Play list | Christina Perri A Thousand Years.
"Ibu lepasin!"
"Ibu lepasin!" ibu mengikuti kalimat yang aku ucapkan, aku menarik rambutku yang ditarik kencang sama ibu. Setelah aku mengantarkan Jojo sampai pintu gerbang, aku langsung ditarik masuk kedalam rumah dan dihajar habis habisan oleh ibu. Bahkan tanpa perasaan tanpa ampun ibu menjambak rambutku sekuat tenaga yang ibu punya.
"Bu---"
"Bu, bu, sekarang mau minta ampun lagi?! mana keberanianmu?! mana? Lawan aku?! berani kau sekarang ya. Melawan, nutup pintuk kek tadi, bagus ya. bagus banget Yaya, uda pintar aja melawan orangtua, mau berdosa kau hah, mau masuk neraka?! katanya kalo sekolah pintar, pintar ngelawan, pintar nutup pintu kek tadi?! kalau dinasehati itu didengar, bukan malah ngurung diri dikamar. Bisanya cuma bikin hidup orang susah aja, ingat Yaya, uang makanmu dari siapa? ingat. Pakai otak, kalau kau melawan mau makan apa?! rumput?!" ibu berteriak sambil menarik lebih kencang rambut panjangku, aku mengikuti tarikan ibu. Aku hanya bisa pasrah, ini akibat jika tadi aku melawan ibu tiriku yang ga punya hati.
"Bikin malu aja. Sampai aku harus manggil tetangga untuk buka pintu kamarmu!" ibu melempar tubuhku begitu saja, punggungku menabrak pintu ruang utama. Aku menatap wajah ibu dengan wajah datar. Aku menarik paksa ingusku yang menyumbat pernapasannya.
"Besok ga usa masuk sekolah, jangan lagi perg--"
"Aku ga mau, ibu ud--"
"Ibu uda apa?! Jangan ngeyel kalau dibilangin, bisa ga nuruti orangtua---"
"Ibu uda janji sama aku, kenapa ibu nginga---"
"Uda janji?! uda janji biar kau seneng seneng bolos, makan diluar sana---"
"Aku ga seperti yang ibu bayangkan, ak---"
"DIAM!!!" bentak ibu lantang, aku langsung bungkam, tak bersuara sama sekali.
"Jangan sampai kesabaranku habis. Kau ga boleh lagi sekolah. Kerja aja, hasilkan uang yang banyak, bayar utang ayahmu, biar aku ga takut menjalani hidup ini! kau pikir mau sampai kapan kita akan sembunyi ga jelas gini. Mau sampai kapan? mau sampai kau dibunuh ibunya James?! seratus juta bukan uang yang sedikit, kau bisa mati karna melarikan uang mereka--"
"Aku ga melarikan uang ibu Jam--"
"Ga? jadi kau pikir siapa yang membayar uang pengobatan papamu. Aku? yang anaknya itu kau, kenapa harus aku yang bayar uang pengobatannya. Kenapa harus aku yang repot repot. Dia sama sekali ga memberiku uang untuk beli make-up, beli baju bagus, ga ada! bisanya, ya kek anaknya, bikin hidup orang susah---"
"Papa juga suami ib-"
"Suami?! suami mana yang ga bisa ngasih istrinya makan enak, belanja?! suami mana?! pikir pakai otak. Hidup itu bukan cuma harus kerja keras, hasilnya ga ada--"
"Papa kerja demi ibu---"
"Belain terus papamu. Bela! dulu aja semasa hidupnya, kau bisanya cuma main main, hidup seneng---"
"Aku ga perna-"
PLAK!!!
"SAHUTIN TERUS!" ibu mengelus tangannya sehabis menampar pipi kananku. Aku memegangi pipiku yang kebas akibat tamparan hebat ibu.
"Aku menyesal menerima lamaran ayahmu, aku nyesal tau! miskin, ngakunya hidupnya enak, tiap hari pergi belanja, anaknya aja pergi kesekolah naik sepeda rongsokan, lihat baju yang kau kenakan, dari mana hidup ayahmu enak, penipu! kalau aku tau dari awal dia bakal sakit sakitan, aku ga akan mau kawin sama dia!"
"K--kenapa ibu lampiaskan semuanya sama aku?!"
"Tanyakan ayahmu!" Dengus ibu meninggalkan aku yang duduk mengenaskan dilantai ruang tamu. Aku mengambil nafas yang menusuk tenggorokan ku. Aku hanya bisa menahan rasa sakitku, menahan semua kebencianku. Benar, ibu tiriku itu benar, aku cuma bisanya senang senang doang. Tahunya hanya main, salahkan aku menikmati hari hari seperti teman sekolahku, lagipula itu ga berlangsung lama, semenjak papaku sakit sakitan, aku mulai belajar dengan giat aku tak pernah lagi menghabiskan waktu ku untuk bermain, tak ada juga yang mau berteman denganku, semuanya karena James teman sekelasku. James anak juragan ladang tempat papaku bekerja. James idola kesayangan satu sekolah. Semua karena James.
***
Aku berjalan dengan lesu ke parkiran sekolah, aku melihat sepedaku yang sudah layak untuk dibuang, dijual ketempat barang daur ulang, sangat sangat ga layak untuk dipakai. Jika menurut mereka yang terlahir kaya, bagiku sepeda itu masih layak kalau rantainya masih bisa bergerak, bannya masih bisa berputar, untuk apa diganti.
"Liat tu Yaya, masih bisa nunjukkin wajahnya disekolah, uda ayahnya ngutang sama ayahnya James, ga ada muka apa masih bisa natap wajah James. Kalau aku jadi dia, uda keluar dari sekolah."
"Papanya sakit, jadi wajar ngutang, lagian utang harus dibayarkan--"
"Ga tau tuh. Tanya James aja, aku sih cuma dengar dengar berita aja, lagian James bilang langsung ke teman teman sekelas, kalau ibu nya Yaya minjam uang terus kek ga mau bayar gitu."
"James bilang gitu?"
"Enggak juga sih, tapi gitu deh, hehe, aku ga terlalu tau kejelasannya, cuma sejenis itu."
"Tega banget ya tuh cowok, ngina orang, cowok kok mulut ember, ga malu apa sama cewek."
"Lagian ngapain sih bela bela Yaya, karna kau temannya ya---"
"Ga, aku ga belain si Yaya, lagian dia yang jauhin kita, ngapain kita ngemis ngedeketin dia, ga ada untungnya juga, pergi sekolah naik sepeda mulu, diajak jalan ga ada uang, malas juga lah liat dia."
"Tapi tadi bela belain dia-"
"Najis banget!"
"Dulu dia dekat bangetkan samamu, pulang juga sering nganterin--"
"Waktu itu ban sepeda dia kempes, yauda ku ajak ajak, eh keterusan deh numpang nya-"
"Baik banget sih bantuin si Yaya-"
"Bukannya kau juga dekat sama dia-"
"Iya, karna dia jago bahasa inggris, lumayankan, aku dibagi ilmu sama dia, lagian waktu itu aku ga gratis kok dapat contekan dari dia, aku sering ngasih dia sebagian bekalku."
"Yayakan baik polos-"
"Polos apanya, pernah dengar ga, waktu dia kenak hukum karna ga ngerjain pr MTK, waktu itu Jillian juga ga ngerjain, terus mereka dihukum, si Yaya kata Julian curang, pergi gitu aja ga mau megang sapu, Jillian marahin dia, ingat ga, Jillian ajak temannya datangi si Yaya, katanya sih Jillian megang megang dia gitu, maklumlah namanya juga cowok, lagian wajah dia juga lumayankan."
Kejadian itu berlangsung begitu saja, sampai aku meninggalkan halaman sekolah dengan sepeda milikku.

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Novela JuvenilMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...