60

2.5K 99 0
                                        

Yaya segera menyimpan semua buku pelajaran miliknya kedalam tas. Matanya yang terasa memanas membuat ia sangat membenci dirinya. Tak sengaja ia melirik kearah bangku Jojo, cowok itu juga sedang membereskan buku miliknya. Yaya mengabaikan kegiatan tetangganya itu, dia segera melangkah keluar kelas. Kakinya melangkah lebih cepat, ingin secepatnya menjauh dari lingkungan sekolahnya, yang tiba tiba saja membuatnya merasa muak. Entahlah,  ia tak menyangka ibunya...wanita jahat itu yang menjadi guru bahasa Indonesia mereka. Bukankah suatu kebetulan yang menyakitkan?

"Yaya Viola!!" suara itu..suara yang paling ia benci. Wanita yang ingin dia hindari. Yaya membalikkan tubuhnya, menatap wanita yang masih tampak muda, jauh sebelum wanita itu masih hidup bersama ia dan ayahnya. Se bahagia itukah hidup ibunya selama ini?

"Kau baik baik saja?" tanya wanita...ralat. Ibu kandungnya. Hana. Wanita yang tega meninggalkan dirinya dan ayahnya, hanya karena ga sanggup hidup susah. Apa susah makan nasi campur tempe? apa sesusah itu menelannya? perasaan dia biasa biasa aja. Dia juga ga banyak ngeluh, kenapa semua orang selalu memprioritaskan harta. Fashion. Uang. Apa keluarga ga penting bagi mereka?

"Apa pedulimu kalau aku sakit, kau pikir siapa dirimu, kau ga punya hak menanyai kabarku!!" Yaya tak sadar mengatakan kalimat sekasar itu, tapi tak ada rasa bersalah sama sekali dari dirinya. Dia memang ingin memaki maki sepuasnya wanita didepannya ini. Persetan, wanita itu ibu kandungnya. Dia ga peduli, lagipula apa wanita itu peduli selama ini kepadanya? apa pernah wanita itu mengkhawatirkan dirinya, wanita itu hanya mementingkan nilai dan peringkatnya.

"Kau tampak baik baik saja, gimana kabar ayahmu-"

"Dia sudah meninggal, kau puas!!" dengus Yaya membentak, nada suaranya yang serak menunjukkan bahwa ia...merasa sakit hati..apa lagi melihat raut wajah ibunya yang tampak baik baik saja, setelah mendengar ia mengatakan kalimat barusan.

"Semoga kau bersabar-"

"Tentu saja, lagipula sejak kapan aku mengeluhi kehidupanku?!! kau pikir aku sepertimu?!! kita ini berbeda, aku dan kau-"

"Akulah yang melahirkan mu Yaya, jaga sopan santunmu-"

"Persetan kau yang melahirkanku, kau sadar, kenapa ayahku meninggal?!! karna dia ga bisa melupakan wanita iblis sepertimu-"

"Apa ini yang diajarkan Carlos padamu, melawan orangtua, membentak, tanpa memakai tutur-"

"Kenapa kalian selalu menyalahkan satu sama lain, kalian sadar apa yang sudah kalian perbuat?!! aku..aku yang harus menanggung semua perbuat kalian itu...aku bahkan berharap mati, daripada harus dilahirkan wanita gila uang seperti mu!!!" teriak Yaya lantang, suaranya mengisi koridor kelasnya. Untunglah sekolah uda sepi, sialnya dia bertemu wanita gila didepannya, yang menatap wajahnya dingin.

"Akulah yang selalu merawatmu, seharunya kau berterima kasih, bukan begini balasanmu, apa kau sadar, kau hanya anak bodoh yang butuh bimbingan, kalau aku biarkan kau mengikuti adat kolot ayahmu, mungkin saja kau terus jadi anak bodoh ga berguna, lihat...aku hidup tanpa dia..bahagia, aku punya karir, aku ga hidup susah lagi, makan enak, kau masih membela ayahmu?!!"

"DIAM!!!" teriak Yaya menunjuk wajah ibunya dengan jari telunjuknya, Yaya tersenyum miring, dia membenarkan tali tasnya yang hampir saja melorot ke lengannya.

"Kau bangga hidup mewah tanpa tanggung jawab? kau bangga? kau sadar sialan-"

"Aku ibumu Yaya-"

"Ibu mana yang meninggalkan keluarganya demi laki laki lain, ibu mana?!! sejak ayah meninggal...aku sadar satu hal..kepergian seseorang itu sangat menyakitkan..tapi waktu kau meninggalkanku aku ga merasa sakit sekalipun..orang sepertimu..memang pantas diperlakukan demikian." Ujar Yaya dingin. Air matanya menetes tanpa ia sadari. Langsung saja tangannya menghapus paksa air matanya, sia sia ia menangisi orang macam ibunya ini. Ga pantas untuk ia tangisi.

"Kau menangis...bukankah itu artinya kau masih menyayangiku? aku tau kau tak mungkin bisa hidup tanpa seorang ibu, lagipula hanya aku yang selalu peduli padamu, vitaminmu..lesmu..semuanya aku yang memberikannya, aku tau kau masih merindukan ibu..tapi caramu ini..terlalu norak, dan kau sok tegar Yaya-"

"Jangan sebut namamu lagi!!!" potong Yaya. Dia juga najis menangisi wanita ini.

Kau- aku?

Benar benar bukan anak dan ibu kandung. Beginikah orang orang yang broken home diluar sana, saling memaki jika tak sengaja bertemu? saling tak memakai tutur? tak menghargai satu sama lain. Kalau benar benar begini, betapa banyaknya manusia berdosa didunia ini. Bukankah dosa memaki orangtua? bukankah berdosa meninggalkan keluarganya? semua manusia emang penuh dosa.

"Aku masih tetap ibumu Yaya, hargai aku sebagai wanita yang lebih tua darimu, apa kau masih tetap bodoh seperti dulu?! sehingga masih bersikap kurang ajar?!! sia sia aku memberikanmu les setiap hari, kau masih tetap saja bodoh-"

"Bodoh katamu?!! seberapa tau kau kehidupanku selama ini!!! aku berjuang, belajar mati matian agar bisa menunjukan kepadamu bahwa aku ini anak yang pintar-"

"Kau bahkan berusaha keras ingin menunjukkan kepada ibumu ini, bahwa kau bisa. Aku tau kau masih sangat menyayangiku, karna akulah ibumu, jadi tetaplah bersikap layaknya seorang anak, hargai aku sebagai ibumu-"

"Capek ngomong sama orang gila!!" maki Yaya, ia membalikkan tubuhnya, hendak pergi meninggalkan wanita gila uang itu.

"Jangan lupa siapkan tugasmu!! jangan tunjukkan padaku peringkat terendah sepanjang sejarah!" ibunya berujar dingin. Yaya melanjutkan langkahnya, tangannya terkepal kuat. Makian ibunya tadi benar benar sangat menusuk hatinya. Sampai hari ini pun wanita itu masih mengingat peringkatnya. Apa segitu hinanya peringkat 12? lalu seberapa suci seorang ibu yang meninggalkan putrinya yang sebatang kara?

"Aku membencimu Hana! Aku sangat membencimu!!!"

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang