Semilir angin menemani indahnya siang ini, Dinda yang duduk manis melihat kekompakan teman-temannya yang bergurau tak sungkan dia juga ikut dalam gurauan teman-temannya.
Di ujung sana terlihat Dino sedang asyik bernyanyi riang diiringi dengan petikan senar senar gitar yang menambah kekompakan dari mereka. Suara Dino dengan teman teman-temannya yang begitu kompak membuat para pendengar ikut terbawa lagu-lagu yang dilantunkannya, tak sedikit murid-murid yang mendengarkannya ikut bernyanyi bersamanya, termasuk Dinda.
Entah apa yang membuatnya berimajinasi bersama Dino, padahal Dinda tau banget sifat Dino ke cewek, super cuek. Seringkali Dinda membuyarkan imajinasinya agar tidak berharap lebih terhadap Dino. Dari kejauhan dia pandangi Dino, tapi kenyataannya tak sedikitpun Dino merespon pandangan Dinda."Mungkin dia gak tau, dia kan masih asyik bernyanyi sama teman-temannya. Semoga saja suatu saat nanti dia merasa" Pikir Dinda
"Hey Din, ngelamun aja. Ngelamunin Rio ya?" Canda Rara
"Apa sih Ra, enggaklah. Aku tuh sama dia sudah end, sudah close book tau" Jawab Dinda
"Ahh yang bener, kulihat kamu dari tadi mandangin ke arah Rio terus" tambah Rara
"Tapi aku nggak mandangin Rio, tapi.." Kata-kata Dinda terhenti, dia berusaha menahan kata-katanya, dia nggak mau teman-temannya tahu kalau dia suka sama Dino.
"Udah deh ngaku aja, nggak usah malu. Aku dukung kok, hehe" Kata Rara sambil kemudian duduk di sebelah Dinda dan ikut memandang kearah yang dituju Dinda.Entah darimana, mengapa kini Dinda bisa suka sama Dino. Padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal, ditambah pula sifat Dino yang begitu dingin ketika melihat Dinda.
"Untuk kali ini, aku harus bisa menyembunyikan rasa suka ku. Jangan sampai seorangpun mengetahui, karena nanti bakalan fix, ribet deh urusannya" Ujar Dinda, kemudian keluar kelas menuju tempat parkir.Di luar sana dia telah ditunggu oleh Rara, yang sedang asyik melihat kakak kelasnya yang sedang eksis sambil saling lempar senyum. Dinda terdiam sejenak melihat itu semua, dia menginginkan hal itu terjadi antara Dinda dengan Dino, lalu Dinda duduk menjejeri Rara. Tiupan angin perlahan berusaha mengibarkan jilbab yang Dinda kenakan, perlahan dia memperbaiki jilbabnya sambil terus memandangi Dino.
Tak lama Dino dan teman-temannya pulang, termasuk Dimas seseorang yang sedari tadi saling lempar senyum sama Rara.
"Din, pulang yuk" Ajak Rara
Diam seribu kata, Dinda hanya menuruti ajakan Rara dan berjalan di sampingnya. Sesampai di tempat parker, Dinda mengetahui kalau sepeda motornya berjejer dengan sepeda motor Dino. Dinda terkejut bercampur senang bercampur malu, rasanya jadi satu antara senang, senang dan senang banget. Untuk kali ini benar-benar Dinda tidak berani untuk megambil sepeda motornya, entah seperti bertemu dengan setan saja. Memang bertemu dengan setan, setan yang selalu menggoda hatinya, setan yang membuatnya berangan-angan tinggi, setan yang menghiasi hatinya, setan yang membuatnya tersenyum, setan yang membuatnya mempunyai cerita baru. "Ya tuhan, mengapa aku jadi salting begini, padahal dia kan bukan siapa-siapa ku" Ujar Dinda dalam hati. Dinda menghampiri Rara
"Ra, tolong ambilkan sepeda motorku dong, please!" Pinta Dinda.
"Memangnya motormu dimana?" Tanya Dinda.
"Disana" Jawab Dinda, sambil menunjukkan tempat dimana dia memarkirkan motornya.
"Gila kamu, malu aku disana ada Dimas tuh. Memangnya ada siapa sih Din, Rio kan nggak ada disitu, biasanya kamu biasa-biasa aja tuh" Ujar Rara
"Nggak ada siapa-siapa sih, tapi kan disana banyak orang Ra" Jelas Dinda
"Udahlah, biasanya kamu juga berani kan mengambil sendiri, pokoknya nggak Rio" Tambah Rara
"Aku harus bisa menutupi ini semua, jangan sampai Rara curiga kepadaku. ya Allah kuatkan aku, jagalah rasa ini, hanya Engkau yang tahu" Ujar Dinda dalam hati
"Hey, malah bengong. Udah, cepetan kamu ambil motormu" Pinta Rara
"I..ya, iya-iya. Tunggu aku ya" Jawab Dinda, sembari menghampiri sepeda motornya.
Di sana terlihat Dino yang masih asyik duduk diatas motornya, sambil berbincang-bincang sama temannya. Terlihat jelas juga wajah Dinda yang menahan rasa nervous, tapi dia berusaha untuk menhilangkan rasa itu. Berharap Dino merespon sinyal-sinyal yang diberikan Dinda, tapi Fix semuanya berbalik 360 derajat. Kini rasa kecewa terlihat jelas di wajah manis Dinda. Semuanya berubah menjadi asam, tak sedikitpun respon dari Dino yang ia terima, hanya pandangan cuek yang diperolehnya sebagai souvenir untuk hari ini.