Yaya duduk dengan bahu tegang, ia melirik satu persatu teman satu kelompoknya. Kalau dihitung itung, kek nya Yaya lebih banyak ngumpul sama wajah wajah masam deh. Ga kesel gitu.
"Mana cowok lo yang pakai gigi pagar itu, ga lo ajak kemari lagi?" tanya Vivi setelah dua belas menit mereka hanya diam diaman, Chiko yang biasanya lumayan banyak omong juga ikutan diam. Ga biasanya. Mereka bertiga kenapa sih, Jojo ga usa ditanya mah, dia kan emang dari sononya pendiam. Alias bawaannya dingin.
"Dirumah." Jawab Yaya malas. Ia mendengar suara batuk Chiko, Yaya memajukan bibirnya kesal. Kenapa sih mulutnya jujur banget.
"HAH dirumah??!" tanya Vivi bangkit dari kursinya. Semua yang duduk semeja sama tu orang kaget bukan main. Yaya memegangi jantungnya yang hampir copot. Untunglah hanya ada anak kuliah yang duduk disekitar mereka, jadi pemikirannya mungkin, masih anak anak biasa mungkin masa pubertas nya. Pubertas si Vivi sableng ini.
"Biasa kali." Ujar Yaya dengan nada rendah. Kalau sok jagoan mah, yang ada heboh ni perpustakaan.
"Jadi lo tinggal sama cowok lo?!! Apa kata dunia?!!" jerit Vivi lebay, suer ga bohong emang lebay. Yaya ga nanggapi jeritan Vivi, ia membuka bukunya, membaca ulang coretan Jojo. Ia menatap Jojo sekilas, cowok itu juga menatapnya, hanya sekilas. Terus langsung buang muka kearah lain. Songong banget mas.
"Ga ada kata dunia, emang dunia bisa ngomong." Desis Yaya asal. Ia mencoret kertas dari Jojo bagian atasnya. Chiko tertawa renyah. Suaranya yang bas enak banget didengar. Disusul deheman Jojo.
"Jangan jangan lo, uda gitu gitu lagi sama cowok lo, makanya minjam novel dari sini."
Ni orang, aneh aneh aja pikirannya. Bisa diam ga tu mulut. Dari tadi ngerocos mulu, makan malam apa sih dirumah? Jangan jangan cuma cabe rawit aja, makanya mulut si Vivi pedas.
"Pantes aja semalam cowok lo datang kemari, mau bantuin lo daftar kartu-"
"Bisa diam ga sih?!! Bian ga gitu anaknya. Jangan asal ngomong."
Hebat Yaya, berani banget lawan anak konglomerat. Hebat. Keberaniannya waktu kelas 1 SMA, sepertinya mulai timbul kembali. Lagian siapa yang bisa tahan dibully gini coba, malah dua cowok didepannya cuma dengar doang, ga kasihan apa sama dia, yang dipojokkan sama Si ULAR dari kemarin kemarin. Kasih pembelaan gitu, biar si Vivi diam. Tapi nanti si ULAR malah sirik. Dahlah ga usa ngarep Yaya.
"Bentak gue?!! berani lo sama gue-"
"Yaya, lo uda hapal yang semalam?" suara Jojo yang dingin memotong perdebatan Vivi. Yaya memandang ke arah cowok itu, Jojo juga menatapnya dengan wajah khas dinginnya. Tapi tumben banget si Jojo manggil dia ga biasanya.
"Uda sih, cum-"
"Nanti gue kerumah lo lagi-"
"Ehh, ga usa, tinggal dua lembar lagi kok, tenang aja, ga usa datang ker-"
"Jangan kegeeran, gu mau nambah tiga halaman lagi."
APA?!! BUSET DAH. Ni orang mikir ga ini kepala bukan handphone yang bisa ngingat semua memo. Yaelah banggg, itu mikir apa sih kok bisa ngomong gitu mulutnya.
"Hah?!! tapi kemarin uda deal kok malah nambah lag-"
"Lagian lo bilang tinggal dua lembar lagi kan, keknya lo cepat banget ngapalnya, biar presentase kita lengkap. Lagian nanti Chiko sama Vici juga bakal gue tambah." Tumben banget ngomong panjang lebar.
"Serius lo Jo, yang ini aja gue uda mau mati aja rasanya, apa lagi ditambah, ga usa dipaksa kali Jo, iya lo enak pintar, lah gue, lagian gue ga ada waktu buat ngapal lagi nanti, kalau lo beneran nambah-"
"Biar kelompok ini dapat nilai A-"
"Lo ngejar nilai aja ya, ga mikir kita kita gimana, bisa atau enggak, enteng banget lo nyuruh nyuruh kita." Chiko mulai membentak, Yaya pura pura sibuk membaca baca kertasnya.
"Kalo lo ga mau diatur, lo bisa keluar dari kelompok ini, gue ga butuh orang yang malas-"
"Ohh gitu? Lo ga ngargai banget ya!! gue uda mau datang malam malam ke perpus!!! Lo ga bisa ngargai kita kita-"
"Kalau lo ga suka, lo bisa keluar!!"
"Lo ga seneng sama gue?!!" Chiko beranjak dari tempatnya. Matanya memerah, tangannya terkepal keras, Yaya ngeri melihat Chiko yang uda emosi, cuma karna ucapan Jojo. Lagian si Jojo kenapa sih, tiba tiba marah, kan kaget mereka semua. Pakai nambah tugas lagi, dia mikir ga sih, dirumah aja tugas mereka uda banyak. Mau dibantah takut dikeluarin dari kelompok. Dari pada bikin masalah, mending nurut aja. Kalau anak konglomerat uda bicara bisa apa mah?!!
"Lo ga seneng dari awal bilang, ga gini caranya Jo, lo pikir gue robot hah?!! Ngotak dong!!! Nyuruh ngapal ginian, biar nilai bagus, mikir diri sendiri aja lo ya!!!" Chiko melempar kertas kehadapan Jojo, kertas itu berhamburan satu persatu. Yaya juga ikutan bangkit jadinya, karna suasana semakin panas. Gimana ni? Jojo juga ikutan panas juga. Yaya menjauh dari meja kelompoknya. Jaga jaga, siapa tau ada yang melempar sesuatu dengan tiba tiba.
"Mikir diri sendiri, lo pikir cuma gue yang dapat nilainya hah?!! Ga usa asal ngomong ya, lo cuma jadi benalu juga di kelompok ini, jadi ga usa sok!!" Maki Jojo sadis. Yaya mengigit bibirnya kuat, Vivi juga ikutan menjauh dari meja itu. Kek nya ga bakal ada yang mau ngalah, dari mereka berdua. Diliat dari raut wajah Jojo yang dingin, namun menusuk, berbeda dengan Chiko, yang menggertakan giginya.
"Brengsek!!!" Chiko mendekati Jojo, melihat hal itu Yaya langsung berjalan cepat kearah mereka.
"B-berhenti!!!" Teriak Yaya keras, ia menatap wajah Jojo yang siap menerima amukan Chiko. Emang ga ada yang mau ngalah ya. Hebat banget. Cowok emang gitu ya kalau uda marah. Gimana Bian?
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...