8

4K 275 3
                                    

Play list | Jong Sewoon Good Night.

"Selamat datang!" suara Vivi yang lantang, kayak suara itik kena ajab. Dia mempersilakan aku masuk kedalam kelas. Ada yang aneh, menurutku. Karna senyum dibibir Vivi yang semerah darah itu terlihat seperti smirk yang sedang ngerencanain sesuatu. Kalo di tipi tipi ini ya, muka muka Vivi tadi, uda disorot camera ciri  tokoh antagonis yang selalu dibenarkan.

Aku mencoba masa bodoh dengan tingkah gadis itu, tapi mataku hampir saja lompat dari sarangnya, kuliat loker ku uda terbuka, semua buku buku paket sekolah berjatuhan lembar demi lembar dari buku berhamburan. Ku ambil satu persatu buku paket sekolahan itu, tempat loker ku juga basah, ada bekas bungkus es harga seribuan plus sedotan yang berwarna warni. Aku mengepalkan tanganku, ku datangi Vivi yang menikmati kepanikanku.

Plak!

Satu tamparan dahsyat kuukir di pipinya yang dipoles blush on. Vivi kaget bukan main melihat aku yang baru saja menampar wajahnya.

"Bangsad lu!" umpatnya, dia ga tinggal diam. Tangannya menarik kasar rambutku yang hari ini aku gerai, karna tadi pagi aku habis keramas.

Ga terima di perlakuan seperti binatang, aku juga ikut menarik rambutnya. Kedua temannya yang tadi hanya menonton, kini ikut membantu Vivi. Bayangin tiga melawan satu orang.

Kulepas jambakanku dari Vivi, mereka juga melepas tarikannya dari rambutku, dengan dorongan kasar, sehingga aku terjatuh menimpa buku paket punyaku.

"Cewek sialan!" umpat Vivi memperbaiki letak rambutnya yang uda kayak sarang tawon. Aku ingin menghajar mereka yang uda keterlaluan samaku, perasaan aku ga ada salah sama mereka. Tapi dari awal Vivi dan kawannya ga suka melihatku.

Aku mengutip satu persatu halaman buku itu, semua halamannya berantakan. Aku ga tau mesti ngomong apa sama penjaga perpus, bisa bisa aku harus keluar uang buat ganti rugi. Uda aku ga beli kartu makan siang, karna ga ada duit. Aku malah harus keluar uang yang aku ga tau dapat dari mana. Sedangkan aku gajian aja masih lama.

"Makan tu! makanya jangan sok lu jadi orang!" Vivi memakiku, matanya menatapku kayak orang ga pernah makan orang. Eh?

"Sok lu sih!" kali ini gadis yang aku belom  tau namanya. Cewek dengan rambut potongan ala ala korea itu, mendecih jijik kearahku yang masih sibuk ngutip bukuku.

"Uda misquen sok belagu sih!" maki Caca ga kalah sadis. Mereka ketawa bareng kayak habis nonton ini talkshow lucu cuma temanya suka ngebully orang.

Kelas yang tadinya sepi, kini mulai rame. Aku membersihkan loker ku, melapnya dengan kertas yang aku robek dari buku catatan ku. Kusimpan kembali buku yang halamannya bikin pusing itu kedalam loker, setelah loker ku bersih dan kering pastinya. Aku duduk dibangku milikku. Aku menatap kearah bangku Rere, yang masih kosong. Andai Rere ada disini, mungkin rambut ku ga akan persis seperti sarang ular begini.

Apa gini ya kalo anak kampung sekolah disekolah yang isinya titisan konglomerat semua? dibully dan dibedakan?

TANGISAN YAYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang