46

1.7K 82 0
                                    

Aula sudah dipenuhi banyak murid, guru. Mereka menempati bangku sesuai kelas masing masing. Hari ini semua murid dikumpulkan, untuk mengasah kemampuan setiap kelas masing masing. Jujur aja, Yaya ga tau ada yang namanya mengasah seperti ini, disekolah barunya. Karna uda dua bulan berlalu, ga ada tuh ngadain ngasah otak. Kok tiba tiba? uda gitu Rere ga ngasih tau dia. Biar ada persiapan. Katanya sih, setiap kelas maju dua atau tiga orang. Menunjukkan kemampuan bakat masing masing. Maksudnya gimana coba?!

"Yaya, duduk sini!!" Rere berbisik, Yaya yang kebetulan dekat dengan gadis itu mendengar bisikan Rere, Yaya berjalan kearah bangku nomor tujuh dari depan. Yang sudah diisi teman teman sekelasnya. Yaya langsung duduk disamping Rere.

"Ngapain ni kok rame banget?" Yaya berbisik ditelinga kiri Rere.

"Kepala sekolah ngadain lomba, biasa tiap akhir bulan, tiap kelas harus tampil." Jawab Rere mantap. Hah? gitu doang? dari kelas mereka yang maju siapa?

"Terus dari kelas kita siapa?"

"Stella, ga taulah, Stella belum datang, biasanya Stella sama Rean sih, tapi pak Herman bilang jangan mereka mulu, guru lain nyuruh yang lain. Jangan yang uda pintar terus."

Jadi sekarang siapa?!!!

"Terus kalau ga mereka berdua, siapa?"

"Ga tau, pak Herman lagi nyariin Vivi, dia kan lumayan banget kalau dance." Ungkap Rere dengan kepala mengganguk mantap. Hah? si ULAR? ga salah ni?

"Tapi Vivi belum datang juga. Anak itu emang bikin ulah aja taunya." Tiba tiba Ayu teman sebangku Vivi yang duduk disamping Rere ikut nimbrung. Jelekin temennya ni ceritanya?

"Masa sih? tapi tadi uda ngobrol bareng Jojo-"

"Ga, Jojo aja pergi ke kelas SAINS nemuin temannya."

"Terus siapa yang dari kelas kita?" tanya Rere melirik bangku untuk kelas mereka. Dari kelas mereka yang belum ada batang hidungnya..Vivi, Stella, Rean,Jojo, Bian. Kemana perginya mereka, Bian lagi kemana perginya si saudara nya itu.

Dari pintu utama aula Pak Herman diikutin anak anak yang belum hadir menghampiri bangku Yaya dan teman temannya. Ada satu cowok yang ga Yaya kenal, berdiri disamping Jojo.

Bian menghampiri bangku disebelah Yaya yang masih kosong. Mau ngapain ni?

"Pak Herman mau ngomong tuh!!" Bian berbisik ditelinga Yaya, hembusan nafasnya menggelitik kulit leher Yaya. Yaya langsung menjauhkan diri dari Bian.

"Pak Herman mau ngomong sesuatu.."

"Tentang apa?"

"Ikut aja!"

Oke, tarik aja!!! Dikira ini tali jemuran apa?!! Yaya mengikuti tarikan Bian yang lumayan kasar. Ngomong apa sih?!! Bian gini amat, maksa banget coyyy, kan pergelangan tangan dia jadinya sakit. Bian baru melepaskan tangannya ketika uda  berdiri disamping Pak Herman, bukan hanya mereka bertiga aja, ada Jojo, Stella, Rean sama anak cowok yang ga dia kenal.

"Ini Yaya nya pak." Bian menunjuk dirinya kepada pak Herman. Yaya langsung tersenyum manis ketika pak Herman menoleh kearahnya, beliau juga ikutan senyum.

"Jago bahasa inggris?" tanya pak Herman menatapnya dengan intens. Yaya jadi salting sendiri.

"Ng...ga terlalu pak."

"Kata Bian bisa nyanyi."

"Hah?" Yaya menatap kearah Bian yang berdiri disampingnya. Sejak kapan dia bisa nyanyi?! Bian ngada ngada kali.

"G-ga pak, saya ga bisa nyanyi." Yaya menatap horor kearah Bian. Bian membalas tatapannya itu dengan tersenyum mengejek. Sialan!!!

"Kalau bisa, tolong Yaya aja yang maju, Stella sama Rean uda diskorsing ga boleh maju ke panggung lagi.."

"Ehh, saya ga bisa pak..."

"Maju aja!!"Bian ngompori. Yaya mendengus kesal kearah Bian. Jojo menatap mereka dengan dingin, cowok yang ga dikenal Yaya tersenyum geli, melihat tingkah Yaya yang kelihatan kekanakan.

"Bapak ngasih nilai plus nanti setelah Yaya tampil, gimana?"

Nilai plus? Kebetulan banget, nilai Biologi nya masih merah. Kalau dia terima nilainya langsung naik KKM. Tapi jujur dia belum pernah tampil didepan banyak orang. Sekalipun belum pernah.

"Gimana?"

"Nilai apa aja pak?" tanya Yaya pelan, melirik kearah Stella yang juga menatapnya. Dingin banget coyyy.

"Biologi."

"S-serius pak?" tanya Yaya kegirangan. Suaranya mengisi aula sekolah. Pak Herman menggeleng melihat tingkah Yaya yang terlalu berlebihan. Pak Herman mengangguk mantap.

***

"Kelas Biologi A1, Yaya Viola, dan Adam Herdiansyah dari kelas SAINS1!!!"

Yaya maju bersama seorang cowok yang tadi ngumpul bareng mereka. Cowok itu meluk gitar. Yaya dengan jantung yang hampir copot naik keatas panggung. Demi nilai. Nilai. Dan nilai.

Yaya menduduki bangku yang sudah disediakan oleh panitia. Duh, tau gini dia harus ada persiapan. Keringat mulai mengucur di pelipisnya. Yaya menarik nafas perlahan. Menatap teman sekelasnya yang juga menatap kearah mereka. Makin deg deg kan. Suara petikan gitar anak SAINS1 itu mulai mengisi ruangan aula.

Yaya menghela nafas panjang. Ia mulai menyanyikan lagu yang sangat menyentuh hatinya. Lagu terakhir kalinya dia bertemu dengan ibunya.

Lewis Capaldi ~ Someone You Loved

I'm going under and this time i fear there's no one to save me

Aku akan merana dan kali ini aku khawatir tak ada yang menyelamatkan ku.

This all or nothing really got a way of driving me crazy.

Ini semua atau tak sama sekali benar benar membuatku gila.

I need somebody to heal.

Aku butuh seseorang untuk memulihkanku.

Somebody to know.

Seseorang untuk mengerti.

Somebody to have.

Seseorang untuk dimiliki.

Somebody to hold.

Seseorang untuk didekap.

It's easy to say.

Mudah untuk dikatakan.

But it's never the same.

Namun itu tak pernah sama.

I guess i kinda liked the way you numbed all the pain.

Kurasa aku agak suka caramu menghilangkan rasa sakit.

[Chorus]

Now the day bleeds.

Sekarang hari yang menyakitkan.

Into nightfall.

Sampai malam hari.

And your'e not here.

Dan kau tak disini.

To get me through it all.

Untuk menemaniku lalui itu semua.

I lett my guard dawn.

Aku lengah.

And then you pulled the rug.

Dan kemudian kau tiba tiba menghilang.

I wass getting kinda used to being someone you loved.

Aku mulai terbiasa menjadi seorang yang pernah kau cintai.

Air mata Yaya perlahan membasahi kedua pipinya. Kenangan tentang ibunya tiba tiba saja terbayang jelas didepannya. Bagaimana ibunya pergi meninggalkannya. Ini menyakitkan.

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang