41

2K 94 1
                                    

Bian ngajak Yaya belanja kebutuhan sehari hari mereka. Padahal dia minggu depan baru gajian, Bian uda ngajak belanja aja.

Uda gitu tempatnya mall besar lagi, ga salah ni si Bian ngajakin dia kemari. Dia yang kampungan, akhirnya bisa juga mijakin kakinya di gedung berlantai tujuh ini. Dari tadi bibirnya gatel pengen bilang "wow!!" tapi karna ga mau mempermalukan Bian, Yaya cuma bisa ngucapinnya didalam hati. Ini beneran tempat belanja ga sih? gede banget cuyyy. Yaya mengigit bibirnya kedalam, ia benar benar kagum akan ciptaan Tuhan, Tuhan begitu ajaibnya menciptakan pikiran manusia sehingga bisa mendirikan bangunan segede ini. Omegat serius dia ga bohong, ini pertama kalinya dia ketempat perbelanjaan kayak gini. Rasanya, kalau anak kampung pertama kali ke kota, seperti itulah yang dia rasakan saat ini. Seneng, kagum. Entahlah, ga mau pulang pokoknya.

"Awas jatuh tu iler, belum pernah masuk mall ya?" Yaya tertegun, ia menatap dingin kearah Bian yang memasukan sayuran kedalam troli. Mesti banget gitu ngomongnya kenceng kenceng? iya, dia baru pertama kali masuk ke mall. PUAS.

"Biasa kali, nanti aku bakal sering ngajak kemari, tenang aja, aku punya banyak duit, hehe."

Situ enak punya banyak uang, tinggal keluar masuk mall, beli baju bagus, sepatu GUCCI, makan, makanan enak, khas konglomerat. Lah dia? kerja dulu mati matian, uda gitu masih ga bisa seperti kehidupan Bian. Apa sih tipsnya? yang anak konglomerat, bagi bagi dong tips jadi kaya raya, emang kalian pikir cuma kalian doang ya pengen kaya, dia juga pengen coyyy!!!

"Mau mie nggga?" Bian mengangkat satu bungkus mie, menunjukkannya kepada Yaya. Yaya ngangguk aja. Bian yang nawarin kok, dia ga ada niat mau nyedot uang Bian.

"Rasa apa?"

Eh? emang ada rasa apa aja, ada stroberi? mangga? jeruk? atau apel?

"Rasa soto, ayam, kari, ayam panggang?" tanya Bian ngangkat bungkus mie satu persatu, dengan warna yang beda beda. Nunjukin ke Yaya.

Yaelah, kirain tadi aneka rasa buah buahan. Dia juga biasanya makan mie ya gitu gitu aja, ga ada milih milih, yang harganya lima rebu 2 bungkus, depan bungkusnya ada gambar ayam, sama mangkok isinya mie gitu, yang kalau diiklankan, indomie seleraku gitu.

"Mau yang mana?" tanya Bian ngangkat bungkus mie warna kuning.

"Semua." Jawab Yaya. Matanya melorot ketika ngeliat Bian masukin beberapa bungkus mie kedalam troli. Ga mikir kayaknya ni cowok kalau mau beli. Siapa yang mau makan mie sebanyak itu? dia masih mentingin kesehatan dia juga kali. Yang bener aja, makan mie tiap hari.

"Banyak banget. Pulangin lagi ketempatnya." Yaya ngambil dua bungkus mie, menyusunnya lagi.

"Kok dibalikin, tadi bilangnya semuanya." Bian ngotot ngambil mie yang uda disusun Yaya. Hadeh, susah ngomong sama konglomerat. Susah, emang benar benar susah!!

"Ini aja uda banyak." Yaya nunjuk mie yang ada didalam troli. Ada mie rasa soto ayam, ayam gurih, Yaya ga bisa bayangin dia yang bakal makan semua mie ini.

"Tadi bilangnya semuanya."

"Aku ga tau kalau sebanyak ini, bilang kek dari awal." Dengus Yaya menggerutu kesal. Dia berjalan lebih dulu dari Bian.
Bian menggeleng pelan, melihat tingkah Yaya yang terlihat lucu. Bian mendorong troli mengikuti Yaya yang uda hampir masuk kerak khusus makanan ringan.

Yaya yang meninggalkan Bian karena merasa sangat kesal, menyeret langkahnya malas, tadi waktu masuk di sibuk menganggumi mall ini, tapi pas uda tau harga barangnya, seketika dia mau mati. Padahal kalau diliat liat barangnya sama, sama barang yang ada di pajak. Sama ga sih?

Bruk!!!

Yaya meringis pelan memegangi lengannya yang kejedot rak makanan ringan. Begitu juga orang yang nabrak dia dari arah depan.

"Aduh, kalau jalan pake mata dong!!!" dengus seorang bocah meringis akibat  menabrak dirinya. Yaya segera berdiri dengan benar, hampir saja rak makanan yang ia senggol tumbang. Ia menatap bocah kecil yang meringis memegangi lengan kirinya, bocah itu membersihkan celananya dari debu.

Bukannya minta maaf, malah memaki orang. Anak siapa sih ini?!!

"Pake melotot lagi!!!" tambah bocah itu lagi.

Astaga, masih bocah juga. Uda nabrak duluan, ga minta maaf sama sekali. Mungkin karna masih bocah itu kali yah? jadi pemikirannya masih rada labil gitu, Yaya memaklumi dengan cara hanya menatapnya dingin.

"Kalau salah itu minta maaf, ga pernah diajarakan apa?!!?" maki bocah ingusan yang menabrak Yaya. Bukannya dia ga salah, yang menabraknya lebih dulu kan bocah ini.

"Shit!" umpat bocah itu kasar.

"Dek, kalau ngomong mikir dulu ya!!" akhirnya Yaya berbicara juga setelah bocah itu memakinya dengan kalimat kasarnya.

"Situ yang mikir, uda nabrak gue, ga minta maaf!!!" tudingnya kesal, nunjuk nunjuk wajah Yaya dengan jari telunjuknya. Yaya menarik nafas sedalam dalamnya. Tiba tiba sebuah sentuhan mendarat dibahunya, Yaya menoleh kearah tangan itu kemudian ke sosok wajah siempunya yang punya tangan.

"B-bian?"

Kaget Yaya, dia pikir ada juga bocah yang salah megang, terus ujung ujungnya mengumpatinya dengan kalimat kasar. Ternyata itu sentuhan yang berasal dari saudara tirinya.

"Kenapa?" tanya Bian menjauhkan tangannya dari bahu Yaya.

"Ga, ini aku tadi ditabrak sama anak kecil, terus dia yang marah,"

"Bocah yang ini?" Bian nunjuk bocah yang masih berdiri didepan mereka, dengan wajah menunjukkan rasa kesal.

"Iya. Uda selesai belanjanya?" tanya Yaya mengalihakan topik. Melirik kearah troli yang didekat Bian, yang uda berisi penuh, berbagai macam barang, si Bian pintar banget belanja. Belum apa apa aja, troli uda sepenuh ini.

"Yujun!!!" Panggil seseorang yang sedikit berlari kearah bocah itu. Bocah kecil itu segera berlari kearah lain, tapi sebelum itu masih sempat mendecih kearah Yaya. Yaya menatapnya dengan tajam. Untung masih bocah, coba kalau tadi uda sebaya dia, uda dia maki maki balik. Cowok yang memanggil bocah itu masih terus berlari kearah mereka, dimana tadi bocah ingusan itu memakinya,cowok berteriak memanggilnya dengan sebutan "Yujun" ketika cowok itu hampir sampe didepan mereka. Barulah Yaya dapat melihat bentuk wajah orang yang manggil tuh bocah. Orang itu, cowok yang memakai jaket denim, dengan dalaman kaos kuning, dengan bawahan celana jeans selutut.

"Kenapa lagi lo sama Yujun?" tanya Bian sama cowok yang tak lain, dan tak bukan adalah Jojo, tetangganya, teman sekelompok yang menendangnya. Jojo menatap dingin ke arahnya. Sebelum menoleh kearah Bian.

"Dia kabur dari rumah, kaburnya kesini, main game, anak brengsek emang, bikin gue pusing aja!!" dengus Jojo menatap kearahnya lagi. Yaya membuang wajahnya kearah lain. Dih sama sama brengsek, sok ngatain orang brengsek. Nyadar dong bang!!!

"Punya adek satu aja uda mau mati, belum lagi si Adam yang sering cengkokin lo, yang sabar Jo." Bian memasang senyum smirk nya. Menggoda Jojo, Jojo hanya mendengus kesal.

Adek? Adam?

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang