"Lo ngapal bagian ini, terus yang ini, ini juga, lo ilangin aja bahasa bakunya, biar ga nampak banget baca buku-"
"Aku kurang ngerti disini bisa dijelasin ulang ga?!"
"Ohh ini, gimana ya, gua juga kurang ngerti, yang nulis ini si Jojo, lo tanya aja ke dia. Jo bisa sini bentar ga!!" Chiko manggil Jojo yang keasyikan bicara sama Vivi didepan rak yang satu meter dari meja mereka. Jojo menghampiri meja mereka meninggalkan Vivi yang wajahnya uda cemberut. Yaelah biasa aja kali neng.
"Apa?" tanya Jojo tanpa basa basi. Pelit banget sih tu mulut ngomong. Apa Cho? Lo mau nanya sesuatu? Apalah.
"Lo bisa jelasin ke dia ga, kurang ngerti dia." Chiko nunjuk Yaya dengan ujung penanya. Yaya menggangguk sambil tersenyum canggung.
"Yauda nanti aja lewat cha-"
"Aku ga punya handphone." Ungkap Yaya jujur. Chiko natap kaget gitu, Jojo hanya berdehem pelan.
"Ajarin bentar ajalah Jo, ga nyampek sejam juga."
"Ga bisa, Vivi uda luan tadi minta jelasin punya dia. Lo aja yang ngajarin. Pusing gua!!"
"Gu ga ngerti bagian ini, laringoskopi langsung, laringoskopi ga langsung, sama efek sampingnya."
"Ambil aja catatan gue." Jojo berjalan lagi ketempat Vivi. Pelit banget sih, si Vivi lagi rada ngapain coba nanya Jojo. Gini amat nasibnya.
"Yauda lo baca ulang catatan Jo-"
"Inikan uda lengkap, masa baca catatan dia ulang, kan aku ga ngerti gimana jelasinnya ke depan nanti."
"Bener juga, Jo, sini bentaran, bentar ajaa.."
"Apa lagi?!!" Jojo menghampiri meja mereka disusul Vivi dibelakang. Ngekor aja neng ngekor. Tadi pas Jojo nyari buku langsung capcus ikutan. Ehh tiba tiba uda nanya aja ke Jojo soal yang ga dia ngerti. Tampang Vivi aja ga ada niatan belajar. Rada ga percaya gitu si Vivi yang milih ni tempat. Tapi karna dia ketua, percaya ajalah.
"Ini dia bilang, kalau yang dibuku sama punya dia uda lengkap, cuma dia ga ngerti jelasinnya ntar didepan kelas, biar ga kaku, jelasin ke dia Jo, Vi lo uda siap nanya Jojo-"
"Belum, dianya aja belum jawab. Lo berdua usil banget ya, manggil manggil ga jelas, kan Jojo jadi ga mau jawab pertanyaan gue, ini lagi si cewek kampung, sengaja banget manggil manggil, pura pura ga mudeng, biar bisa berduaan sama Jojo!!" Dengus Vivi kesal, mendaratkan pantatnya di kursi dengan wajah masam.
"Emang lo ga ngerti dibagian mana, siapa tau aja gue bisa bantu-"
"Gausa, gue uda ngerti sekarang." Desis Vivi membuka kasar bukunya. Mencoret coret sesuatu dibelakang bukunya.
"Ga usa ngambek juga kali Vi-"
"Siapa yang ngambek-"
"Muka lu jelek banget tau!!!"
"Lo ngatain gue hah?!!"
"Gue pulang-"
"Ehhhh..." Mereka bertiga cengok kearah Jojo yang memasukan buku catatan yang tadi dipegang Chiko. Yaya melirik jam dinding perpustakaan, lah uda jam 22:12. Padahal dia belum ngerti, uda main pulang aja. Ini gimana ceritanya coba?!!
"Dia belum ngerti Jo, lo kasih tau aja, ohh kalian kan tetanggaan, lo datang aja kerumah Jo...ga enak juga sih cewek kerumah cowok, lo aja yang datang kerumah d-"
"Ga."
Hah Ga? Waduh ni orang pelit bener. Itu ilmu dia dapat dari buku juga, kikirnya bukan main. Songong lu tong!!!
"Gue ga ada waktu kerumah dia!!"
Ohh gitu, sibuk ni ceritanya, cie yang konglomerat.
"Bentar aja kali, emang lo sibuk apa, dirumah juga lo sering bo-"
"Gue mau pergi ngezime,"
"Yaya!!!" panggilan seseorang membuat mereka bertiga menoleh kearah cowok yang barusan manggil Yaya. Yaya kaget bukan main, dia langsung berdiri dari kursinya. Kursinya hampir saja jatuh kebelakang, kalau saja tangan Jojo ga sigap megangin.
"Jadi kau kerja kelompok disini?"
"Bian, kok ada disini?!!" tanya Yaya menghampiri Bian yang uda disekitar mereka.
"Aku mau bantuin kau daftar kartu perpustakaan."
Yaya melipat bibirnya kedalam, ngapain coba si Bian ngomong gitu? Kan jadi malu sama tiga orang yang uda natap kepo ke dia. Termasuk Jojo. Catet.
"Ga usa, lagian aku ga terlalu butuh bukunya. Naik apa kesini?" tanya Yaya ngumpulin buku buku pelajarannya, memasukannya kedalam tas. Mencoba membawa saudara tirinya pergi dari situ.
"Emang buku apa sih yang mau dipinjam, coba tunjukin ke aku, masa aku ga pu-"
"Ga usa, uda ga butuh lagi. Uda ayo pulang." Yaya menyandang tasnya dengan tergesa gesa. Si Bian ngapain coba tiba tiba muncul, nyinggung nyinggung kartu perpustakaan, sama buku. Kenapa?!! Hal itu pasti bertujuan ke novel. Yaya melirik malu kearah Chiko, Jojo, Vivi. Mereka bertiga menatapnya dengan tajam. Seakan akan ingin membunuh nya saat ini juga.
"Siapa lo?" suara cempreng Vivi bertanya ga suka gitu.
"Bian." Jawab Bian ga nyebut dia sebagai apanya Yaya. Bian aja. Lah gitu doang. Mereka bertiga pasti mikir yang aneh aneh.
"Uda kita pulang aja, ngapain sih datang kemari-"
"Bukunya gimana?"
"Gausa, buku apa coba?" tanya Yaya pura pura ga tau buku apa yang dibahas Bian.
"Nanti gue datang kerumah lo." Yaya menghentikan langkahnya, ia melepas tarikan nya di lengan Bian, memutar tubuhnya, menatap siapa yang barusan ngomong.
"Jojo?!! makin tinggi aja sekarang, ngapain lo disini?" tanya Bian mendekati Jojo. Ini maksudnya apa sih? Kok nyinggung nyinggung makin tinggi. Emang pernah akrab?!! Tunggu... APA?!!! Jadi Jojo jojo yang disinggung Bian kemarin itu...Jojo yang ini...Jojo tetangga mereka. Wahh kebetulan banget. Sangat kebetulan.
"Lo juga makin tinggi." Jawab Jojo dingin ga senyum sedikit aja.
"Kenal?" tanya Yaya menoleh kearah Bian, Bian langsung ngangguk.
"Kenal? dimana? dirumah?"
"Ga, kepo banget, padahal dirumah ga ada nanya nanya..awww..." Bian memegangi lengannya yang dicubit Yaya dengan keras. Yaya membalikan tubuhnya siap untuk lari dari situ sekarang juga. Ngapain bawa bawa rumah tadi, ngapain?!!!
"Rumah?" tuh kan, Vivi bertanya dengan nada sinis. Asli banget ga sukanya. Langsung nunjukin didepan Bian. Ga sopan banget kek si Jojo.
"Iya." Jawab Bian ga natap wajah si Vivi. Natapnya ke Yaya.
"Ehh nomor lo masih yang lama kan? nanti kita ngobrol lewat chat aja, gue cabut!!" Pamit Bian dengan gaya cool nya. Si gigi pagar ngapain sih sok akrab. Bisa langsung pulang aja gitu. Pulang. Biar ga makin malu dia ke anggota kelompoknya. Malu maluin aja, pake acara bawa bawa buku, kartu perpustakaan, terus rumah, untuk apa coba?!!!! Bikin malu aja Bian. Bikin malu. Puas sekarang dia ga punya wajah. Yaya ga tahu hubungan apa yang dijalin Jojo sama saudara nya, kok bisa saling kenal, kek pernah akrab gitu. Yang jelas bukan hubungan saudara tiri kek dia ke Bian. Bukan. Seratus persen Yaya jamin bukan. Si cakep Bian cuma boleh jadi saudara tiri nya. Titik. Eh? Bian ngejar langkah Yaya.
"Ga jadi daftar kartu perpustakaan, katanya mau minjam buku?"
Bian!!! Please diam. Yaya mempercepat langkahnya. Bodohlah mau si Bian ketinggalan. Siapa suruh datang kesini?
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...