63

2.2K 86 8
                                        

Yaya berjalan lesu keluar kelasnya, siang ini dirinya disuruh menemui gurunya itu,  jujur sejujurnya dia benci bertatap wajah dengan ibunya. Rasanya hatinya bergejolak marah. Perbuatan ibunya masih berputar jelas di kepalanya. Bagaimana wanita itu meninggalkan dirinya dan ayahnya, bahkan sampe ayahnya pergi meninggalkannya, ibunya sama sekali tak melihat ayahnya dimakamkan. Karna apa? karna wanita itu hidup bahagia selama ini di Jakarta, cih, benar benar ibu yang buruk.

"Lo!" Yaya menoleh kesamping, dimana Jojo yang berjalan bersisian dengannya, tingginya yang hanya sebahu cowok itu mendongakkan kepalanya keatas, agar dapat melihat raut wajah Jojo. Dingin banget.

"Ikut gue ke rumah sakit, kita bakal cek-up perkembangan-"

"Ga usa-"

"Dengar ya," Jojo menarik pergelangan tangannya, bukan itu saja, cowok itu menyeret langkahnya kembali kedalam kelas, Jojo memepetnya ke tembok.

"Anak yang lo kandung, itu anak gue-"

"Aku ga peduli, mau ini anak siapa! yang jelas aku masih mau sekolah, jangan ungkit apapun lagi, lagipula kau ga akan menikahiku, siapa yang mau nikah umur 18 tahun?! siapa?! kau pikir aku bisa bekerja untuk anak ini, lagipula aku...aku ga yakin aku hami-"

"Lo hamil sialan-"

"Kenapa kau ngotot aku hamil hah?!! apa kau senang aku hamil anakmu?! kau tau siapa aku?  kau bahkan ga mengenalku, kita sama sama ga saling kenal, terserah apapun yang mau kau katakan lagi, toh aku uda memikirkan cara melenyapkan janin in-"

Bruk!

Jojo mendorong kasar punggungnya membentur dinding kelas, punggung Yaya terasa remuk. Cowok sialan! mata cowok itu menatap tajam ke bola matanya. Yaya membuang wajahnya ke arah lain. Deru nafas Jojo menerpa pipinya. Jarak mereka sangat sangat dekat, membuat Yaya merasa gugup.

"Sampe kapanpun lo ga akan bisa ngaborsi janin yang lo kandung, lo mikir dosa ga-"

"Apa yang kau lakukan terhadapku ga dosa hah?!" Yaya mendorong dada Jojo menjauh darinya, suara bariton cowok itu membuat kulit pipinya merinding. Dia ga tuli kenapa harus bicara kayak tadi. Sengaja apa dekat dekat, cari mati?

"Waktu itu gue ga sengaja, lagian lo juga ngapain masuk kedalam kamar gue-"

"Ga sengaja? lucu ya, kau melakukan hal kotor itu padaku, kau katakan ga sengaja, kalau gitu jangan usik kehidupan ku, biarkan aku melenyapkan janin-"

Jojo langsung menarik lengannya, memojokknnya ke dinding lagi,

"Lepaskan aku brengsek!!" berontak Yaya menghempaskan tangan Jojo yang kurang ajar. Berani berani cowok itu berbuat kasar kepadanya, setelah apa yang Jojo perbuat padanya sehingga dia..hamil.

"Aborsi, terserah mau kau apakan anak itu, kalau kau mau mati di tangan ku!" Jojo mendorong bahunya kasar, Yaya oleng kesamping, bokongnya menabrak meja yang ada dibelakangnya. Tak terima perbuatan kasar cowok itu, Yaya memejamkan matanya, menahan kemarahannya. Tanpa sadar Jojo memakai Kau-Aku, ck, dia ga takut sama sekali, mati katanya tadi? terserahlah, toh hidupnya juga ga ada gunanya, sia sia dia menjalani hidup selama ini, ibunya ga akan peduli padanya, dia masih tetap harus bekerja untuk bertahan hidup, dia ga akan bisa beli seragam baru, yang uda berulang kali disindir guru lain, dia capek dipukuli, dia uda kotor. Alasan apa lagi agar dia tetap semangat untuk hidup? toh ga ada kebahagian sedikitpun untuknya.

Jojo melangkah keluar kelas, meninggalkan Yaya yang masih berdiri ditempatnya, perasaannya kacau, ia benar benar sakit hati. Seharusnya dia ga usa pergi ke hotel itu, seharusnya dia ga usa hidup sekaligus.

***

Mereka berempat duduk didepan meja bu Hana. Hana menatap keempat muridnya dengan dingin,

"Kau Yaya segera minta maaf kepada mereka-"

"Bukan aku yang memulai-"

"Jangan bohong, kau memukul ku, Bila juga jadi korban kekerasan mu-"

"Kau yang memukulku jalang-"

Prak!!!

"Jaga sikapmu! apa kau tak menghargai ku sebagai guru?! dimana otakmu, sehingga berani berkata kasar didepan guru, lagipula dia bukan jalang, jangan sembarangan ngomong!"

"Apa begitu pentingnya kata maaf dariku?!" Yaya bangkit, ia menjauh satu meter dari ketiga ular itu, Yaya berdecih sinis ketika Hana melirik tajam kearahnya.

"Sampe kapanpun aku ga akan minta maaf, bukan aku yang memulai, mereka, gadis ini yang lebih dulu memukul ku, dia-"

"Siapa yang akan percaya apa yang kau katakan? kau punya bukti?" potong Hana, mendengar pertanyaan gurunya itu semakin membuat hati Yaya memanas. Ia mengepalkan kedua tangannya erat, sehingga kuku tangannya memutih, bahkan kalau bisa dia jadi vampire sekarang juga, agar dia bisa menghabisi Hana..ibunya..dia benar benar membenci wanita itu.

"Bukan aku pelakunya," Yaya menghela nafas pelan setelah mengucapkan kalimat itu, matanya memejam, menghela nafas panjang.

"Aku ga punya bukti apapun, tapi yang jelas bukan aku pelakunya-"

"Kalau begitu minta maaf sebelum aku mengeluarkan mu ketika pelajaran bahasa in-"

"Kau pikir aku takut? lakukan sesukamu, aku ga peduli-"

"AKU GURUMU YAYA!!" bentak Hana lantang, ketiga murid yang duduk disitu kaget bukan main, termasuk Yaya. Ia tersenyum sinis, ternyata ibunya masih seperti dulu, masih suka berteriak.

"Apa begini caramu berbicara pada orang yang lebih tua? apa orangtuamu tak mengajarimu bersikap sopan, dimana etikamu hah? pantas saja kau belum dapat seragam, mungkin orangtuamu lelah menyekolahkanmu, kau tak punya etika sama sekal-"

"Jangan bawa bawa orangtuaku, mereka bukan sepertimu!! kau pikir siapa kau, beraninya kau mengomentariku, kau-"

"Mungkin sikapmu ini sudah kelewatan, aku perlu berbicara pada walikelasmu, kalau begitu kalian boleh pergi sekarang."

Yaya bersiap siap hendak pergi, air matanya sudah tak mampu ia tahan lagi, Hana...wanita itu terang terangan menghinanya.

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang