Yaya memakai piyama tidurnya dengan gaya yang ga anggun sama sekali. Ga anggun juga, ngapain sok. Buang buang waktu, sama tenaga.
"Yaya!!!"
"Iya bentar lagi!!!" Yaya juga berteriak. Tapi kesel. Sumpah, dari tadi si Bian manggil manggil mulu dari luar kamarnya. Ga capek apa itu mulut teriak teriak, uda tau dia lagi ganti baju. Bikin emosi aja tuh saudara tiri. Untung cakep. Kalau mau marah, eh dia langsung senyum. Siapa yang ga klepek klepek coba? Yaya sendiri, dia ga ada rasa apa apa tuh sama Bian. Kek rasa mangga, manggis, salak ambon. Eh?
"Yaya!!!"
Ohhh my God!!!
"Iya bentar lagi, bentar lagiii..."
"Ini Jojo uda datang, katanya mau ngajari ..."
Pintu dibuka olehnya, Yaya melihat Bian yang bersender pada tangga. Yaya menangkap wajah dingin yang terpancar dari raut wajah Bian. Bian marah ya, nungguin dia kelamaan. Siapa suruh nungguin. Dia ga ada nyuruh Bian buat nungguin dia. Yakali, dia nyuruh cowok nungguin dia ganti baju.
"Serius?!" tanya Yaya mendekati tangga, ia dapat melihat Jojo yang duduk disofa ruang tamu sambil menatap fokus layar handphone nya.
"Uda lama banget ga dia nunggu?" tanya Yaya natap wajah Bian.
"Uda, ganti baju kok lama banget." Kok marah sih, kan dia jadi pengen nangis, padahal pas pulang dari perpustakaan aja bawaannya manis, bahkan di alfamart depan rumah tadi Bian beliin es cream cap besar. Masa iya karna dia kelamaan ganti baju marah. Bian kenapa sih? Plis jangan kejam kek ibu. Iya....
"Mau diajari pelajaran apa sih?" tanya Bian berjalan lebih dulu menuruni tangga, Yaya nyusul dibelakang nya.
"Tentang biologi."
"Yang mana, aku juga tau semua tentang biologi, ga ngerti yang mana?!" tanya Bian sambil berjalan kelantai bawah.
"Tugas kelompok, tentang laringoskopi, aku ga tau cara presentase kedepan kelas."
"Kenapa ga nanya dari awal, aku juga tau, jadi semalam nyari buku tentang laringoskopi makanya mau buat kartu perpustakaan?" tanya Bian melewati Jojo, duduk didepan sofa yang diduduki Jojo.
"Uda lama nunggunya?" tanya Yaya basa basi. Jojo diam, ga senyum, ga mau jawab juga, malah langsung buka tas sekolahnya. Jojo mengeluarkan buku pelajaran.
"Nih, gue uda nulis biar bahasanya ga baku, lo tinggal hapal aja, terus disini jeda agak lama, biar teman teman nanti ngerti, ini bacanya gi-"
"Ehh aku lumayan tau bahasa inggris kok," cengir Yaya menunjukkan gigi putihnya.
"Ohh."
Ohh doang?
"Baca efek sampingnya... contoh efek sampingnya yang bisa terjadi akibat laringoskopi; •reaksi alergi terhadap obat bius •infeksi •pendarahan •mimisan •luka pada bibir, lidah, dan dinding dalam mulut serta tenggorokan."
Yaya mengangguk anggunkan kepalanya, sambil membaca kertas coretan Jojo yang dipegang.
"Apa lagi yang ga ngerti?" tanya Jojo menutup penanya kembali.
"Ga ada. Itu aja," Jawab Yaya. Masih membaca kertas coretan Jojo dengan mimik serius.
"Kalau gitu gue pulang." Jojo menutup kembali resleting tas sekolahnya.
"Ehh, ga minum dulu nih?" tanya Yaya ga enak ke Jojo uda repot repot mau datang cuma mau ngajarin dia.
"Ga." Jawabnya singkat, dingin.
"Mau main game bareng gue lagi ga?" tanya Bian setelah lama diam, cuma dengar dengar doang pembicara nya sama Jojo.
"Boleh, dirumah gue aja." Ajak Jojo menyandang tasnya. Yaya melirik mereka sekilas. Fokus lagi ke kertas coretan dari Jojo.
"Disini aja." Bian memperbaiki letak duduknya. Yang tadinya bersandar sekarang duduk dengan tegap.
"Ga usa, ada cewek, dikira nanti ngapa ngapain sama tetangga." Ungkap Jojo menunggu Bian berdiri.
"Ga mungkin banget kan? Lagian Yaya mau belajar dikamar."
Yaya menoleh karna namanya disebut sebut. Ia meminta Bian menjelaskan dengan kening mengerut, Bian hanya memonyongkan bibirnya menujuk kelantai atas. Maksudnya apaaan coyy?
"Masuk kamar." Suruh Bian tegas.
"Kenapa?" tanya Yaya bingung, tapi nurut juga. Maklum dibilang anak baik. Nurut aja gitu. Lagian ga enak juga dikelilingi cogan.
Yaya berjalan meninggalkan Bian dan tetangganya diruang tamu. Ia menaiki tangga tapi matanya masih fokus membaca isi kertas Jojo, kalau uda ngerti, dia ratu nya. Fokus mulu, kalau lagi ga mood ya cuma makan. Makan nasi masaan sendiri, ga kek anak anak jaman sekarang, yang kalau lagi ga mood pergi ke kafe. Lah kalau dia, masak sendiri. Semua serba buatan sendiri. Maklum aja mah, ga ada duit buat senang senang kek anak anak sebaya dia. Mau beli buku pelajaran aja ga ada duit, ya terpaksa minjam buku Rere. Sekarang karna uda ada Bian, bebannya sedikit berkurang buat minjam minjam, tapi status masih minjam juga sih. Kok sedih amat ya. Gini amat ya hidupnya. Ga ada senang senangnya.
Yaya hampir saja terjatuh di tangga ketujuh, ia langsung melihat kebawah. Matanya melebar, Jojo sama Bian sedari tadi ngeliatin dia? serius? Yaya buru buru melewati tangga sambil sedikit berlari. Ia menggaruk kepalanya yang ga gatal.
Ngapain coba cogan dua tadi ngeliatin dia? kek ga ada kerjaan aja. Bikin salting aja. Eh?
Yaya membuka pintu kamarnya. Ia langsung mengunci rapat rapat pintu kamarnya, biasanya kalau dia uda belajar, ujung ujungnya bawaannya ngantuk. Terus molor sampai jam 4 pagi uda bangun. Hebat ga tuh? Apalagi sejak Bian serumah sama mereka, Yaya sering sekali was was sebelum tidur, mandi juga jadi jarang, karna Bian 24 jam full ngekorin dia. Jadi mandi sekali sehari deh. Kesel banget tau ga. Tapi wajah Bian yang lucu ga enak kalau dimarahin. Yaya juga ragu, apa bener Bian itu anaknya baik? ramah? atau disuruh ibunya? Yaya ragu, nanti kalau dia balas baik ke Bian, ngasih kepercayaan, takutnya nanti Bian cuma memperalatnya. Yang ada sakit hati mah. Apa lagi dia cuma saudara tirinya Bian. Ga mungkin Bian ga marah kan, ibunya nikah lagi terus dia punya saudara tiri, cewek lagi. Waktu pertama kali dengar ayahnya mau nikah aja, Yaya marah, emosi bukan main. Masa iya Bian ga marah sama sekali?

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Novela JuvenilMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...