59

2.1K 79 4
                                    

Play list | Davichi Falling In Love.

Dua minggu berlalu sudah, sejak Jojo mengantarnya waktu pulang dari Bandung, Yaya sama sekali ga berbicara dengan Jojo. Mereka ga membahas sedikitpun tentang dirinya hamil. Toh sudah terjadi, kalau perubahannya semakin kelihatan, tinggal bunuh diri saja. Simple kan. Lagipula, dari awal hidupnya memang ga berharga dan ga berguna sama sekali, sejak ibunya menikah, ayahnya juga ikutan menikah, lalu ayahnya pergi meninggalkannya. Untuk selamanya, sekarang..hanya dirinya sendirian didunia kejam ini. Sejak ibunya pergi, ia bertekad masuk universitas terkenal, bukankah ibunya pergi karna dirinya bodoh? karna dia peringkat 12? karna dia pemalas? karna...ayahnya miskin...bukankah itu alasan ibunya pergi.

"Darimana saja kau?!" suara bariton ayahnya langsung menyambut kepulangannya. Yaya hendak melewati ayahnya. Dia muak berbicara dengan ayahnya, yang selalu membela ibu tirinya itu.

"YAYA!!" Tegur ayahnya membentak. Yaya membalikkan badannya, bibirnya tersenyum sinis kearah ayahnya. Bodoamat sama sopan santun, bodoamat sama akhlak sekalipun.

"Apa penting bagi ayah aku darimana? apa peduli ayah?" tanya Yaya memandang sinis ayahnya itu. Dia benar benar benci dengan ayahnya, yang selalu membela Rafta, ibu tirinya yang bermuka dua.

"Kenapa kau mengusir ibumu-"

"Ibu? aku hanya punya satu ibu, dia bukan ibuku-"

"Dia ibumu, dia yang sudah membesarkan mu, kau harus sadar akan itu Yaya-"

"Belain aja terus, aku ga berharga lagi untuk ayahkan? dari awal kalian emang selalu membuat aku seperti barang, belajar, belajar, aku muak ya, Rafta-"

"Jaga sopan santunmu Yaya!! dia ibumu-"

"Ibuku?!! sejak kapan dia melahirkan ku?!! apa begini kehidupan kalau sudah bercerai, segampang itu melupakan orang yang uda lama hidup bersamanya? apa begini sifat ayah sesungguhnya"

"Jangan mengungkit ungkit masa lalu, ingat, Hana bukan wanita yang memiliki hati, dia tega ninggalin kita-"

"Karna ayah miskin, aku juga ga sanggup yah, aku-"

"DIAM!!!"

Yaya tertawa miris, tangannya melap air matanya yang sedari tadi sudah menetes dari matanya. Benar, jika pernikahan harus mengalami sebuah perceraian, makan anaknyalah yang menjadi korban dari orangtuanya. Dia, dia ga punya ibu lagi...ayahnya benar dia memang mengusir Rafta, ibu tirinya itu dari rumah. Dia muak, Rafta berwajah dua, wanita itu sering memarahinya  jika dia bersantai dirumah. Sampe sampe dia mengatai wanita itu sebagai jalang. Perebut suami orang, bukankah Rafta merebut ayahnya dari ibunya?

"Ayah ga percaya kau jadi gadis pemberontak, ini semua pasti ajaran ibumu. Memang wanita itu selalu saja mengajarkan mu adat keluarganya,"

"Ibu ga salah yah, ibu ga pernah ngajarin aku hal bodoh-"

"Jadi kenapa dia ninggalin kau hah?  kau sadar, lihat, siapa yang peduli denganmu, Ayah, hanya ayah Yaya, hanya ayah yang kau punya, dan Rafta dialah ibu-"

"DIA BUKAN IBUKU!!!"

Yaya tersadar dari lamunannya,  matanya menatap sendu buku pelajarannya yang terbuka di atas meja, menampilkan tulisan tangannya, hari ini pelajaran bahasa indonesia. Guru bahasa Indonesia mereka sudah dua kali ga masuk, tapi digantikan oleh walikelas, yang hanya memberikan mereka catatan, menunggu sampe guru bahasa indonesia baru datang. Yaya ga peduli, sejak kejadian  yang ia alami, rasanya dia ga perlu belajar keras lagi. Dia uda muak, toh ga ada gunanya. Sebentar lagi, hidupnya benar benar hancur.

"Ya, dari tadi melamun mulu, ada masalah?" tanya Rere menoyor lengannya. Yaya tergagap, dia langsung memasang senyumnya, menanggapi ucapan Rere.

"Ga ada kok."

Murid murid yang berkeliaran, langsung berlarian kebangku mereka masing masing, seorang wanita masuk ke dalam kelas, Yaya yang masih berbicara dengan Rere, ga terlalu memperhatikan. Rere masih sibuk menggoda godanya. Lagipula  sejak Jojo mengantarnya waktu itu, banyak kabar burung tentang ia dan Jojo menjalani sebuah hubungan. Ada yang percaya, dan ada yang tidak. Untunglah masih banyak yang ga terlalu mempercayai gosip bodoh itu.

"Selamat pagi!!" suara dingin dari depan kelas membuat seluruh murid menoleh kearah papan tulis, dimana seorang wanita berdiri didepan meja guru. Wanita itu mengenakan kemeja merah maroon dan celana baggyspant hitam. Tampak sangat elegan.

Yaya yang duduk dibangkunya, menoleh kedepan, matanya melotot melihat wanita berkemeja merah maroon itu. Wanita itu juga kebetulan melirik kearahnya. Mereka berdua tampak kaget satu sama lain.

"Perkenalkan, saya guru bahasa Indonesia kalian, Hana, panggil saja saya mam," Ujar guru baru mereka, matanya masih fokus kearah bangku Yaya, yang juga masih menatap guru barunya itu.

"Peraturan belajar bersama saya, tidak ada yang bermain main, masuk sesuai jam, belajar dengan fokus, jika tidak tahu bertanya, saya tidak suka murid bodoh dan bertingkah sok, tolong mengerti, dan partisipasi nya." Guru bahasa Indonesia nya itu berujar dengan dingin, sambil menatap kearahnya. Yaya membuang wajahnya kearah lain. Tiba tiba saja matanya memanas.

Murid bodoh? bukankah itu dirinya?

Tiba tiba semua terasa buram. Kepalanya juga terasa sangat pusing.

"YAYA!!"

"YAYA!!"

Jojo menatap dingin layar ponselnya yang terus berdering, menandakan ada pesan masuk.

Yaya yang melihat cowok itu fokus sekali pada ponselnya, hanya bisa menghela nafas panjang, rasanya perjalanan  Bandung- Jakarta terasa amat sangat jauh. Mungkin karena dirinya berada didalam mobil bersama manusia es, bahkan lebih dingin dari es.

Yaya membuang wajahnya kearah lain, ketika ketahuan melirik cowok itu sedari tadi. Dia penasaran, kenapa Jojo menyetir sambil fokus pada layar ponselnya. Mungkin cowok itu sedang membalas komentar pada buciners yang selalu mengisi kolom komentar Jojo, yang seorang selebgram.

brugg!!

Jojo melempar ponselnya keatas dashboard dengan kasar. Wow..orang kaya. Terserah Jojo mau apa. Toh tinggal beli yang baru.

"Kita makan di bandara nanti. Ga usa protes."

Yaya ga mengatakan sepatah katapun. Dia bungkam, daripada diturunkan dikota kelahirannya. Lebih baik menuruti semua kemauan Jojo, yang memberinya seribu pertanyaan. Kenapa cowok itu mau membawanya pulang ke Jakarta.

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang