18

2.9K 160 0
                                    

Yaya menggaruk tengkuknya dengan kaku, ia menarik bangkunya kebelakang, matanya tak henti hentinya melirik ke novel yang terdampar didepan Jojo, dengan halaman yang terbuka. Wow, tamatlah sudah riwayatmu Yaya. Disaat kerja kelompok, di perpustakaan umum, nemu novel, terus seenak jidad mau minjam, ga mikir apa, tu novel ada adegan dewasanya. Ini semua karna si ULAR. Yaya menoleh kearah Vivi, teman sekelompoknya itu membersihkan bagian rok belakangnya akibat tadi terjatuh. Rasain, makan tu karma. Makan. Biar kapok. Iya kalau beneran kapok.

Yaya ingin mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tasnya. Tapi ia malu karna ada novel diatas tas sekolahnya. Malu maluin. Yaya menggaruk tengkuknya lagi, ia pura pura tak melihat novel itu, tangannya menggeser novel itu dengan kaku.

"Emang novel apaan sih?" tanya Chiko merebut novel yang menimpa buku Jojo, Yaya mengangkat wajahnya, matanya melotot besar melihat Chiko yang sudah membuka lembaran novel itu.

"Eemmmmmphh...desah Sean setelah berhasil memasukan kejantan-" Chiko menggaruk rambut cepaknya asal asalan, ia tak melanjutkan bait novel tersebut. Ia terkekeh kecil, melempar novel itu pelan keatas meja. Kedua pipi Yaya sudah memerah menahan rasa malunya. Harga dirinya terinjak injak hanya karena Vivi yang merebut novel itu, dan membacanya keras keras, dilanjutkan acara novel yang menimpuk kepala Jojo, terus di lanjutin lagi sama Si Chiko membaca novel itu, masalahnya, kenapa mereka selalu membaca disaat adegan dewasanya. Kenapa coba?!!!! Kan harga dirinya terinjak injak. Apa pendapat mereka tentang dirinya yang membaca novel dewasa model begituan. Kira kira kalau ia jadi mereka, ia berpikir apa ya?

"Dewasa juga ni cewek."

"Wah, ciri ciri cewek memuaskan ni." atau

"Gila ni cewek, ga malu apa baca gituan?!!"

"Seleramu...oke, bagus!!" ujar Chiko terkekeh, ia menunjuk novel itu dengan enggan.

"Gila banget lo baca buku ginian, lo mau-"

"Uda Vi, jangan buat masalah lagi." Chiko melerainya dengan menggelengkan kepalanya kearah Vivi. Entah cowok itu membelanya, atau karna...entahlah. Yaya malu, benar benar malu, malu banget tahu ga sih.

"Ga buat masalah, ini cerita dewas-"

"Vi,"

"Lo belain ni cewek, disuruh ngambil buku apa?!! malah mau baca novel, model beginian lagi, ga malu apa ada anak cowok disini-"

"Ga baca disini kok, ehh..bisa dipinjam ga novel nya?"

Mulut!!! Malah yang aneh aneh ditanya!!! Yaya membuka buku pelajarannya mengganti topik pertanyaan angker yang baru saja keluar dari mulutnya. Kenapa ia bisa ga sadar bertanya hal keramat tadi.

"Apa lo bilang?!!! ga malu lo ya?!! uda keciduk baca cerita dewasa, mau minjam, lo mau prakte-"

"YA ENGGAK LAH!!!" potong Yaya berdiri dengan gaya sok jagoan. Bangku yang ia duduki terlempar, terjatuh kebelakang. Semua pengunjung seketika menatap ke meja mereka. Yaya buru buru menetralisir sikapnya. Ia mengambil bangkunya yang terlempar sedikit jauh. Ia tak menyangka bisa berteriak keras seperti tadi. Benar benar berlebihan. Mungkin karna ibunya sering mengancamnya ingin menjualnya kepada om om. Jadi ia trauma, alasan yang masuk akal kan? Yakali Yaya bilang gitu ke mereka. Mau ditarok dimana mukanya? Diloteng kamarnya yang mewah. Duh, rumah nyewa aja uda sombongnya selangit.

"Kau ga malu bikin keributan dari tadi!!"

Akhirnya, Jojo mengeluarkan suara emasnya. Yaya menundukkan wajahnya, tak berani menatap  mereka. Tangannya yang berada diatas pahanya, sudah basah, karena berkeringat, ia menakutkan kesepuluh jarinya. Ia tak menyangka Jojo akan marah.

"Ngapain baca baca ginian?!! masih sekolah, isi kepala uda kotor semua." Tuding Jojo sadis. Yaya semakin mengeratkan kesepuluh jarinya. Menghilangkan rasa gugup, malu, kesal, dan ingin menangis. Dikatain isi kepalanya kotor. Itu mulut atau pisau dapur, tajam bener.

"Vivi cari buku biologi," suruhnya, Vivi langsung beranjak dari tempatnya. Disusul Chiko, padahal si Jojo ga nyuruh.

"Puas sekarang semua orang ngeliatin kesini!!" desis Jojo masih dengan nada yang sama. KESAL.

"Balikin nanti ni novel ke tempatnya semula!!!"

"Iya." Jawab Yaya pelan. Jojo melempar pelan novel itu kesamping tas Yaya, pas sasaran. Nah gitu doang?

***

"Darimana aja kau?!! akhir akhir ini sering pulang malam?!!" bentakan dahsyat ibunya langsung menyambut kedatangannya. Padahal ia sangat lelah, jalan kaki dari perpustakaan yang masuk gang dua kali. Bener bener ketua kelompok ga perperasaan emang. Sengaja atau emang niat banget pergi ke perpus.

"Kerja kelompok bu." Jawab Yaya masuk, tidak lupa menutup pintu rumah yang sudah dibukakan ibunya.

"Kerja kelompok?!! jangan bilang kau masih pergi sekolah?!!"

Keceplosan.

"I-iya, dari mana ibu ta-"

"Bodoh, kau pikir dimana kerjaan yang ada ngasih tugas kelompok?!!"

Bodoh, emang bodoh banget ni mulut.

"A-aku emang masih sekolah bu-"

"APA?!! Jadi setiap pagi kau pergi pagi pagi buta itu karna mau kesekolah, bukan kerja?!! uda berani nipu orangtua ya?!!!" ibunya langsung menarik tali tas sekolahnya yang masih setia melingkar di bahu nya. Yaya kewalahan melihat sikap kasar ibunya. Uda tadi di perpustakaan umum malu maluin, dirumah langsung dihajar. Sial bener ni hidup. Sial, sial, triple shit!!!

"Kenapa ini ribut ribut?!" ibunya melepas tarikannya dari tas Yaya, Yaya langsung memperbaiki letak tali tasnya yang lumayan berat. Setelah itu...

"Siapa nih mi?" tanya anak cowok seusianya. Lah dia siapa? Kenapa ada dirumah ibunya? Pakai manggil Mi lagi, maksudnya minyak goreng?

"Ini anak tiri mami, yang sering mami ceritain." Jawab mami nya dengan nada mendengus. Yaelah santai ngapa, santai..
Yaya kaget setengah mati mendengar jawaban ibu tirinya itu. Jadi cowok yang baru turun dari lantai dua itu, anak ibu tirinya. Sejak kapan? Kok dia ga tau, ibu tirinya uda kawin? Malah anaknya uda segede dia lagi. Ibu tirinya juga ga ada aura aura uda nikah dua kali. Jangan bilang anak hasil dari...

"Ohh, jadi ini orangnya. Kok tadi mami marahin dia gitu, ada masalah?" tanyanya sok peduli. Tapi diliat dari wajahnya sih, beda banget dari maminya. Bodohlah mami dia itu ibunya. Jadi ceritanya dia bawang putih ni?

"Tau tu, tanya aja langsung ke orangnya. "  Ujar ibunya dingin, melewati anaknya. Menaiki tangga.

"Dari mana?" tanya cowok itu menghampiri Yaya.

Yaya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya. Memastikan tu cowok emang nanyain dia. Atau rumput yang bergoyang. Asekkk!!!!!

"Yaiya, abis darimana jam segini?" tanyanya. Cowok itu menarik sudut bibirnya keatas. Lah malah senyum. Tapi cakep.

"Kerja kelompok."

"Masih sekolah?"

"Iya." Jawab Yaya singkat. Kata ibunya tadi uda ceritain ke anaknya. Masa ga tau dia masih sekol-

"Tapi mami bilang uda lama putus sekolah."

Hebat ya!! Sejak kapan lamanya?!!

"Enggak kok." Jawab Yaya, ga enak juga ia menjelekan ibunya didepan anak kandungnya. Lah gimana maksudnya sih?

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang