54

2.2K 88 1
                                    

Tangannya masih memegangi kepalanya yang masih terasa pusing, Yaya hendak bangun, tapi ditahan oleh Rere.

"Kita dimana?" tanyanya masih juga memegangi kepalanya, Rere membantunya berbaring lagi.

"Ditenda."

"Hah?!"

"Uda ga usa banyak nanya, kenapa ga bilang kalo kau sakit si. Semua pada kuatir." dengus Rere memonyongkan bibirnya kedepan. Melihat hal itu Yaya menarik sudut bibirnya. Tersenyum geli melihat tingkah Rere yang menurutnya berlebihan. Lagian sejak kapan semua orang khawatir terhadapnya.

"Aku ga apa apa kok."

"Ga apa apa gimana, ya ampun Ya,kau uda hampir tujuh jam pingsan tau ga sih." Semprot Rere sebal.

Tujuh jam?

"Jam berapa sekarang?" tanyanya heran, perasaan tadi mereka berangkat jam 1 siang. Masa iya, dia selama itu pingsan. Jadi mereka uda sampe, pantas dia uda ada didalam tenda. Terus yang bawa dia kemari siapa? Bian?

"Jam 7 malam, bentar lagi semua pada makan malam, uda istirahat aja dulu-"

"JAM TUJUH?" Pekik Yaya bangun, Rere kaget bukan main, dia terdorong kebelakang, akibat dorongan Yaya.

"Siapa yang gendong aku kesini?" tanya Yaya menatap kearah pintu tenda yang dikunci dari dalam.

"Jojo,"

Jojo? Jojo? Jojo?

"Maksudnya?" tanya Yaya menoleh kearah Rere, Rere mendekati Yaya lagi.

"Jojo yang bopong, terus dia juga bawa obat, nanti dia kasih, emang kalian ada hubungan apa-"

"Ga ada!!!" potong Yaya spontan. Emang ga ada kok. Dia diperkosa paksa si brengsek Jojo, apa bisa dibilang hubungan?

"Yakin? tapi dia kok ngotot gitu tadi di bus nolongin kau-"

Masa?

"Pak Yaya pingsan!!!"

Semua teman sekelas Yaya berteriak memanggil manggil wali kelas mereka.
Rere kewalahan mengangkat tubuh Yaya, ga ada yang mau nolongin Rere.

Tapi..sebuah tangan menjauhkan tangan Rere dari tubuh Yaya.

"Biar gue yang urus!!" Jojo sedikit mendorong Rere, Bian yang baru datang dari arah belakang, langsung mendekati mereka.

"Yaya kenapa?" tanya Bian membantu Jojo.

"Ga usa." Jojo menjauhkan tangan Bian yang hendak mengangkat tubuh Yaya. Beberapa murid yang duduk dekat kejadian, natap bingung sikap Jojo, ga biasanya cowok itu mau ikut campur urusan orang lain. Yaya termasuk orang lainkan? lagian Jojo orangnya cuek habis, hanya pelajaran yang bisa mengganggu konsentrasi nya.

"Uda ga usa, biar gue aja." Bian bersih keras mau ngambil ahli tubuh Yaya. Yaya yang ada di dalam dekapan Jojo tergoncang kesana kemari di dada cowok itu.

"Ga usa!!" Jojo membaringkan tubuh Yaya ditempat duduknya, cowok yang duduk bersama Jojo langsung berdiri. Kaget melihat Jojo mendudukan Yaya ditempat mereka.

"Uda biar aku yang urus!" Bian masih ngotot mau membawa Yaya ketempat lain, karena teman Jojo natap jijik tubuh saudara tirinya itu.

"Ga usa, yang lain pada ga suka liat dia duduk didepan." Ujar Jojo dingin.

"Lo pikir dia virus?!!" tanya Bian berdecih kesal, ia mengepalkan tangannya, mendengar ucapan Jojo yang terdengar sangat ga menyukai Yaya. Tapi kenapa cowok itu mau nolongin tadi.

"Uda ga usa jadiin ini masalah," Ujar Jojo menjauh, dia berjalan kearah belakang. Melihat hal itu, Bian mendekati Yaya, ia langsung menggendong Yaya-

"Lo mau yang lain muntah liat dia hah?!!" tanya Jojo menarik kerah kemeja Bian kasar. Merasa kerah kemejanya ditarik, Bian langsung naik darah.

"Emang bus ini milik lo semua hah?!!" tanya Bian menatap yang ada disitu satu persatu, pak Herman kebetulan ga ada disitu, beliau naik mobil sendiri. Jadi hanya beberapa murid yang tahu, termasuk Jojo.

"Uda ga usa bikin yang lain makin ga suka sama lo karna nolongin ni cewek!!" Jojo nunjuk Yaya, melihat sikap Jojo yang kurang ajar, membuat Bian merasa kesal, ia emang kenal gimana Jojo orangnya, hanya saja, harusakah, Jojo bersikap demikian kepada saudara tirinya.

"Kalau gitu lo semua ga usa duduk disini!" Ujar Bian akhirnya mengalah, melihat mereka uda dijadikan bahan tontonan. Apa lagi posisi Yaya yang pingsan ga memungkinkan. Wajah Yaya tampak pucat, bibirnya selaras dengan warna kulitnya, yang putih pucat..

Semua orang yang menatap mereka, kembali pada posisi masing masing, Rere juga berjalan kedepan, ketempatnya semula. Jadi tinggallah Bian dan Jojo yang masih dibangku belakang.

"Kenapa lo ga ikutan pergi?" tanya Bian masih dengan nada kesal. Meskipun Jojo itu teman lamanya. Ia ga peduli sama sekali, karna sikap Jojo yang keterlaluan kepada Yaya.

"Gue yang bakal jagain di-"

"Jagain? uda ga usa Jo, nanti lo muntah la-"

"Gue uda bawa obat buat dia." Ungkap Jojo dingin.

Rere yang belum jauh dari mereka masih bisa mendengar ucapan Jojo. Meskipun terdengar dingin, tapi Rere tahu Jojo peduli, karna bagaimana pun juga, Jojo belum pernah sejarahnya kayak tadi sama orang disekitarnya.

Sampe dikawasan bandung, di hutan CAUNA, dimana mereka akan melaksanakan liburan, Yaya yang masih juga pingsan langsung digendong Jojo ala bridal style. Melihat hal itu, Bian lagi lagi hanya bisa mengepalkan tangannya.

"Terus?" tanya Yaya makin penasaran, mendengarkan cerita Rere, Bukan dianya baper ya dengar cerita Rere, bukan. Sama sekali ga keles.

"Gitu aja sih, cuma anak anak pada bisik bisik, waktu liat kau digendong Jojo kesini, maklum lah, netizen kerjaannya cuma bisa sirik." Ujar Rere membetulkan posisi duduknya, Yaya hanya mangut mangut, hidupnya malah ga tenang setelah kejadian di mana Jojo menggendongnya, mungkin nyawanya akan melayang. Mungkin.

"Tapi kayaknya kau harus hati hati deh sama si Jojo, ga biasanya dia mau bersikap kayak tadi." Ungkap Rere dengan nada berbisik, padahal hanya mereka berdua yang ada disitu.

Hati hati? terlambat banget infonya. Karna dia uda di...malas malas malas bahas itu lagi. Pusing. Lebih baik dia mati aja, kalo ngingat kejadian, kalau Jojo uda pernah grepe grepe dia. Brengsek emang, tapi itulah kenyataanya.

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang