48

2K 80 0
                                    

Brukk!!!!

"Yaya!!!"

"Yaya!!!"

Yaya terjatuh dari kursi disamping cowok yang bermain gitar, semua orang langsung bangkit dari tempat duduknya. Tapi untunglah kesiswaan langsung mengamankan. Pak Herman langsung naik keatas podium, ia mendekati siswinya yang jatuh pingsan, pak Herman membopong tubuh Yaya dengan bantuan anak SAINS1 yang sudah meletakan gitarnya di kursi yang tadi ditempati oleh Yaya.

Pak Herman menyuruh Adam mengatakan pada ketua kelas, ga usa beranjak dari kursinya. Biar mereka tetap mengikuti lomba, biar Yaya beliau yang urus.

Pak Herman membawa Yaya ke UKS. Menidurkannya diatas ranjang besi khusus siswa yang tiba tiba seperti Yaya, wajah Yaya tampak pucat, sehingga lingkaran hitam dibawa matanya tercetak jelas. Pak Herman memasang infus ke pergelangan tangan siswinya itu.

Pak Herman berjalan keluar, ia harus mencari seseorang untuk menjaga Yaya, karna ia tak bisa meninggalkan muridnya disana, dialah walikelas mereka. Ia juga harus memberitahukan bahwa Yaya sedang sakit, sehingga pingsan disaat lagu belum berakhir. Saat melewati kelas SAINS1 kebetulan sekali ia melihat Jojo yang berdiri dengan wajah dingin, dan mata memerah. Sejak kapan sisiwanya itu berada disini, bukannya Jojo tadi ditempat duduknya bersama teman temannya? tapi bukan masalah, ia beruntung ada siswa yang bisa ia mintai pertolongan.

"Jojo!!!" pak Herman memanggil Jojo yang belum juga mengetahui kehadirannya. Jojo menatap kearah pak Herman, dengan wajah yang sedikit kaget. Tapi ia mampu menyembunyikannya.

"Ada apa pak?" tanya Jojo mendekati pak Herman yang berdiri tak jauh dari UKS.

"Bapak bisa minta tolong?"

"Tolong?" tanyanya singkat, irit banget mas.

"Didalam ada teman sekelasmu, tolong jagain, bapak harus ke aula lagi, bisa?"

"Yaya?" tanya Jojo. Tuhkan emang Jojo masih sempat melihat Yaya tadi pingsan diatas podium.

"Iya!! tolong jagain!!" perintah pak Herman keburu pergi, takut Jojo menolak. Karna ia mengenal betul siapa Jojo, siswanya yang satu itu terkenal dengan sejuta pesonanya, dingin, datar, irit bicara, tapi kebanggan sekelas karna pintar, Jojo ga termasuk juara umum. Tapi memegang peringkat satu dikelasnya, sehingga pak Herman tak pernah mempermasalahkan kalau Jojo bersikap dingin terhadap teman temannya. Atau memberinya konseling, ia tak mau membuat siswanya itu kesal, mungkin itulah adaptasi Jojo selama sekolah di amerika. Seperti yang Jojo katakan kepada mereka waktu memperkenalkan diri didepan kelas.

Jojo berjalan kedalam UKS, ia melihat tubuh Yaya yang terbaring diatas ranjang. Bibir gadis itu terlihat sedikit membiru.
Jojo melirik kearah betis gadis itu, Jojo mencari sesuatu dari dalam rak yang berada disampingnya. Ia menemukan pakaian ala khas dokter, langsung saja ia menutupi kaki Yaya yang terpampang jelas dihadapannya, ga enak kalau ia menjagain siswi cewek dengan pamer betis gitu, yang ada orang lain bakal mikir yang jorok lagi. Uda rok siswi disekolah FANATA pendeknya bukan main. Jojo memperbaiki letak seragam yang berada diatas kaki Yaya, seragam itu tak sampe menutupi mata kakinya, hanya berhenti dibagian betis saja. Tapi toh tak masalah, daripada seperti tadi, ia yang akan jadi masalahnya kan?

Tiba tiba saja tangan Yaya menarik rambut Jojo yang menunduk dibagian perutnya, Jojo kaget, wajahnya menumpuk perut Yaya, Jojo mencoba melepaskan diri, tapi kekuatan tangan Yaya membuat wajahnya semakin terbenam diperut gadis itu.

"Pingsan ga sih?" Jojo mendengus kesal. Ia hendak menarik tangan Yaya kalau saja suara gumanan Yaya yang mengsisi ruangan itu.

"Pergi aja semua, pergi!!! ga usa mikirin aku lagi..."

"Aw!!!" rambut Jojo tertarik semakin kencang, wajahnya semakin menimpa tubuh Yaya.

"Nih cewek beneran pingsan ga sih?!!! belum ada sejarahnya orang pingsan bisa ngigo kayak tadi!!" Jojo menarik tangan Yaya yang masih menarik rambutnya.

"Hahhh, hahhh," Jojo mengambil nafas sebanyak banyaknya. Ia menatap dingin kearah gadis yang uda di tolongin malah narik rambutnya.

Matanya tak sengaja melihat air mata Yaya yang mengalir dari matanya. Nangis?

Jojo mendekati Yaya, benar, Yaya menangis dalam pingsannya, Jojo menghela nafas kesal. Entah kenapa ia bisa menuruti kemauan pak Herman yang menyuruhnya menjaga cewek aneh didepannya. Ia tak ingat pernah mau menuruti kemauan orang lain, kalau bukan urusan pelajaran. Siapapun itu. Baik kepala sekolah sekalipun. Tapi ini? apa dia uda tak waras. Sehingga menuruti keinginan gila pak Herman. Bagaimana beliau bisa mempercayakan seorang gadis kepada seorang cowok. Bagaimana jika ia melakukan hal buruk, seperti menggerayangi Yaya..

"Bagus juga, aku bisa nikmati tubuh dia gratis!!" Jojo memasang smirk nya. Jojo menarik tangan Yaya yang terlentang kebawah, ia memperbaiki tidur gadis itu.

Tak!!!

Tangannya menjitak kepala Yaya.

"Besok jangan sampe kau tau aku yang menjagamu disini, dasar cewek gila, nyusain aja!!" Jojo duduk dibangku didepan ranjang, ia mendengus kesal melihat wajah Yaya yang tidur dengan damai. Disaat seperti ini gadis itu masih bisa tidur dengan nyaman.

Jojo mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, ia mencari kesibukan dengan membaca artikel tentang SAINS, sambil menunggu Yaya sadar, atau menunggu seseorang yang datang, menolongnya.

Tiba tiba tangan Yaya yang masih pingsan, jatuh ke paha Jojo. Bikin masalah aja!!

Jojo menatap dingin kearah tangan gadis itu yang masih bertengger di atas pahanya. Jojo mengangkat lengan Yaya dengan hati hati. Sejak kapan ia memperlakukan seseorang seperti ini?
Jika ada yang menyentuh bagian tubuhnta, seici saja, ia akan mematahkan tangan orang itu.

"Jangan pergi lagi, aku uda rajin belajar, aku berjanji akan masuk universitas sesuai keinginan ibu...jangan lepas tanganku...bu...bu!!!"

Jojo yang hendak menghempaskan tangan Yaya, menggenggamnya meletakkannya diatas paha cowok itu.
Eh?

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang