12

3.5K 216 2
                                        

Play list | Crush Beautiful.

"Buka pintunya Yaya, jangan sampai aku memanggil orang untuk mendobrak pintu ini. Buka!" suara ibu yang menggelegar diluar kamarku membuat aku semakin membenamkan kepalaku didalam selimut. Aku marah, aku membenci ibu. Apa lagi suara wanita itu yang dari tadi berteriak teriak di telingaku.

"BUKA PINTUNYA! JANGAN MEMBUAT KESABARANKU HABIS!"

"Aku ga lapar bu, aku ga mau mau makan apapu--"

"Siapa yang menyuruhmu makan. keluar, aku mau bicara, jangan susah kalau dibilangin, sekali aja nurut sama orangtua bisa. Mau sampai kapan kau jadi anak durhaka?!" tuding ibu memotong ucapanku. Mendengar kata kata kasar ibu, semakin membuat aku merasa benci dengan ibu tiriku itu. Dari awal aku memang sudah membenci wanita itu.

"Kenalkan sayang ini, Rafta calon mama kamu--"

"Calon apa maksud ayah, ayah mau nikah lagi?!" tanyaku dengan nada meninggi, aku beranjak dari kursi yang terbuat dari rotan yang aku duduki, papa yang melihat responku terlonjak bersamaan dengan Rafta yang disebut papa sebagai calon ibu tiri untukku. Aku menatap wanita yang tampak lebih muda dari papa dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Lumayan. Lumayan jadi perusak hubungan keluarga orang lain.

"Papa mau nikah lagi, padahal baru beberapa bulan ibu pergi--"

"Mamamu yang ninggalin kita-"

"Iya. Semua karna papa, papa selingkuh--"

"Kamu kok nyalahin papa, mamamu yang ga mau hidup susah, mamamu yang ninggalin kamu, ninggalin papa--"

"Udalah bang, dia belum ngerti masalah dewasa begini, mungkin dia kaget, kalau aku juga diposisi dia, aku pasti kaget, ga terima---"

"Pokoknya aku ga mau punya ibu tiri, papa cuma peduli sama diri sendiri, kalian ga pernah mikirin perasaanku, gimana rasanya tiba tiba ditinggalin mama, terus papa mau nikah, papa ga mikir, mama pergi karna apa?! karna kita miskin ya, ingat, kita ga punya, terus papa mau nikah, papa uda yakin sama pasangan baru--"

"Jaga mulut kamu Yaya-"

"Bela aja, belain dari pada anak sendiri. Heran, kenapa orangtua ga ngerti sedikit aja perasaan anaknya, ga papa, ga mama, sama aja--"

"Berani melawan sekarang kamu y-"

"Udalah bang, dia masih kecil, Yaya juga jangan ngomong gitu sama aya-"

"Ga usa ikut campur, tante cuma penghancur keluarga kami aja, tante lihat apa dari papa Yaya, lihat ap-"

"YAYA-"

"Bang-"

"Belain aja terus, belain, aku benci sama papa, sama mama, kalian itu jahat banget ya, ga pernah mikir gimana perasaan Yaya, ga pernah peduli, cuma mikir diri sendiri, mikir kesenangan sendi-"

Plak!

Wajahku terlempar kesamping, aku menatap papaku dengan wajah kaget, ga percaya, semua campur aduk, aku ga bisa ngungkapin gimana perasaanku saat ini, sakit, marah, benci, entahlah, yang jelas aku sangat kecewa, aku kecewa melihat sikap papaku, hanya demi membela wanita menor yang berdiri dengan wajah tenang, datar didepanku ini, padahal tadi seingatku wanita ini mencoba menenangkan papaku seakan akan membelaku, nyatanya apa?

"Papa berani nampar Yaya, cuma karna dia?! tega banget ya pa, papa uda ga sayang sama Yaya? Papa benci sama Yaya? karna mama ninggalin kita?! Papa mau lampiaskan semuanya sama anak papa send--"

"Jaga mulut kamu Yaya-"

"Aku muak tau ga! Rumah ini hampir seperti neraka, cuma bisa ribut, bertengkar, malu maluin!" aku menjauh dari hadapan papaku. Aku menghapus air mataku yang sudah mengalir kedua pipiku.

"BUKA PINTUNYA YAYA!!" aku mengeluarkan setengah wajahku dari balik selimut, kutarik kasar ingusku, mataku yang masih digenangi air mata menatap pintu kamar yang masih setia digedor gedor sama ibu. Aku sama sekali ga beranjak, entah setan apa yang merasukiku saat ini sehingga bisa seberani ini melawan ibu, mungkin keberanian saat papaku masih hidup sudah mulai timbul kembali, bolehkah aku berteriak sekencang yang ku bisa. Bahwa aku sudah menjadi anak durhaka mulai tadi siang, ketika kalimat yang paling ku benci keluar dari mulut ibu tiriku, yang sebelas dua belas sama penyihir di the movie snowman.

"YAYA!"

"Terus aja gedor, dobrak sekalian, kalau bisa hancurin ni rumah sewaan!" dengusku membenamkan kembali wajahku kedalam selimut.

"BUKA PINTU INI YAYA!!"

"Katanya mau manggil orang, mana orangnya?! ga punya uang hah?! makanya kalau uda hidup susah ga---"

"Aduh makasih ya dek. Iya, dia ini anaknya emang durhaka sama orangtua, uda tahu ibunya ngajak makan malam, malah ngurung diri, iya tolong dibuka ya, hah, dobrak, yakin, iya, iya."

Aku yang mendengar suara ibu sedang berbicara dengan seseorang langsung melompat dari ranjang, aku bukan takut amukan ibu, aku heran, siapa yang diajak ibu berbicara.

Aku membenarkan letak kaosku yang warnanya sudah pudar parah, bagian leher kaosnya juga uda melorot kebawah. Lebih pantas dijadikan lap lantai dari pada dipakai jadi baju, tapi bodolah, selagi masih bisa nutupi badan. Kenapa sok kek ibu maunya baju baru, utang belum lunas.

BRAK!

Aku melompat kaget disamping ranjang, tanganku masih setiap bertengger dileherku. Mataku hampir menggelinding dilantai kamar, melihat siapa orang yang tadi berbicara dengan ibu. Siapa orang itu yang uda membantu ibu, siapa orang baik hati itu yang uda dobrak pintu kamarku.

"Ini dia anaknya, susah emang punya anak cewek, bisanya cuma buat orangtua geleng geleng--"

"Kalau begitu saya permisi dulu tante."

"Loh cepet banget, ga ngopi dulu nih---"

"Ga tante."

"Yauda kalau gitu makasih banyak ya." Ibu berjalan kearahku, aku yang melihat hal itu langsung mundur, aku ga mau dihajar ibu didepan Jojo.

"Keluar sana. Antar tetangga kita ke pintu depan." Ibu melototi aku dengan bibir yang ditarik kedalam. Aku mencoba tak ngehiraukan omongan ibu. Aku terlalu malas, apa lagi melihat wajah tetangga baik hatiku itu menatap dingin kearahku.

"YAYA!"

Aku berjalan mendekati Jojo, aku melewati cowok itu dengan memasang senyum sebelum melewatinya. Bisa bisa ibu menampar wajahku kalo aku ketahuan memasang wajah masam. Ibu itu selalu super duper benar.

Jojo mengikuti langkahku dari belakang. Aku mendengus kasar, aku tak menyangka banget ibu manggil tetangga yang notabenenya teman sekelasku malam malam kerumah kami hanya untuk mendobrak pintu kamarku. Amazing banget kan. Congratulation untuk ibu tiri yang perhatian sepertinya.

"Anak cewek kok ga punya otak, biarin nyokapnyabmalam malam kesusahan, cuma karna makan malam, nyusain aja!"

Oke sip aku disindir!

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang