Mengandung banyak bahasa kasar!
[ BELIM REVISI ]
Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya.
"Jalang!"
"Anak bodoh!!"
"Kau tak pantas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jojo Mahendra.
Yaya menatap datar kearah cowok yang duduk didepannya. Jojo juga menatapnya demikian, dingin dan datar. Ga ada senyum setipis kulit bawang putih sedikitpun. Situasi yang mereka alami sekarang ini, kok terasa canggung. Mereka berada disebuah restoran, Yaya ga tau dimana mereka sekarang. Yang jelas Jojo membawanya ke sebuah restoran, yang tampaknya hanya kalangan atas yang mampu makan di mari. Kalau orang susah kayak dia mah, mimpi!
Yaya juga hanya diam saja ketika Jojo memesan makanan, tadi aja dia nanya Jojo ga dijawab. Orang kayak dia emang ga pantas banget ngomong sama cowok itu. Kapan sih dia kaya raya, pengen gitu dihargai. Siapa tau aja karna dia orang susah...ga juga sih, Jojokan ga tau dia orang miskin. Rumah sewaan ibunya aja gede. Apa urusannya coba? Jojo emang dari awal ga suka sama dia, sejak kelompok, apa lagi kejadian...Tiba tiba matanya menatap kearah bibir cowok itu. Kenangan dimana, Jojo pernah mencium bibirnya...bahkan melumatnya. Membuat Yaya merasa mual. Dia mau muntah di wajah Jojo.
Drttt drttt...
Ponsel Jojo yang berada diatas meja restoran bergetar. Jojo langsung mengangkat telponnya.
"Iya pak, dia sama saya, ga...kami mau pulang hari ini...ga..pokoknya hari ini...saya bisa urus semuanya..ga usa..ga..iya pak...nanti kalau uda sampe saya kabarin...dia aman..gapapa..uda makan...iya..pak...malam." Jojo berbicara pada sipenelepon sambil melirik kearahnya. Yaya yang dilirik cowok itu balas melirik sesekali, yakali dia liatin terus. Malu yang ada. Uda Jojo natapnya dingin banget.
Jojo meletakan kembali ponselnya diatas meja. Canggung lagi.
"Pak herman tadi nelpon."
Terus?
"Kita pulang hari ini. Ga usa ngebantah, gue uda urus semuanya. Barang lo juga uda ada didalam mobil semua-"
"Pulang kemana?!" potong Yaya spontan.
"Ke Jakarta-"
"Sekarang? jadi semuanya pulang hari ini juga?!" tanya Yaya kaget, dia ga nyangka liburan mereka cuma dua hari aja. Padahal nunggu satu hari doang.
"Kita yang pulang. Gue uda izin sama pak Herman-"
"Kita dua? berdua..APA?!!" Yaya bangkit dari duduknya, tangannya memukul meja restoran dengan keras. Pulang berdua apa maksudnya? ketempat mereka kemah?
"Ga usa bising bisa?!! lo ga malu sama umur?"
Oh bawa bawa umur ni? terus apa yang mereka lakuin itu, mereka? ckk, Jojo. Sibrengsek itulah yang melakukan hal bejat itu padanya. Seharusnya ia membunuh Jojo saja hari itu. Apa itu ga dibawah umur hah?!
"Pulang berdua? Ke Jakarta?!"
"Lo budeg ya?!" tanya Jojo sinis, melihat wajah cowok itu semakin membuat Yaya mulai kesal. Berani beraninya anak konglomerat satu ini menghinanya.
"Ga mau, aku ga mau pulang denganmu, lagian kenapa harus pulang?! anak anak yang lain emang uda pada pulang? mereka ninggalin kita?!" tanya Yaya masih berdiri juga. Bodo amat sama sopan santun. Dia lagi puyeng ini.
"Ga. Pokoknya kita pulang hari ini-"
"Kita? aku ga mau. Enak aja!! lagain aku bukan siapa siapa mu, ga usa maksa maksa juga-"
"Gue uda nolongin lo, ga usa bertingkah-"
"Nolongin? jadi..tadi itu ga ikhlas, kalau ga ikhlas ga usa di tolongin, biar aja aku mati sekalian-"
"Oke. Gue bakal ninggalin lo disini." Jojo berujar sangat dingin. Cowok itu mengantongi ponselnya kedalam saku kemejanya. Jojo beranjak dari kursinya. Melihat hal itu Yaya kaget setengah mati. Ia dapat melihat wajah Jojo yang tampak serius.
Jojo melangkah menjauh darinya. Yaya hanya mampu melototkan kedua bola matanya. Jojo serius ga sih ninggalin dia?
Yaya membalikkan tubuhnya, menghadap kearah pintu, dimana punggung Jojo yang hampir menghilang. Yaya segera mengejar langkah cowok itu, tapi dia masih sempat melirik sekilas kearah uang yang berada diatas meja, dimana tadi Jojo duduk. Jojo emang serius mau ninggalin dia disini.
Yaya masih mengejar langkah Jojo yang hampir mencapai pintu. Jojo semakin mempercepat langkahnya. Hal itu membuat Yaya semakin kesal, sengaja banget.
Mereka berdua berhenti ditempat parkir. Dimana mobil Jojo yang dibawa kesekolah biasanya, mobil yang tadi mereka pakai kemari, masalahnya itu mobil kenapa ada di Bandung. Jojo bawa mobil? kok dia ga tau, perasaan waktu mereka datang ke Bandung Jojo satu bus sama mereka, terus Jojo juga yang nolongin dia waktu pingsan. Rere yang ceritain. Ga mungkin temannya itu berbohongkan?
"Aku.."
"Ngapain lo ngikut gue?! yauda sana, gue ga peduli mau lo mati-"
"Dosa tau nyumpahin orang." Dengus Yaya kesal. Ga ada respon.
Hening.
Yaya melirik canggung kearah Jojo yang natap dingin kearahnya. Cuaca kota Bandung emang dinginnya minta ampun. Sampe kakinya gemeteran gini, apalagi wajah Yaya uda tampak memerah.
"Masuk ke mobil." Suruh Jojo membuka pintu mobil dengan menekan kunci mobil.
"Masuk!" Yaya yang masih setia berdiri ditempatnya hanya menatap pintu yang dibukakan untuknya.
"Masuk!!" Suara Jojo semakin lantang. Matanya juga menatap tajam kearah Yaya. Mendapat tatapan setajam elang, setajam pisau dapur, setajam mulut netizen. Semuanya ngalahin tatapan Jojo. Akhirnya Yaya masuk juga, Jojo membanting pintu mobilnya keras, Jojo mengintari mobilnya, ikut masuk juga kedalam.
Cowok itu menyalakan mesin mobilnya, Yaya hanya diam ga tau mau ngapain.
"Pake sabuk pengaman."
Yaya menarik sabuk pengaman, dia memakainya. Ga susah, uda belajar, tiap hari numpang mobil Bian. Uda hapal.
"Jo..Jo uangmu tadi ketinggalan di restoran." Ujar Yaya dengan helaan nafas. Karena kecanggungan mereka berdua.