Puisi Tentang Kita

5 2 0
                                    

SMA Negeri 13 yang semula terkesan damai, tiba-tiba pecah oleh hiruk pikuk para siswa. Semua pintu kelas telah terbuka lebar untuk siswa-siswi yang akan kembali ke rumah. Di bawah kanopi sekolah, Amel sedang menunggu Bian, pujaan hatinya. Dua tahun mereka telah bersama, dua tahun pula Amel setia menunggu Bian yang super sibuk. Tetapi, Amel tidak pernah mengeluh. Bagi Amel, menemani Bian adalah kesenangan tersendiri baginya.

Namun pada suatu hari, teman-teman Amel merasa Amel hanya dipermainkan oleh Bian dan menyuruh Amel untuk memutuskan hubungannya dengan Bian. Tak lain alasannya karena Bian yang begitu sibuk dan hampir tidak memiliki waktu untuk Amel. Awalnya, kicauan teman-temannya tidak Amel dengar. Tapi, semakin lama, semakin Amel merasa teman-temannya benar akan hal itu. Amel termenung dalam sepinya. Tiba-tiba Bian datang menghampiri Amel.
"Eh, bengong aja. Ada apa sih?" tanya Bian.
"Eng... enggak apa-apa ko" jawab Amel gugup.
"Ah masa sih? Cerita dong ke aku" bujuk Bian.
"Bian, sebenarnya kamu sayang gak sih sama aku? Aku capek nunggu kamu terus" rengek Amel tiba-tiba.
"Mel... Sumpah! Bukan karena aku gak sayang kamu, tapi banyak banget urusan yang harus aku selesaiin. Kok kamu bisa berpikir kaya gini sih?"
"Kata teman-temanku, kamu..."
"Kamu harus percaya sama aku. Jangan terpengaruh sama kata-kata orang. Toh, kan kita yang jalanin" jawab Bian yang tadi memotong pembicaraan Amel.
Sejak ucapan tadi, Amel merasa lebih baik. Tapi ternyata rasa itu tidak bertahan lama. Bian semakin sibuk dan selalu pulang malam. Sudah jelas, sudah tidak ada waktu lagi untuk Amel menunggu Bian. Akhirnya Amel pun pulang sendiri, memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Bian.

Beberapa hari kemudian, Amel datang menemui Bian di kelasnya. Bian terlihat sedang bercanda dengan teman-temannya. Mereka sadar akan hadirnya Amel dan langsung memberi ruang untuk Amel.
"Kita PUTUS!" teriak Amel kencang.
Hening! Semua orang di kelas melihat ke arah Amel. Namun, Amel langsung pergi dari kelas. Bian? Bian terdiam. Dia malu. Dia marah. Dia sama sekali tidak mengejar Amel.

Acara kelulusan pun tiba, semua murid kelas 3 berkumpul di Balai Samudra. Amel yang sudah datang sedari tadi, menunggu kedatangan Bian. Sungguh, sebenarnya Amel masih sangat mencintai Bian. Namun sayang, Bian tidak mengejar Amel disaat Amel ingin dikejar.

Bian akhirnya datang. Tapi, Amel hanya bisa memandanginya dan berharap Bian yang datang menghampirinya. Seperti halnya langit biru yang berharap lautan datang untuk bersatu dengannya. Keinginan yang tak mungkin akan terwujud kan?
Acara pun dimulai dan berjalan dengan sangat baik. Hingga akhirnya pada penutupan, seorang guru meminta salah satu murid menampilkan sesuatu di depan teman-temannya. Tanpa ragu, Amel langsung mengangkat tangannya, berniat membacakan puisi untuk Bian. Tapi sayang, batang hidung Bian tidak terlihat sama sekali. Meskipun begitu, Amel tetap maju dan membacakan puisi karangannya.

Retak... terserak sudah
Andai waktu bisa kembali... hmm andai...
Cukupkah anggukan itu?
Hitam... Kelam... Semua menjadi gelap
Mati... ya, gambaranku kini...
Wahai cahaya... sinari aku...
Aku rindu... rindu akan warna warni pelangimu...
Tuhan...
Yang ini sungguh ku tak mau...
Entahlah...
Ku terus berharap... berharap... dan berharap...
Akan kembalinya sinaran...
Putus...
Ucapku...
Tidak... tidak... tidak... ku sesalkan semua
Retak... terserah sudah
Inginku... cintamu... kembali kini...

Semua orang bertepuk tangan, bahkan ada yang menangis setelah mendengar puisi Amel. Namun sayang seribu sayang, Bian tidak mendengarnya. Amel pasrah, dia tahu Bian tidak mau mendengarnya bahkan melihatnya lagi. Penyesalan Amel memutuskan Bian mungkin akan selamanya Amel rasakan. Amel menganggap dirinya terlalu bodoh memutuskan Bian di depan teman-temannya. Menganggap dirinya terlalu egois karena tidak bisa mengerti kesibukan Bian.

Detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, namun Amel tetaplah Amel. Cinta yang ada di hatinya tetaplah Bian. Amel selalu yakin suatu saat nanti dia dan Bian akan bersama lagi, entah kapan.

CERPEN (AND)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang