Bian bertengkar hebat sama ibu diruang tamu. Entah apa yang membuat Bian marah besar sama ibunya. Yaya hanya diam ga berani nanggapi. Dari tadi dia cuma sembunyi sembunyi di dapur. Takut langsung ditempat kejadian, gimana kalau ibunya sengaja lempar guci pemilik rumah kearahnya. Ga banget dah.
"Yaya sini!!!" suara ibunya berteriak lantang dari ruang tamu. Kenapa lagi ni? kok dia dibawa bawa, atau jangan jangan..masalah sekolah..Bian ngadu ceritanya.
"YAYA!!!" teriak ibunya lagi. Yaya menyeret langkahnya malas ke ruang tamu, padahal masih jam 9 pagi, rumah ini tiba tiba heboh, karena pertengkaran antara ibu dan anak kandung, malah dia dibawa bawa lagi. Maksudnya mereka apa coba? mau minta dukungan darinya, atau Bian uda ngadu yang enggak enggak?
"Sini cepat jalannya, dipanggilin dari tadi pura pura ga dengar, semua ini gara gara kau!!!" bentak ibunya menggelegar.
Yaya bilang juga apakan. Bian uda ngadu sama ibunya dia. Yaya natap kearah Bian, kebetulan, cowok itu juga natap kearahnya.
"Kau ngadu apa aja sama anakku hah?"
Dia ga anaknya ni? suram amat ni keluarga tiri.
Tapi ibu tadi bilang dia ngadu apa aja ke Bian, maksudnya apa? mereka lagi debatin apa tadi, kok bisa dia dipanggil. Yaya meminta penjelasan dari Bian melalui tatapan mata. Bian berkacak pinggang, menghembuskan nafas kesal.
"Kau pikir aku ga tau kebusukanmu hah?!! mau cari perhatian?!! uda puas sekarang anakku bela belain kau!! Puas!!!"
Duh bu, jangan bawa bawa anakku ngapa?!! jadi bingung status dia apa disini. Cicak di dinding? atau penonton setia? tapi kok bawa bawa ngadu. Dia sama sekali ga ada ngadu, sedikitpun ga ada. Apa yang diaduin coba? ibunya yang terus ngancam ngancam mau jual dia, bukannya Bian ikut dalam misi keji itu?
"Kau emang anak durhaka ya!!! Tega burukin aku sama putraku...
Tadi bilang anakku, sekarang putraku, dia jadi apa sih dirumah ini?
"Sini kau!!!" Yaya yang berdiri disekitar dua meter dari ibunya, menatap ibunya dengan raut ketakutan. Ga mungkin ibunya mau mukul dia depan Bian. Malulah dianya. Ibunya kok tega banget ya, ga punya hati banget.
"Siniii kurang ajar!!!" Kecam ibunya dengan suara lantang, semoga aja tetangga ga dengar. Jojo.
"Kau emang bawa sial hidupku, sini kau, kau harus diberi pelajaran biar kapok!!! dasar anak ga berguna." Akhirnya ibunya lah yang berjalan kearahnya. Yaya mulai gemetar ditempatnya. Matanya hanya fokus ke ibunya.
"Jangan mukul Yaya lagi."
Oke, ada malaikat penolong. Yaya menoleh sekilas kearah Bian yang juga berjalan mendekat kearahnya. Ibunya berhenti, hanya tinggal satu meter lagi darinya.
"Kau tau apa Bian?!! kau cuma penghuni baru di rumah ini, ga usa ikut campur sama urusan ibu, lebih baik kerjakan pr mu, kau harus masuk universitas, jangan pedulikan anak ga berguna ini, pergi masuk kamarmu!"
"Dia saudaraku, jadi aku berhak belain dia. Ibu jangan mukul Yaya lagi, dia uda gede bu, uda tau mana yang baik mana yang buru-"
"Diam, jangan bawa bawa saudara, dia, anak ini, hanya parasit di rumah ini. Taunya makan tidur aja-"
"Dia uda ibu paksa kerja-"
"Ga ada, dia sendiri yang cari kerja, ibu ga ada nyuruh dia kerj-"
"Kau yang mau kerja sendiri?" Bian sudah berdiri didepannya. Yaya melirik ibunya, yang menatap tajam kearahnya. Duh...serem banget. Belum lagi mascara ibunya yang luntur kebawah karna baru saja bangun tidur, meskipun uda jam 9 pagi. Ibunya emang yang paling akhir bangun dirumah ini, bangun bangun langsung bertengkar hebat. Wow ga tuh?
"Dia itu bermuka dua, ga akan mau jujur!!"
"JAWAB YAYA!! KAU YANG MAU KERJA SENDIRI?!!" kok malah bentak bentak. Yaya mundur selangkah, ia menatap bergantian Bian dan ibunya. Sepertinya sifat Bian yang sebenarnya sama seperti ibunya. Suka membentak...dan..
"Aku ga mau kau kerja lagi. Jangan keluar rumah kecuali kerja kelompok...
Hah?
"Aku juga yang bakal ngantar kau ke perpustakaan. Pokok jangan pergi kerja lagi-"
"Ck, dia cuma saudara tirimu Bian ga usa sok peduli, sejak kapan kau bersikap seperti ini?!! aku ga mau anak ini makan gratis di rumah ini-"
"Dia tanggung jawab ibu, bukan masalah dia saudara tiri atau bukan, dia uda bagian keluarga kita, Yaya ga boleh kerja lagi-"
"Diam kau!! Jangan durhaka cuma karna bela belain anak jalang ini!!! dia, dari awal dia sangat membenciku, setelah ayahnya meninggal dia ngemis ngemis, barulah dia menghargai ku. Anak ga berguna ini lebih pantas mati, seharusnya dia yang mati bukan ayahnya..benar benar menjijikan, aku ga mau mendengar pembelaan lagi-"
"Jadi benar ibu yang maksa Yaya kerja?!!"
Ohh, debatin dia kerja toh. Ehh, tapi kenapa disini Bian yang paling sensi?
"Iya kenapa?!! aku ga mau mati matian kerja untuk menghidupi nya, enak aja dia, uang sekolah harus aku yang bayar?!! kau pikir cari uang itu gampang, sejak papimu meninggalkan aku, hidupku susah, luntang lantung. Kesana kemari, ditambah lagi, aku harus nafkasi anak jalang-"
"Dia bukan anak jalang, kenapa ibu mau nikah sama papanya Yaya?!! kalau ibu ga bisa nerima anaknya?!! ibu ga punya hati. Ibu masih aja kek dulu-"
"Karna dulu ayahnya dia ini, bilang hidupnya enak, taunya apa?!! makan aja lauknya cuma tahu, tempe, itu itu aja. Pusing aku ingat masa lalu, untung aja bapaknya uda mati-"
Yaya berlalu dari harapan Bian dan ibunya. Ia berlari menaiki tangga, sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"YAYA!!" Bian mengejar langkahnya, menuju lantai dua.

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...