Seminggu sudah berlalu, Yaya jarang masuk sekolah, pembicaraan dengan Jojo juga sudah selesai, ga ada lagi yang mau dibahas. Tentu saja hidupnya harus dibahas, masa depan apa yang akan dia jalani, apakah masa depan yang menjanjikan? apakah masa depan yang lebih menyakitkan dari ini?!! Hidupnya terasa hina, kotor, seharusnya dia mati saja. Atau lebih tepatnya dia menyusul ayahnya, memaki ayahnya, kenapa bisa ayahnya menimpakan kesalahan kepadanya.
Yaya ga bisa membayangkan dia akan hancur dengan sekejap? meskipun dirinya ga berakhir dirumah bordil, meskipun ibunya ga sepenuhnya salah atas ini, ga salah? ibunya yang mengusirnya dari rumah, sehingga dia harus pergi ke hotel itu. Kalau ibunya ga mengusirnya waktu itu, mungkin ini ga akan pernah terjadi. Dia masih bisa bersekolah dengan tenang, masuk universitas, punya rumah sendiri, atau kebahagiaan apalah. Apa saja yang ga membuat air mata menetes.
Memang dia tak mengalami hal hal kebanyakan wanita hamil, mual atau pusing. Mungkin Jojo hanya melakukan sekali, tentu saja ga segampang itu. Tapi tetap saja, masa depannya, semuanya hancur. Dia merasa hina. A-apakah mungkin saat ini dia sudah menjadi seorang pe...lacur? tapi dirinya ga melayani orang, Jojolah pelaku pemerkosanya. Benar, ia diperkosa si brengsek itu.
"Kau sering banget ngelamun, apa sihh yang dilamunin?" Tiba tiba Bian sudah duduk bersisian dengannya disofa ruangtamu. Bian baru pulang dari sekolah, beberapa jam yang lalu.
"Ga ada." Jawab Yaya membuang wajahnya kearah lain. Dia jadi malu berbicara dengan Bian, atau sekedar menatap wajahnya.
"Yakin? ada masalah? uda sembuh pusingmu?"
Jadi Yaya membohongi Bian, dia ga sekeloh karna sakit pusing, semacam itulah. Uda tiga hari dia ga masuk sekolah, lagi eneg liat si Jojo. Waktu duduk dikelas aja bawaannya canggung, ga kebayang pernah berciuman...bahkan sudah anu anu. Is!!!
Lagian kalau sampe dia hamil, lebih baik dia mati saja!!! kedengarannya bukan ide yang matang."Pak Herman bakal bawa kita liburan selama tiga hari, ke bandung, itu tempat tinggal lama mu kan?"
Kok tau?
"Ibu cerita banyak tentangmu sebelum aku kesini, jadi jangan mikir aku memata mataimu, ikut ga?"
Oh ibu toh, btw ibu bilang apa aja, ada ga bahas bahas jual jual gitu?
"Ditanyain malah melamun, mikirin apa sih? ada masalah?" Bian menoyor pelan kepalanya. Yaya menghela nafas panjang.
Hidupnya mah selalu bermasalah.
"Ga ada kok, eh kapan kalian pergi?" tanya Yaya basa basi, ga enak juga ga nanggapin cerita Bian.
"Kalian? ga ikut?" tanya Bian mengerutkan keningnya, yang tadi duduknya menyandar kini duduk dengan tegap menatap intens wajah Yaya.
Ga usa natap natap dia uda ga suci lagi. Dia uda kotor, hanya tinggal menunggu kenyataan menampar kedua pipinya.
"Ga ikut gimana? pak Herman nyuruh semua wajib ikut,"
Wajib? baguslah, disana ia bisa dibunuh ibu James, atau mungkin James sendiri, dia ga perlu bunuh diri sendiri. Yang hanya nambah dosa. Kalau mereka ke desa. Dimana dirinya dan James tinggal. Karena dia bukan anak kota, dia hanya anak kampung yang kebetulan hidup bersama ibu tiri. Kebetulan?
"Harus ikut, takut ga ada uang?"
Iya. Takut juga dia natap wajah Jojo. Uda please dia lagi pusing. Ga usa nanya nanya ngapa!!!!!
"Aku bisa bayar semua yang kau butuhkan, uang ongkos, uang makan-"
"Ga perlu, ga usa repot repot, aku ga mau merepotkan banyak orang, aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku ga akan pergi, biar aja pak Herman memberiku hukuman berat sekalipun."
Toh lamban laun dia akan ditendang juga dari sekolah. Uda dibilang tinggal nunggu waktu, waktu yang akan menghancurkannya.
"Nilai mu bisa turun, kau ga mikirin nilai mu?"
Nilai? Ck, dia bahkan sudah meluruskan semuanya mulai sekarang, dia akan memutuskan berhenti sekolah, sebelum kejadian menjijikkan bersama Jojo tersebar luas. Lagian siapa yang akan menyebarkan, hanya dia dan Jojo yang tau. Salah satu dari mereka? yang jelas bukan dia. Kalau bisa dia melupakan kejadian itu. Kalau bisa!!!
"Lagian waktunya masih banyak, kalau kau ga mau aku bantu, kau bisa menunggu gajian...
Dia uda gajian, gajian apa lagi? tiga minggu lagi yang ada. Uda deh Bian, ga usa urus urus kehidupan kelamnya.
"Masih belum gajian juga ya?" tanya Bian dengan nada hangat, mungkin agar Yaya ga merasa tersindir, sejak kejadian dimana ibunya memukulnya, dimana Jojo memperkosanya, Bian uda ga pernah lagi memarahinya bekerja. Mungkin ibunya sudah menceritakan semuanya, mungkinkah ibunya juga bercerita bagaimana ibunya menghajarnya waktu itu. Kalaupun iya, mungkin Bian ga peduli. Siapa dia yang berhak mendapatkan perhatian cowok disampingnya. Dia hanya gadis yang kebetulan hidup luntang lantung, yang ga punya orangtua, jadi ibunya kebetulan memiliki sedikit hati dan perasaan, sehingga dia ditampung disini, dengan syarat cari makan sendiri. Bukankah kedengaran memilukan?
"Pokoknya kau ikut, biar aku yang bayar kalau kau ga punya uang, ga usa sungkan, kita keluarga kan.."
Keluarga? keluarga mana yang mengusir anaknya, meskipun anak tiri sekalipun, keluarga mana?!!
"Ga usa banyak mikir, ntar pecah tu kepala, uda jam satu, mau makan ga?"
"Ga." Jawabnya singkat.
Lagian bentar lagi dia mau berangkat kerja. Masih ditempat yang sama, hotel YUANGSI. Dimana kejadian Jojo....udalah. Capek bahas bahas itu mulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...