Tami Aulia | Let Her Go Passenger.
"kamu itu istri saya, jadi saya yang berhak menentukan hidup kamu!"
Jojo Mahendra.Orang bilang jika kau ingin pergi, setidaknya tinggalkan sebuah kenangan
Aku menatap hampa kertas surat cerai yang sudah dipersiapakan ibu mertuaku sendiri. Nyesek ya, punya mertua ga suka sama menantunya. Aku melipat kembali kertas itu, menyimpannya dibagian bawah pakaianku. Satu bulan dari sekarang, aku akan menciptakan kenangan bersama Jojo, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Setidaknya aku bisa bahagia pernah memiliki suami dingin seperti Jojo.
"Katanya mau ke Bandung? ga jadi?" tanya Jojo, aku langsung beranjak dari depan lemari kain kami. Takut Jojo menanyakan sedang apa aku disitu. Bandung yang dimaksud Jojo kami mau pergi berdua ke Bandung, aku ingin melihat ayahku dulu, Jojo juga ga keberatan waktu aku ajak melihat makam ayah, malah dia terlihat bersemangat minta izin kesekolah. Apa sekolah ngizinin? tau sendirilah, anak konglomerat coy. Aku yang misqueen ini bisa apa? cuma bisa nari jaipong sambil denger lagu Baekhyun Beautiful.
"Jadi kok." Jawabku membalas senyum hangat Jojo, entah kenapa setiap aku melihat dia tersenyum seperti ini, membuat aku tak ingin meninggalkan nya, malah ingin berharap Jojo terus berada disampingku, nama Bian juga kadang mulai tersingkir perlahan, entahlah, aku tak tau perasaan aneh macam apa ini.
"Baju baju uda semua?" tanya Jojo berjalan ke koper yang uda disusun baju bajuku dan bajunya selama sebulan. Yupss aku akan menghabiskan kesempatan terakhirku dikota kelahiranku bersama Jojo, setelah satu bulan ini berlalu, aku tak tau lagi harus pergi kemana. Yang pasti menjauh dari Jojo. Agar salah satu dari kami tak ada yang tersakiti. Ayolah, ibu mertaku sendiri sudah angkat bicara. Aku yang sama sekali ga punya siapa siapa ini bisa apa coba? suamiku saja sama sekali tak bisa aku pertahankan.
"Pake jaketnya." Jojo mengambil cardigan milikku yang sepanjang lutut, cardigan itu lumayan tipis, tapi mampu menutupi lututku yang hanya mengenakan baju terusan sebatas betisku. Kata dokter aku tak bisa lagi memakai pakaian seperti celana ketat, celana jeans, itu dapat mempengaruhi kandunganku. Aku sih tak terlalu memusingkan hal itu, tapi Jojo, banyak protes, inilah itulah segala macam. Bikin aku naik tensi, bisa bayangkan aku pergi belanja ke supermarket pake daster ibu hamil?
"Aku bisa sendiri." Aku hendak mengambil ahli cardigan itu dari tangan jojo yang sudah siap memakaikannya dibahuku. Aku menahan nafas ketika wajahku hampir saja menabrak dadanya yang bidang. Aku langsung menubrukkan tubuhku di dada bidangnya. Entah setan darimana yang merasuki diriku, tiba tiba saja aku memeluk tubuh suamiku. Kok terdengar lucu ya. Masa iya harus kemasukan setan dulu aku baru boleh memeluk suamiku, ini suami saya loh bukan suami tetangga atau suami bu Kades.
Jojo terlihat kaget, aku dapat merasakan tubuhnya yang menegang didalam dekapanku. Wajar dong, pasti dia jijik jijay gitu dipeluk cewek yang wajahnya sebelas dua belas sama eek kucing. Aku menikmati pelukanku ditubuh Jojo, setidaknya aku sudah melakukan kewajibanku sebagai seorang istri sebelum aku benar benar pergi dari kehidupannya. Tuhan aku mencintai Bian, tapi kenapa aku tak bisa lepas sedetik saja dari Jojo. Perasaan macam apa ini. Kenapa hatiku serakah banget. Jojo belum juga membalas pelukanku, terserahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...