Play list | Son Seung Yeon Love So Mean.
Gw g tw cucok ato g lagunya. Yg jelas ini fav gw bgt.
"Apa ini hah?" ibuku langsung melempar kepalaku pake kertas HVS yang isinya print komputer disana menjelaskan uang administrasi sekolah baruku.
"Aku harus beli seragam baru---"
"Kau pikir aku punya banyak uang! Sekolah saja kau sudah beruntung sialan. Jangan minta bermacam-macam. Kau bisanya cuma nyusain hidupku saja. Kau pikir cari uang itu gampang hah?!! Pergi cari uang sana! dasar anak ga berguna---"
"Tapi bu, aku ga bisa masuk kalo ga pakai seragam sekolah baruku---"
"Jangan banyak ngeluh. Biar aku yang pergi menjelaskan ke sekolahmu, lagian kau hanya setahun setengah lagi sekolah. ngapain capek capek beli seragam baru. Buang buang uang tau! Kau harus sadar diri, kau tahu berapa harga sewa rumah rongsokan ini?! Mewah dari mananya Kalau buang buang uang. Cepat sana ganti baju mu!" bentak ibuku kesal, menjitak jidadku yang seluas landasan pesawat tempur itu.
"Kita mau kemana bu?" tanyaku cemas, mukaku uda nunjukkin raut kuatir, aku berdiri secara reflek.
"Cari kerjalah. Kenapa?! kau takut?" tanya ibuku tersenyum sinis.
"Ibukan uda janji setelah aku lulus sekolah-"
"Kau mau seragam barukan?! Kenapa tiba tiba berubah pikiran-"
"Apa uang penjualan ladang kita ga bersisa--"
"Bersisa? Kau tahu ongkosmu kemari berapa?! uang pengobatan ayahmu berapa hah?! Ayahmu bisanya ninggalin utang. Aku harus bayar utangnya setelah kematiannya, benar benar bajingan. bahkan dia meninggalkan putri sialannya padaku. Bisanya nyusain orang aja! Dasar keluarga ga berguna. Uda cepetan sana ganti bajumu saja!"
"T-tapi bu, aku kan masih anak sekolah-"
"Karna itu bodoh. Kau butuh seragam barukan? biar bisa masuk kelas. Emang mau dikeluarkan hah?!"
"I-ibu, besok kan mau pergi kesekolahku?"
"Kau ga malu aku merayu gurumu?!" bentak ibu dengan nada lantang, kalimat horor nya timbul lagi.
"A-aku aja yang akan menjelaskan kepada guruku, aku pakai seragam ini aja sampai aku bisa beli seragam ba-"
"Kau mau pakai apa beli seragam baru hah?! mau jual diri diam diam biar dibodohi om om hidung belang? iya?!" tanya ibu sinis, aku memejamkan mataku lagi, segitu bencinya ya ibu sama anak tirinya ini. Apalah dayaku yang hanya anak tiri ini, cuma bisa nurut nurut kayak orang uda lahir idiot. Bukannya ngelawan aku cuma bisa nangis ga jelas.
"Aku mau cari kerja---"
"Mau kerja apa?! Ini jakarta, ga akan ada yang ngambil gadis bodoh sepertimu! Lebih baik kau ikut bersamaku, jangan buang buang waktu!" ibu segera narik pergelangan tanganku dengan kasar. Aku yang ga mau melayani om om atau lebih tepatnya aku ga mau jadi pelacur. Aku masih mau sekolah. Aku ga mau masa depanku hancur, aku ga mau.
"G--a bu. Aku mau cari kerjaan halal. Aku mohon. Setelah aku lulus aku janji nuruti semua kemauan ibu. Bu lepaskan, bu-"
"Diam! kau makin lama makin banyak tingkah, cepat ikut aku!" ibu bukannya mendengar rintuhaku ibu malah menarikku masuk kedalam kamarku.
"Bu, aku mohon, jangan sekarang, aku janji aku bakal dapatkan uang, aku---"
"Dapat uang? Dari mana? kau mau jual diri diam diam?! Kau mau dibodohi pria diluar sana?!"
"Ga bu. Aku ga kerja kayak---"
"Diam. Sekarang ganti bajumu. Semakin kau banyak bicara, semakin membuatku jijik tau! Mau ini mau itu. Bisanya nyusain saja. Kau tau, aku hampir mati menafkahimu selama ini, entah kenapa ayahmu bisa menitipkan anak sialan sepertimu, apa aku dikutuk?! Kenapa aku mendapat kesialan besar seperti ini, masih ga mau ganti baju juga?! Kau harus dipukul dulu ya baru ngerti" ibu ngambil buku pelajaranku yang berjejer di atas meja. Aku segera berlutut didepan kaki ibu. Kupeluk erat kaki ibu.
"Lepaskan jalang! Jangan buang waktuku!" ibu menendang kepalaku dengan kasar, tangannya juga ga cuma diam aja, tangan ibu malah menjambak kuat rambut hitam legamku yang sebatas tali bh.
"Lepaskan! Anak kurang ajar! Kau pikir aku bisa luluh gitu aja. Jangan sok nangis, lebih baik kau segera ganti baju. Jauhkan tanganmu dari kakiku!"
"Bu, aku mohon jangan sekarang. Aku masih mau sekolah, aku ingin punya pendidikan, tolong kali ini aja bu, aku janji akan menghasilkan uang yang banyak, aku janji akan bayar uang sekolahku sendiri, ibu ga perlu mencampuri sekolahku, aku berjanji, ga akan nyusain ibu lagi, mulai besok aku akan cari ker---"
"Baik kalau itu maumu!"
***
Aku membuka pintu pagar rumah sewaan ibu yang lumayan gede. Cuma warna catnya uda pudar ditelen debu dan waktu, ku tutup pintu pagar rumah baruku itu. Kadang aku mikir, ibu bisa lari kesini, nyewa rumah yang gede lagi menurutku, ya secarakan dikampung rumahmu minimalis banget, kamarnya juga cuma dua, kamar mandi masih beda loh dari rumah. Aku mesti jalan sekitar tujuh meter dari rumah buat mandi.
Kulihat rumah tetangga baruku, mau tau bentuk rumahnya, gede banget coyyy. Halamannya luas lagi, terus cat nya cerah banget. Kira kira orang orang kayak gini ni biasanya, yang ga pernah ngerasain hidup susah, makan nasi lauk garam doang misalnya, atau mandi di air warna coklat.
Mataku hampir jatuh ke aspal yang ku injak, disana berdiri cowok yang nyolong nyolong perhatianku dikelas, cowok yang dihari pertamaku masuk, cowok yang sibuk ngotak ngatik hp nya. Jadi orang yang aku duga ga pernah makan garam itu, teman sekelasku toh. Yaelah, pantes aja dia songong waktu dikelas, dia emang titisan konglomerat ternyata.
Aku melewati rumah cowok itu sambil sesekali nyuri nyuri pandang kerumahnya, dari jarak sejauh ini, aku bisa menyimpulkan kalo cowok itu anak manja, atau bisa dibilang anak mami diliat dari dia meluk meluk ibunya. Aku boro boro, nyalam ibu aja, ibuku itu uda masang muka jijik, kayak liat eek ayam yang kalo diinjak mitosnya bisa bikin kutu air. Maklumlah, anak tiri, jadi ga ada harapan bisa dianggap jadi anak kandung. Uda sad belum coyy?
Aku berenti didepan halte, nunggu bus. Jangan tanya dari mana uangku buat ongkos sekolah. Aku malas jawab pertanyaan kalian.
Kutatap layer hp ku yang minta di buang ketempat sampah, casing nya yang bikin orang bergidik ngilu, terus tombol abjadnya uda luntur parah. Pengen beli Android ga ada duet. Ada duet aja, uda langsung disosor ibu, di fitnah aku jual dirilah. Ibu kok mulutnya sadis banget ya. Lebih kejam dari kota Jakarta ini.
Rip nasib.

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...