Play list | Yoon Mirae Always.
Kubuka pintu rumah dengan mata yang uda 8 watt berat pen tidur. Tapi belum aja aku buka sepatu kepalaku uda dihadiahi pukulan keras. Kugosok gosok kepalaku yang sakitnya minta ampon karna pukulan sapu yang dipegang sama ibu.
"Dari mana aja kau?" empat kata, satu kalimat menjadi sebuah pertanyaan yang dibumbuhi ketusan kesal ibu menatap tajam kearahku.
Wajar sih ibu nanya aku dari mana, ini uda jam 12 malam, dan aku baru pulang lengkap dengan seragam sekolahku. Cuma bisa ga sekali aja ga usa pake kekerasan dalam rumah tangga. Lah?
"Dari--"
"Pokoknya aku ga mau dalam tiga minggu kau belum ngasih aku uang." Dengus ibu ninggalin aku. Kubuka sepatu sekolahku yang uda layak diganti. Cuma mau ganti pake apa? daun kelor? sori ga punya.
"Yaya sini! aku mau bicara!" aku mendekat kearah sofa. Kuliat ibu yang menatap layar hp nya. Android gitu, cuma aku ga tau mereknya apa. Pasti ibu belinya pake hasil uang bapak James.
"Aku uda dapat job besar, sekali pake kita bisa dapat 100 juta, kesempatan emas ini. Apa lagi kaukan masih perawan---"
"Maksud ibu apa--"
"Makanya dengarkan dulu, orangtua ngomong itu jangan disautin. Aku uda dapat job, nanti jam 2 pagi kau harus uda siap siap---"
"Bu---"
"Apa? mau bantah orangtua? mau jadi anak durhaka?" ibu langsung menjitak jidadku kasar. Aku menghela nafas berat, tanganku uda mengepal kuat. Ingin rasanya menonjok congor kurang ajar ibuku itu. Tolong dikoreksi ulang, aku ini anak dia, ya, meskipun anak tiri. Tapi masa iya ibuku mau jual anak sekolah, mau jual sesama wanita. Aku ini masih berstatus anak dia loh. Apa ga ada secuil pun sisi kemanusiaan wanita yang menatap tajam ke arahku ini.
"Aku ga mau." Entah dari mana keberanian itu muncul, tapi yang jelas aku ga mau dijual. Aku bukan pelacur, aku anak sekolah.
"O, uda mau melawan sekarang? mau ku usir kau dari sini?"
Lagi lagi ngancam.
"Bu mikir dong---"
"Nyuruh aku mikir! jadi kau pikir aku selama ini ga mikir hah? berani kau ngatain orangtua ya?" uda taulah jawabannya. Rambutku yang uda semrawut jadi makin kayak semak semak yang ga pernah dibersihkan sama sekali. Mengembang keatas. Akibat jambakan gratis tangan ibu.
"Awhh." rintihku kesakitan, tarikan ibu itu bukan kaleng kaleng, jadi aku harus rela rambutku yang jadi sasaran wanita jahanam ini. Ingin rasanya aku mencakar muka ibuku ini, cuma ya, kalian taulah, sekali saja aku bertindak kurang ajar, uda pasti semua pakaianku ada diluar pintu.
"Kau makin didiamkan makin menjadi jadi ya! kau mikir ga? aku susah susah ngasih kau makan sendiri. Pake sok sekolah segala. Mau gaya gayaan disekolah? mau menggatel? aku tau, anak anak umur sebayamu ini, jaman jamannya ngeganjen sama cowok cowok!"
Astaga.
"Bu---"
"Kau mau tubuhmu di cicipi gratis? kenapa ga di pake untuk cari uang aja?"
"Bu---"
"Pokoknya aku ga menerima bantahan! turuti kemauanku, cepat sana cari baju yang cocok. Satu lagi---"
"Aku bilang aku ga mau."
Plak!
Satu tamparan mendarat indah di pipiku, wajahku terlempar kesamping. Sakitnya sih ga seberapa, cuma pedihnya..pedih hatiku yang pengen balas, cuma ga bisa.
"Lancang kau menjawabi aku seperti tadi---"
"Ibu dengerin---"
"Aku ga mau tau. Cepat sana masuk ke kamarmu. Ganti baju, abis itu masakin makan malam. CEPETAN!!" Bantak ibu lantang, aku hanya diam di tempatku. Ga bergerak, ga beranjak, ga bernafas. Eh?
"Aku ga mau dijadiin bahan jual--"
"Kau siapa ngatur ngatur aku? kau yang ngasih aku makan? masih makan uang dariku juga, sok songong! kalo bosan hidup, tinggal nyusul bapakmu sana!"
"Apapun yang ibu bilang, aku ga mau dijual sama laki laki hidung belang, aku uda dapat kerja---"
"Kerja apa? gajinya berapa? cukup ngasih aku makan apa enggak? jangan asal pamer aja kayak uda pengalaman!" dengus ibu lagi, bukannya mendengar aku lebih dulu, ibu malah mendengus gusar, ga ketinggalan tatapan sinis menjurus kearahku yang berdiri sekitar satu meter dari ibu.
"Aku uda kerja diterima kerja di sebuah hotel bu---"
"O, aku tau ini, kau mau jual diri pasti--"
"Ibu kok ngomong gitu sih. Aku aja ga ada mikir sampe sana---"
"Jadi kerja apa? wanita simpanan? jablay atau memuaskan has---"
"Aku ga seperti yang ibu pikirkan."
"Jadi kerja apa?" tanya ibuku kesal, aku mengehirup udara yang sempat habis dari tenggorokanku.
"Aku kerja sebagai office girl bu."
Hening.
"Ibu ga mara--"
"Berapa gajinya?"
Aku tampak berpikir, setelah itu..
"2 juta sebulan bu." Jawabku kuatir ibuku mau marah.
"Dua juta? bagus juga. Yodah saja masuk kekamar, setelah itu jangan lupa bikinin aku bubur ayam." Suruh ibu setelah mendengarkan nominal gaji ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...