20

3.2K 158 1
                                    

Yaya membuka pintu rumahnya dengan hati hati, untunglah hari minggu ini kerja kelompok ditiadakan, ia ga perlu pergi ke perpustakaan. Oiya, masalah novel yang dikasih tau Chiko cara minjamnya, ga jadi, gagal total, karena penyelamat suci kita.

"Gimana cara daftar kartunya?" Yaya menggaruk kepalanya yang sama sekali ga gatal. Menghilangkan rasa malunya, ia memandangi wajah Chiko penuh harap.

"Tinggal isi formulir gitu, tanya aja nanti juga dikasih tau sama pengurusnya." Jawab Chiko menutup buku pelajarannya. Karna sudah jamnya pulang.

"Lo ganjen banget ya!! mau minjam terus nanya ke Chiko ga malu apa, Chiko itu kan cowok, gimana kalau dia bayangin isi novel kesukaa-"

"Kalau nanya kesitu dibentak, dimaki, dihina habis habisan, belum nanya aja uda pedas-"

"BERANI LO NGATAIN GUA HAH?!!" Bentak Vivi lantang, Yaya buru buru memasukan penanya kedalam kantong tas nya. Ia tak melihat gimana wajah Vivi sekarang, pastinya wajah ga senang. Jojo yang merapikan jaketnya menggeleng geleng pelan melihat tingkah Yaya yang masih polos.

"Ehh..." Yaya menatap kearah Chiko, berharap Chiko mau memberikan petunjuk terakhir tutorial minjam novel. Chiko kebetulan juga meliriknya, dengan tersenyum senyum geli. Yaya mengerutkan keningnya dalam, melihat keanehan Chiko.

"Aku harus pergi kemana ni?" tanya Yaya tersenyum tipis, tangannya sibuk mengalungkan tasnya ke bahunya.

"Langsung pulang. Ibu lo nanti nanyain gua. Gua ga mau ya kejadian kemarin terulang lagi." Ujar Jojo memakai tasnya. Yaya langsung melirik ke Jojo. Yaya ga nyangka banget Jojo ngungkit ngungkit kejadian dirumahnya. Kira kira Jojo ingat ga ya, waktu ngatain dia ga ada otak?!!

Yaya menutup kembali pintu rumahnya. Ia yakin ibunya belum pulang, jadi hari ini bisa puas puas tidur!!! Horeeeyyyyy!!
Ga nyangka banget bisa tidur lebih awal, ga begadang jalan kaki nyari nyari kendaraan dari perpustakaan ke simpang cuma nyari bus sama angkot. Bisa bayangi ga tu, pegal banget kaki leher pegal. Si Jojo ga mau sekedar basa basi numpangin, apa lagi si Vivi sama Chiko. Emang anak konglomerat akhlaknya gitu banget ya?!

"Uda pulang?!"

"Double Shit!!!" kaget nya. Yaya memegang dadanya. Ia menyusun sepatunya kedalam rak.

"Uda pulang, darimana? malam banget pulangnya." Bian mendekatinya. Yaya menghela nafas kasar, ia kaget setengah mati, suer, ga bohong. Dari mana sih munculnya si gigi pagar ini!!! Yaya ga ingat dia kedatangan tamu istimewa, dan tamu itu masih dirumahnya. Didepannya.

"Abis dari mana?" tanya Bian duduk disofa, Yaya juga ikutan duduk, ga enakkan kalau dia ngelos gitu aja kekamar. Padahal ada saudara tirinya ngajakin cerita.

Cerita?

"Kerja." Jawab Yaya singkat, melepas tas dari lengannya.

"Kerja?!! kerja apa?!"

Kok kaget gitu, mang mak dia ga bilang kalau dia uda kerja, malah mati matian lagi. Sadis ga tuh?!

"Kerja jadi pengantar makanan-"

"Mami yang nyuruh?"

"Enggak-"

"Ga mungkin!!! Jujur aja mami yang nyuruh kan?!"

Yaelah potong aja terus, potong.

"Ga kok, mami ga nyuruh, aku aja yang mau kerja, sumpah-"

"Buat apa emang duitnya?" tanya Bian mengyilangkan kakinya. Matanya menatap dalam kearah Yaya. Caelah, malah kek drakor drakor korea. Saling tatapan mata, terus ada adegan kiss kiss. Astaga!!! Kok bisa mikir kesitu coba, sadar Yaya dia saudara tirimu!!!

"Untuk nambah uang jajan." Jawab Yaya mengalihkan wajahnya keguci pemilik rumah. Ada baiknya kalau ngomong ga usa liat mata Si Bian. Yang ada ntar terjadi beneran adegan ke di drakor. Drakor apa tuh yang tatapan mata langsung kudu cium cium, apaaa sih rada lupa.

"Emang kurang dikasih sama mami?"

"Ga kok."

"Berapa tiap hari dikasih mami?"

Kepo banget sih!! Tanya sendiri ke ibu kenapa?!!! Ni mulut ga bisa bohong mulu. Capek, yang ada keenakan mami, ga buruk, padahal mah...

"Ga banyak, ga sikit, cukuplah buat jajan."

"Ga usa bohong, bohong itu dosa!"

UDA TAU!!!

"Ga, ngapain juga bohong, ga ada gunanya."

"Takut sama mami ya?"

"Takut."

"Kenapa?"

"Galak."

"Itu doang?"

Itu mulut atau mesin fotocopy ngomong terus!!! Gaaa ada stop stop dikit aja. Ga tau apa orang haus banget. Bikini minum gitu, yang enak.

Gitu doang? emang ibu ke dia gimana?

"Emang ibu ke kau gimana?"

"Dingin, baik, aku dimanja, apa yang aku minta langsung disiapin. Cuma aku ga mau mami peduli tapi jauh banget, jadi minta tinggal bareng mami."

Enak banget dimanja, lah dia? Boro boro, buat kesalahan aja rotan ujungnya. Sakit ga tuh?! Apa tadi? tinggal bareng?

"Tinggal bareng gimana?!" tanya Yaya deg deg an. Ga mungkin tinggal bareng di sini kan? Terus sekolah Bian gimana? Apa ga lebih baik tinggal ditempatnya dulu. Entah dimanalah, masa iya dia tinggal bareng cogan. Ga. Ga mau. Dan ga boleh, sekalipun ini rumah mak kandungnya dia.

"Tinggal disini, lagian kamar sebelahmu itu kosongkan-"

Ga mau. Pokoknya ga boleh seatap serumah, semeja makan.

"Lagian biar rumah ini rame, se-"

"Sekolahmu gimana?" potong Yaya, biar ni si gigi kawat berubah pikiran. Ayolah, pikirkan masa depanmu Bian.

"Pindah kesekolahmu, mami uda setuju kok-"

"Hah?!! Ga sayang apa? Sekarang kelas berapa, ngabisin uang aja, sayang loh." Yaya memanas manasi suasana, pokoknya dia ga mau satu rumah sama cowok, gimana jemur kain, ngepel pakai kaos longgar, belum lagi kamar mandi punya dia sering rusak shower nya. Bisa bayangin ga tu, dia keluyuran pakai handuk dari lantai dua ke kamar mandi bawah.

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang