau kan, bosennya minta ampun kalau nungguin dia sampai sadar? Jadi pake alasan, deh. Aku bilang ada ulangan mendadak," ujar Salsa.
"Hahaha, gokil deh kamu, Sal! Eh, kita nonton bareng, yuk! Ada film bagus, nih," usul Zhara.
"Kayaknya seru, tuh. Boleh, deh. Nanti chat aja di grup kapan pastinya, ya," kata Jeni setuju.
Ting, ting, ting! Pesan beruntun di ponsel Salsa.

Pesan 1 : Sal, maaf ya nggak ngabarin. Aku pulang duluan
Pesan 2 : Aku udah baikan, kok
Pesan 3 : Oh ya, gimana ujiannya? Bisa, kan? Aku kirim doa aja, ya

"Siapa Sal? Banyak amat," ujar Zhara.
"Nih, si Astrid. Idih, pake doain ujian. Ada emoticon nyemangatin lagi. Jijay!" kata Salsa sambil membalas pesan Astrid.
"Kamu balas apa?" tanya Jeni.
"Aku bilang aku lagi belajar buat ujian di jam pelajaran terakhir, jangan diganggu dulu," kata Salsa. Riska tertawa geli.
Sementara di seberang sana, Astrid sedang istirahat dengan ponsel yang ia geletakkan di atas dadanya. Ia tak membalas lagi ketika tau Salsa sedang sibuk belajar. Tapi kedengaran cukup aneh karena Salsa sangat anti belajar. Astrid tau sekali, Salsa hanya mengandalkan ilmu yang ia pahami saja. Tapi baguslah, mungkin ujiannya pelajaran matematika?

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang