"Diam!!!" ibunya menarik seluruh rambutnya yang dikucir, Yaya mengikuti tarikan kasar ibunya. Sepulang ia dari kerja ibunya langsung menghajarnya habis habisan. Ibunya menuduhnya menghasut, dan menggunakan uang Bian sesukanya. Sejak kapan? sejak kapan ia sekeji itu?
"Beraninya kau memperalat anakku!! kau pikir siapa dirimu itu?!! kau pikir darimana uang putraku ha-"
"A-aku-"
"DIAM!! jangan membela diri kau, anak jalang, kenapa hidupku terkutuk, kenapa aku bisa mendapatkan kesialan!!!" ibunya menendang kepalanya dengan kasar, Yaya terlempar mencium lantai.
"Kau hanya benalu dirumah ini, dari awal aku memang ga pernah mau kau tinggal bersamaku, kau pembawa sial, sekarang kau mau memperalat Bian, kau memakan semua uangnya, kau pikir siapa dirimu?!! dia bukan bagian keluargamu, keluargamu uda mati, mereka ga akan bisa ngasih kau makan, jadi mulai sekarang kau kerja, kerja, bukan enak enak makan uang kami!!!" ibunya mendekatinya lagi, langsung saja kepala Yaya di tendang kasar dengan kaki ibunya yang menggunakan sendal rumah. Yaya yang sudah habis dihajar merasa kepalanya sedikit pusing.
"Mulai sekarang kau pergi, pergi dari rumahku!!!" ibunya menarik kerah kaosnya.
"Ingat Yaya, utangmu denganku belum lunas, kau harus membayar uang pemakanan dan pengobatan ayahmu!!! kau harus bayar semua itu, kalau tidak, aku akan menghabisi mu!!" ibunya menendang kepalanya lagi. Tuhan, dia benar benar kesakitan. Mau berapa kali lagi ibunya memukulnya? sampe puas? kapan?
"Jangan sampe aku dibunuh ibunya James karna kau dan ayahmu!!! Kenapa kau ga ikut mati sekalian!!! bikin susah aja, uda ga usa sekolah kalau ga bisa mikir, mikir gimana biar utangmu lunas, jual diri aja!!!" Ibunya menariknya bangkit, Yaya mengikuti tarikan ibunya itu pasrah. Karna kalau dia diam saja, ibunya jauh lebih kejam..
"Sekarang pergi!!! hasilkan uang yang ban-"
"Bu-"
"Pergi!!! jangan kembali sebelum kau membawa uang!!!" ibunya menyeretnya kearah pintu utama.
"Ampun bu!!!" Yaya berlutut di kaki ibunya. Kemana dia akan pergi, ini sudah jam 1 malam. Bian juga kemana, kenapa ga ada di rumah. Ia benar benar membutuhkan pertolongan saat ini, dia ga bisa pergi, dimana dirinya akan tidur?!! Dia membutuhkan pertolongan Bian menghentikan ibunya.
"Ampun?!! Lepaskan tangan kotormu dari kakiku!!!" ibunya menarik kuat lengannya. Yaya meringis, merasa perih karena cengkraman kuat kuku ibunya. Ibunya menarik kerah bajunya, menyeretnya kearah pintu.
"Ampun bu-"
Tubuhnya dilempar didepan pintu, Yaya menangis sesenggukan. Ia menghapus air matanya dengan kasar.
Brak!!!
Suara dentuman pintu membuat tangisnya semakin keras.
"Bu!!! buka pintunya!!! bu!! aku minta maaf, aku janji akan membayar uang ayah, aku janji akan menghasilkan uang banyak, buka pintunya bu, aku mohon, diluar dingin, disini sepi, bu...aku mohon...sekali ini...beri aku kesempatan..aku ga akan menyusahkan ibu...aku ga akan memakan, makanan kalian...aku janji..ibu bisa pegang janjiku..." Yaya menangis se jadi jadinya didepan pintu. Suaranya ia tahan agar tetangga ga dengar. Bian cepatlah pulang. Mohonnya. Yaya menyender pada pintu, ia menggedor gedor pintu rumahnya berulang kali.
"Aku mohon buka pintunya bu, aku mohon, bu..."
Hening.
"Kenapa..kenapa dari awal ibu membawaku ke sini...kenapa kalian menghancurkanku....aku membenci kalian." Yaya bangkit dengan hati yang terluka, ia menghapus air matanya.
"Baik, akan kuhasilkan uang yang banyak, akan kubayar semua utang ayah!!" Yaya berjalan meninggalkan pekarangan rumahnya.
***
Matanya menatap hampa hotel tempatnya bekerja. Bolehkah ia meminta gajinya lebih awal dari pegawai lain? Dia benar benar sangat butuh uang saat ini.
Yaya memberanikan diri masuk kedalam hotel YUANGSI, apapun pendapat mereka nanti dia ga peduli, uang itu jauh lebih penting saat ini, dia ga boleh pulang kerumah, kalau ga bawa uang. Kejam ya?!! ibunya benar benar iblis. Gimana mungkin dia memperalat Bian, memakan uangnya, dia aja ga pernah minta ini itu dibeliin kalau ga Bian yang mau sendiri. Capek emang ngomong sama orang yang dulunya konglomerat, maunya menang sendiri. Dia yang ga punya apa apa, ga punya siapa siapa hanya bisa menangisi kenyataan. Ibu tirinya ga bisa hidup susah, sama seperti ibu kandungnya. Apa sih susahnya hidup sederhana?!!! Makan aja uda syukur mah, ga usa minta macam macam. Tapi dia minta rumah sendiri sama Tuhan, salah ga? ga salah!! dia ga sanggup hidup bareng ibu tirinya. Fisik dan batin nya lelah.
Yaya melihat resepsionis yang berbincang bincang dengan temannya. Yaya mendekati resepsionis tersebut.
"Kok belum pulang?!!" tanya wanita muda langsung menatapnya dengan tatapan dingin. Memang pegawai disana pada ga suka gitu liat dia. Tapi yang namanya orang susah, ya ditahan tahan aja. Mau orang benci sama kita, mau kita dipukul sampe mati, yang penting hasilkan uang. Kayak ibunya sama dia. Ga masalah dia dihajar babak belur, yang penting masih dibolehkan serumah dengan ibunya.
"Anu...kak...bos ada?" tanya Yaya dengan suara tertahan akibat kebanyakan nangis pas menuju kemari.
"Uda pulang." Jawab wanita satunya, nadanya jauh lebih dingin. Yaya menatap mereka dengan wajah sendunya. Dia ga tau lagi mau pergi kemana setelah dari sini? kerumah bordil saja kah? jual diri, seperti keinginan ibunya.
"Ga pulang?" tanya wanita yang pertama kali menanyainya. Mau pulang, cuma ga tau kemana. Ga punya rumah soalnya.
"Kalau belum, kita ada kerjaan. Pegawai yang lain pada istirahat-"
"Kerja apa kak?" potongnya. Daripada di usir, terus bingung mau kemana. Mending nerima kerja yang ditawarkan wanita resepsionis yang masih berbicara dengan dingin.
"Antarkan ini kekamar 202," wanita itu memberinya sebuah paperbag Yaya menerimanya dengan sigap.
"Jangan sampe salah!!"
"Iya kak!!"
"Yauda sana!!"
Yaya berjalan kearah lift, dia masih sempat melirik kearah resepsionis itu, mereka berbisik bisik sambil sesekali meliriknya. Yaya hanya menghela nafasnya. Ia segera masuk setelah pintu lift terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...