Hari ini pelajaran olahraga, Yaya dan Rere yang baru saja keluar dari perpustakaan menuju kearah kelas mereka, ingin mengambil seragam ganti, oiya, seragam olahraga Yaya masih seragam lama, dia ga nerima seragam, apapun yang diberikan oleh Bian, kecuali makanan, dan kebutuhan rumah. Selain itu dia menolak apapun yang akan diberikan cowok itu, meskipun Bian selalu memaksanya untuk menerima pemberian saudaranya itu, tapi kebaikan seseorang bisa saja akan diandalkan ketika dia kesusahan.
"Nanti pergi ke bioskop yuk!" ajak Rere ketika mereka berjalan beriringan menuju kelasnya, dia sama Rere harus melewati kelas anak SAINS jika ingin menuju kelas Biologi.
"Aku ga bisa." Yaya menolak dengan senyum tercetak dibibirnya.
"Sibuk?" tanya Rere menoleh kearah Yaya. Yaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Dia emang sibuk kerja. Semenjak ga ada lagi kerja kelompok yang diketuai oleh ULAR, dia uda kembali bekerja seperti biasanya. Pihak hotel juga uda menegaskannya agar tak mengambil banyak waktu kerja untuk cuti. Emang sejak kapan coba dia cuti? kerja kelompok, keluarin uang buat ongkos pulang pergi, ngapal banyak materi, ujung ujungnya ditendang secara tidak sepihak. Itu bukan cuti mah.
"Iya sibuk...belajar...bentar lagi kita bakal ngadain ulangan harian minggu depan." Jawabnya cepat, untunglah ada alasan yang masuk akal yang dapat dia berikan. Emang minggu depan mereka bakal ulangan harian.
"Biasa aja kali, si Jojo aja yang juara satu kelas ga gitu gitu amat, dia juga sering nonton ke bioskop, bareng cewek gitu sih, dengar dengar emang Jojo punya pacar, ga tau gosip atau fakta." Mereka berdua memasuki kelasnya, kelas sudah kosong, ga ada lagi teman teman mereka. Yaya buru buru berjalan kearah bangkunya, kemarin waktu dia ngobrol bareng Bian didepan toilet, terus pas kelapangan uda mulai pemanasan, Yaya langsung disemprot pak Joko bukan itu aja, dia juga disuruh ngelilingin lapangan sebanyak tiga putaran. Uda lapangannya bukan main luasnya.
Yaya membuka tas sekolahnya, dia nyari nyari baju seragamnya, tapi aneh, seragam olahraganya ga ada didalam tasnya. Seingatnya seragamnya yang lebih dulu dia masukin kedalam tas, baru buku pelajarannya. Tapi kok?
"Uda? kenapa, uangmu hilang?" tanya Rere menatap Yaya dengan kening mengerut. Yaya menguras ulang isi tasnya lagi.
Ga ada.
"Yaya,"
"Tadi pas kita keperpus, yang dikelas siapa aja?" tanya Yaya meletakan tasnya yang isinya uda ga beraturan diatas meja.
"Banyak sih, ada si Jojo, Bian, Reymon, banyaklah, emang kenapa sih? uangnya hilang?" tanya Rere memegang tas sekolah Yaya, membantu Yaya mencari barangnya yang hilang. Yaya hanya menatap hampa Rere yang masih sibuk nguras tasnya.
"Vivi ada ga tadi?"
"Ada, dia bareng Ayu juga,"
Yaya langsung berlari keluar kelas. Dia uda tau jawabannya sekarang.
"Heiii!! mau kemana?!! kau ga bawa seragam olahraga mu?!!" Rere meneriaki Yaya yang berlari keluar kelas begitu saja setelah ia menjawab pertanyaan Yaya. Rere juga ikutan mengejar Yaya, dengan seragam olahraga dipelukannya, sebelum itu ia masih sempat mencari cari seragam Yaya dibalik laci meja Yaya, karna tadi Rere ga liat Yaya bawa seragam olahraganya. Tapi karna ga ketemu juga Rere keluar kelas, mengejar Yaya.
Yaya yang merasa marah, mendatangi toliet cewek yang berada disamping tolite cowok. Dia langsung menggedor setiap pintu yang tertutup. Bodolah siapa pun yang didalam. Dia ga peduli. Selagi dia ga punya utang. Catet. Kok sok banget ya dia sekarang, semenjak adanya Bian dia jadi pemberani, padahal cowok itu hanya sebatas saudara tirinya. Songongnya uda ketulungan. Sekali Bian bilang dia pura pura nerima Yaya, habis dah riwayat hidupnya. Cita cita pengen masuk universitas cuma omdo. Omongan doang.
"Masih ada orang!!!"
"Siapa sihhh!!!"
"Tunggu!!!"
"Masih ada orangnya!!!"
"Siapa sih berisik banget!!!"
Setiap pintu yang dia gedor diteriaki orang yang didalamnya. Tapi ga ada tanda tanda suara cempreng si ULAR. Yaya yakin banget, Vivilah pelaku utama hilangnya seragam sekolahnya. Siapa lagi kalau bukan cewek iblis itu?!! Kejadian ini uda pernah terjadi, dan pelakunya si Vivi. Bisa ya, cewek itu menggila dengannya, mencuri seragamnya, padahal dia ga pernah melakuan setitik kesalahanpun sama Vivi. Tapi perbuatan cewek itu makin menjadi jadi. Siapa yang bisa tahan coba? dia bukan malaikat yang bisa bersabar dan terus bersabar. Lah beda lagi kalau malaikat maut, si Vivi serupa tuh kayaknya. Yaya ga bisa mendiami kejadian ini, dia mau menuntut si Vivi, kalau bisa dia pengen banget ngabisin nyawa si Vivi, disini, di toilet cewek. Sekarang juga. Kalau dia punya nyali besar berhadapan sama anak konglomerat.
Setiap pintu yang diketuk Yaya terbuka, mereka tampak menggerutu kesal. Yaya ga liat ada wujudnya ULAR yang baru keluar dari dalam toilet. Kemana perginya Vivi? jangan bilang...
Oh No!!!
Yaya keluar lagi dari dalam toilet, dia tahu sekarang, pasti Vivi ingin mempermalukan dirinya didepan senior mereka. Vivi bersama the genk nya yang berantakan pasti pergi kelantai 3. Yaya melewati toilet cowok, kebetulan teman sekelasnya yang cowok uda pada siap ganti baju. Yaya ga ada waktu buat curi curi perhatian sama teman sekelasnya, yang kata kelas lain pada cakep cakep, emang benar sih, cowok dikelasnya cakep nya ga ketulungan. Ada si Jojo juara kelas, Rere yang bilang, dia malah ngira Stella yang juara kelas, karna dikelas cewek itu paling di depankan pak Herman. Kan dia juga kepengen banget tuh, ada Reymon, ada Chiko, ada Bian, banyaklah..dia ga terlalu kenal. Raymon sering ditegur guru setiap kali masuk jadi dia hapal.
Bruk!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Novela JuvenilMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...