Jojo menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu mobil cowok itu, Yaya mendekati cowok itu dengan mata yang sembab. Matanya uda ga ngeluarin butiran bening dari matanya lagi.
"Apa?" tanya Jojo dingin, Yaya berdecih sinis, hebat banget ga dia tuh. Uda mulai berani banget sekarang. Semenjak kemuculan Bian dia jadi sok keren gitu. Ketiruan dari Bian kali ya?
"Kau!!!" Yaya menunjuk wajah Jojo dengan jari telunjuknya, Jojo mengerutkan keningnya, ga ngerti sama sekali apa maksud dari perbuatannya itu.
"Kalau ga penting ga usa ngomong. Ngabisin waktu gue aja." Jojo hendak masuk kedalam mobilnya.
Ga penting? Tuhan cabut nyawanya kalau ini bukan hal yang penting baginya, ga mungkin dia mau nungguin sampe les selesai, mending pulang bareng Bian, ongkos gratis. Cowok sialan ini!!
"Kenapa kau...maksudku kalian, apa maksud kalian sebenarnya?!! jelas jelas aku satu kelompok denganmu!!! Chiko, Vivi, tapi kenapa kalian menendangku secara tidak sepihak!!! apa maumu sebenarnya?!"
Sok jagoan, sosoan banget Yaya, sekali anak konglomerat berbicara habis hidupnya.
"Gue ga ngerti apa yang lo omongin."
Hah?
Jojo membuka pintu mobilnya, masuk tanpa repot repot melirik kearah Yaya. W-what? yang barusan itu apa coba? Jojo baru saja mengatakan bahwa yang dia bicarakan ga masuk akal? sejenis itu? Benar benar BRENGSEK!!!
"Sialan!!!" Umpat Yaya dengan kekesalan yang uda diubun ubun, ia menarik ingusnya lagi dengan kasar.
"Awas saja kalian semua bajingan!!!"
***
"Kau mau kemana?" tanya Bian berpas pasan dengan Yaya didepan pintu kamar. Mau minggat dari rumah!! Ya, mau kerjalah. Masa iya, kerja kelompok siang siang gini, kelompok apa lagi coba? kelompok bajingan itu sudah membuatnya sakit hati. Suatu hari nanti, Yaya berjanji ketika dia sukses dia bakalan balas perbuatan kejam mereka ke dia. Tapi kapan suksesnya? kapan?!! mungkin sampe dia amnesia sama kejadian disekolah tadi. Bodolah, semua itu, dia uda nyatat nama nama mereka kedalam buku hitam. Tinggal ngapal tiap hari. Sedih banget ga tuh, mau balas perbuatan orang yang uda jahat ke kita aja susah, butuh proses. Nyesek banget.
"Mau kemana?" tanya Bian sekali lagi.
Ke akhirat, bosan tinggal didunia. Dia mau istirahat untuk selama lamanya. Goodbye Bian."Mau kerja." Jawab Yaya singkat. Melangkah, nuruni anak tangga. Bian juga ikutan turun.
"Kerja uangnya buat apa sih, uang seragam juga ga lunas, makan juga ga ngambil dikantin, buat apa?!"
Nyindir ni ceritanya? ya buat ibulah. Bayar token listrik, bayar uang makannya dia. Bian pikir dia hidup gratis dirumah besar ini?!! mikir dong, mana ada yang gratis didunia ini. Contohnya kelompok bajingan tadi, dia kudu putri konglomerat dulu, kudu cantik kek syahrini? yaelah ribet amat, dulu dibandung, mesti ga ada utang diterima di kelompok nya, sekarang? makin canggih aja ni jaman. Makin edan.
"Untuk makan." Uda jujur. Yaya memakai sepatu kerjanya. Helaan nafas keluar begitu saja, kalau melihat sepatu sneakers nya dari jamannya SMP. Duhh God pengen deh pakai sepatu bermerek GUCCI gitu, GUCCI, bosan ini mulu, talinya uda berlepasan benangnya, warnanya juga uda pudar banget. Masa iya pake sepatu sekolah? terus kalau sepatu sekolah rusak karna dipakai kerja. Alasan yang bikin semua orang bakal nangis sejadi jadinya kalau mereka dengar. Pakai aja kali ya, siapa tau ada yang ngasih donasi, lumayankan, dipake buat beli sepatu baru. Tapi malunya itu. MALUNYA.
"Makan? jadi dirumah ini juga mami maksa bayar? astaga?!! aku ga habis pikir, bisa ya mami nyedot anak tirinya sendiri. Uda ga usa pergi kerja lagi, bayar bayar apa, biar aku yang bayari sekalian. Bikin malu aja mami. Kalau ga bisa ngurus anak tiri dari awal ga usa kawin. Bikin pusing aja!!!"
Yaya menatap datar kearah Bian. Ucapan cowok itu ada benarnya juga. Ibunya emang ga becus punya anak. Yaya pembawa masalah juga dalam keluarga ibunya itu. Dia perlahan lahan menjauhkan ibu dan anak itu, Bian yang selalu menyalahkan ibunya, ibunya yang selalu menyalahkan nya. Kehidupan macam apa ini? sama sekali ga menjanjikan apa apa. Adanya cuma sedihnya doang. Nangis mulu.
"Ibu ga salah apa apa. Mungkin aku emang pembawa sial, nyusain orang lain."
"Ngomong apa sih. Pokoknya ga usa pergi aku bilang, ga usa. Lagian masalah Jojo disekolah tadi, aku uda datangi dia kerumahnya."
Oh, baguslah.
"Dia ga mau minta maaf, aku juga sepenuhnya ga yakin Jojo yang ngeluarin dari kelompokmu, aku yakinnya si genit, yang duduk disamping cewek yang sering pake topi itu, namanya siapa sih?!"
Caca.
"Entahlah, pokoknya Jojo ga mungkin salah, pasti ada yang ngasut dia."
Ngapain bahas tetangga sih, siapa yang ngasut, muka datar kayak gitu siapa yang berani?!!
Yaya uda siap memakai sepatu kerjanya. Dia membuka pintu utama, tapi tangannya ditahan oleh Bian.
Apa lagi?!! apa?!!!
"Kubilang ga usa pergi kerja. Ga ngerti juga?!! aku bisa menanggung semua uang makanmu."
Duhh, kok jadi kayak suami istri gitu sih. Lebay dah.
"Bahkan sampe kau nikah sekalipun. Aku sanggup. Ga usa kerja lagi, capek. Aku tau kok kerja diusia segini itu capek, aku pernah ngerasainnya, aku juga ngalamin kerja paruh waktu, ga enak. Diatur atur mulu, salah sedikit aja, dimarahi, diancam gajinya bakal dipotong."
Itu uda resiko Bian. Semua orang kalau mau makan, mana peduli lagi, sekalipun harga dirinya dipijak pijak. Tapi bukan pekerjaan seperti yang dilakukan ibunya. Bukan. Bian pernah ngalamin? kerja apa? kok bisa?
![](https://img.wattpad.com/cover/216002011-288-k405764.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...