Play list | Wendy & Seulgi I Can Only See You
Aku menghempaskan tas sekolahku ke kasur. Ini genap dua hari aku bolos sekolah. Bukan karna aku takut sama Vivi. Tapi karna wali kelas ku yang menyuruhku harus segera ngelunasi uang seragam, plus kartu kantin. Uang aja ga punya. Lunasi pake apa coba? daun bunga kantil? atau daun kolor, eh kelor maksudku.
Apa aku coba minta sama ibu kali ya? berani taruan, kepalaku pasti bakal dilempar pake sapu, uda gitu ibu ga ngasih aku uang. Mikir seribu kali kalo minta uang sama ibu tiriku itu, kalo aku masih mau hidup.
"Fyuhhhhh!" kuhembuskan nafas putus asa, cuma ga sampe depresi ya. Sori aku ga ahli tuh adegan putus asa sampe depresi, meskipun uda setiap hari disakiti.
Prang!
Suara pecahan terdengar dari lantai bawah, aku buru buru turun. Kulihat ibuku yang jalan sempoyongan, sambil memegangi apa saja agar ibu ga jatuh. Aku hendak menolong, tapi kuurungkan niatku itu. Kalo aku bantu ibu juga ga ada gunanya, apa lagi kelihatannya ibu mabuk berat. Bisa bisa aku dihajar lagi. Aku berjalan kedalam kamar ku lagi.
Belum aja aku buka pintu kamar, suara berat ibu manggil aku. Ketauan deh.
"Sini turun, aku mau bicara!"
Aku segera turun kebawah, aku mendaratkan pantatku disofa yang didepan ibu, dapat kulihat mata ibu menatapku setajam golok yang baru diasah untuk motong bebek, biar digulai, keliatannya enak banget si.
"Ibu mau bilang apa?" tanyaku, uda keringat dingin aku ditatapi ibu sendiri. Masa natapnya kayak mau makan orang. Kan serem.
"Kapan kau gajian?" tanya ibu tentunya dengan sangat dingin, serak persis banget kayak orang mabuk. Aku tampak berpikir, tapi ga usa dipikir lama lama juga, aku uda tau jawabannya, masa iya baru tiga hari kerja uda gajian. Ibu nanyanya aneh, o iya ibukan orangnya selain kejam orangnya juga aneh.
"Kapan?!" tanya ibu ngegas. Makin tua baru tau rasa. Biar aja, biar ga dibilang mirip Nikita Mirzani lagi.
"Anu---"
"Lama banget jawabnya!" bentak ibu lagi lebih lantang. Aku uda ga tahan, pengen banget nampar ibu. Sadar dong, akukan baru aja kerja, apa boleh asal main minta gaji? kalo bisa, kerja apa? dimana? jadi apa? hah? hah?
"Aku ga ta--"
"Uda kuduga. Kalo kerjamu ga jelas, mending cari kerja lain aja." Protes ibu mendengus. Ibu memijit keningnya pelan.
"Aku butuh uang, secepatnya dapatkan uang untukku." Kata ibu dengan nada yang ga boleh dibantah sama sekali. Lah yang ga butuh uang siapa coba? aku aja butuh duit buat bayar uang sekolahku. Akukan pengen banget sukses, terus jadi dokter. Makanya aku bertekad bulat, ga bisa diubah bentuk jadi kerucut atau persegi, aku pengen banget jadi dokter ahli beda jantung. Makanya aku lagi mikir buat dapetin uang 2 juta biar aku bisa beli seragam baru.
"Dapat dari mana bu?" tanyaku akhirnya, ibu enak banget minta uang samaku. Seharusnya kan aku yang minta uang dari ibu, akukan anaknya. Meskipun anak tiri, tapi kan masih berstatus anak ibu.
"Ya kerjalah. Malah nanya samaku. O, kau mau ku cariin kerja? gajinya banyak--"
"G--ga usa bu." Potong ku cepat, ibu mendecih sinis.
"Y, uda besok uangnya harus ada. Sana tidur!" ibu mengusirku dari hadapannya. Besok? ibu mikir apa si?! apa pengaruh minuman keras separah itu, bikin orang ngelantur ga jelas? aku juga pernah baca di salah satu majalah dewasa yang sampulnya cewek pake lingerie kalo efek mabuk bisa bikin orang asal ngomong, tapi besoknya lupa sama yang dia ocehin. Apa ibuku termasuk juga? semoga aja iya, kalo bisa semua sifat sifat lucifer nya hilang. Kalo bisa ya.
***
Hari ini aku masih ga masuk sekolah, aku mageran dirumah, setelah beberes rumah pastinya. Yakali aku enak enak nonton seperti saat ini, kalo kerja ku aja belum beres. Mau mati kamu Yaya?
Aku juga tadi baru aja selesai belajar, belajar ngebucin pastinya. Apa lagi aku saat ini lagi galau hebat, masa iya Lemiho ku putus dari Suzy aku yang sebagai penggemar berat mereka secara ga terima dong, untung masih ada ni pasangan couple cadanganku, Kim Woo Bin oppa dan kekasih sinminah, namanya aja uda kayak nama jaman dulu aja ah.
🎶drettt drettt🎶
Hp nokie ku yang uda sekarat minta diganti, bergetar diatas meja, tanda adanya panggilan masuk.
+6272090000 nomor kagak dikenal.
"Halo?" sapaku.
"Ini Yaya?" tanya suara wanita dari seberang sana. Aku mengerutkan keningku, siapa ya. Apa tukang kredit ibu?
"Iya. Ini siapa?" tanyaku sambil menguliti kuaciku, cemilan nonton kartun yang saat ini lagi iklan anti bocor bocor pake softex terus ada mbaknya Milea.
"Ini saya guru bahasa indonesia kamu, kenapa ga masuk dua hari yang lewat? kamu ga tau hari ini ujian?!" tanya beliau kesal, kayak orang ngajak ribut. Aku kaget, hampir saja aku menelan kulit kuaciku yang salah makan. Efek kaget berlebihan.
"Saya ga terima alasan apapun. Kamu ikut ujian susulan besok!"
Tuttt...tuttt...tuttt
Uang aja belum dapat, itu sebabnya aku dirumah saat ini. Darimana aku dapetin uang sebanyak dua juta? darimana?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Teen FictionMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...