Play list | Yoon Mirae ft Tiger Jk Angel.
Aku menguatkan hati dan memberanikan diri menginjak halaman sekolah. Aku ga tau, entah dikeluarkan atau dihukum, entahlah, aku ga bisa menduga duga. Bisa saja ada keajaiban, aku diizinkan masuk kelas hari ini. Terus ikut ujian susulan.
Aku berjalan dengan wajah yang menunduk, entah tatapan apa yang akan aku terima dari teman baruku, aku uda mempersiapkan diri untuk mati ditatap sinis oleh teman sekelas. Persetan dengan tatapan kebencian dari mereka. Toh aku datang kesekolah tujuannya cuma satu, belajar. Dua hari aku ga menunjukkan batang hidung ini kesekolah, mungkin teman teman ada yang berpendapat bahwa aku uda di do atau semacamnya.
"Idih masih sekolah dimari juga tu di murid baru, seragam juga masih sekolah lama, mukanya kusam banget--"
"Lu kayak ga tau titisan dari kampung--"
Bla bla blaaa...
Aku tetap melangkah kebangkuku, dirumah aku uda mempersiapkan semuanya, misalnya adanya hujatan pedas netizen yang lapar perhatian, bullyan ala ala anak hitz vs anak apa adanya, yang kayak di tipi tipi, yang kalo tokoh tokoh kayak aku ini pasti bakal banyak dapat malasahnya, terus hidupnya ga pernah bahagia, kecuali sekali, itu pun pas end. Tapi, aku ga mau ya hidupku disamain kayak sinetron, soalnya ga digaji.
"Lihat, ga malu banget tu cewek, uda banyak alfa, orangtua juga uda dipanggil---"
"Ga sayang kali sama orangtuanya. Berani bolos gitu, anak cewek lagi, sok polos banget mentang mentang dari kampung..."
Ku pejamkan kedua mataku, menahan rasa kesalnya. Telingaku hampir putus mendengar sindiran sindiran teman sekelas yang kayak presenter pembawa acara kasus penjual bakso yang pake boraks yang mukanya di burem buremin, terus suaranya kayak jablay kurang belai.
"Heii Yaya!"
Hampir aja jantungnya melompat ke ginjal. Rere berjalan kebangkunya.
"Kau kemana aja sih! istrinya James kangen woi!"
"Apaan coba." Aku menjauhkan tangan Rere yang tiba tiba aja menoel pipiku.
"Kau kemana aja, dua hari ga sekolah, semalam kita ujian bahasa indonesia, uda gitu aku ga ada baca buku lagi, kesal bangetlah. Eh denger denger pak Herman nelpon ortumu ya?"
Kasih waktu aku untuk berpikir.
"O---orangtua?" tanyaku menopang dagu, layaknya orang yang lagi berpikir keras. Pak Herman dapat dari mana coba nomor ibuku? Perasaan aku ga ada ngasih nomer hp ibu. Lah kok?
"Orangtua apa coba, maksudnya ibu? Ga, ga mungkin, sejak kapan pak Herman tahu nomor ibu, lagian ibu ga bilang apa apa. Pasti aku salah dengar, mana mungkin ibu diam gitu aja kalo aku punya masalah. Aku pasti salah dengar tadi. Iya, cuma salah dengar, mungkin efek begadang semalaman, jadi aku kurang fitt."
"Yee, malam ditinggal melamun! woi!" Rere menyenggol pelan bahuku.
"Pak Herman tau nomor ponsel ibuku?" tanyaku dengan kening mengerut, aku masih ga bisa mencerna omongan Rere dengan baik tadi. Semuanya berantakan, waktu Rere nyebutin kata orangtua.
"Loh bukannya kau ngisi formulir pendaftaran ya, disitukan ada diminta nomor orangtua. Jangan bilang kau ga ngisi."
"W---what?"
***
"Yaya ada yang nyariin lo tuh diparkiran sekolah!"
Aku menoleh kearah gadis yang berseragam ketat, menceplak seluruh tubuhnya, baru aja aku mau nanyain siapa yang nyariin, tapi gadis itu keburu keluar dengan tasnya. Jam pulang uda berdering beberapa menit yang lalu.
"Kira kira siapa ya, yang nyariin?" tanya Rere ikutan kepo.
"Jangan jangan cowok lagi, ciee." Rere menyenggol Lengan ku dengan tingkah konyol, mencoba menggodaku yang lagi strong stres ga tertolong. Aku yang uda siap beberes semua peralatan sekolah punyaku, ngajak Rere berjalan keluar kelas, tapi aku masih sempat melirik cowok yang sedang telponan dipojok kelasnya, didepan loker. Jojo juga natap aku hanya sekilas, karena aku keburu berjalan keluar kelas karena ga mau orang yang uda nyariin aku nunggu lama.
Aku berjalan berdampingan disamping Rere. Aku ga dengar sedikitpun ocehan Rere. karna kepalaku saat ini dipenuhi ucapan cewek yang bilang ada yang nyariin aku, diparkiran sekolah. Kira kira siapa sih orang yang bikin aku kepo. Seingatku, aku ga pernah dekat sekalipun sama siswa sekolah ini, kecuali Rere, yang langsung akrab waktu aku baru duduk dibelakang gadis itu. Tapi Rere berjalan disampingku, bukan diparkiran. Jadi siapa orang yang mencariku itu?
"Ga mungkin ibu? Dari tadi pagi aku ga dipanggil kekantor, yang berarti ibu ga nerima telpon dari pak Herman, pasti ibu juga ga datang kesekolah, jadi siapa sih yang nyar---"
Mataku membulat lebar, langkahku memelan seketika sangking kagetnya, Rere yang melihat tingkahku itu merasa heran. Langsung aja Rere yenggol lenganku. Rere pasti ngira akan kemasukan nyai Loro kidul, atau arwah arwah setan penasaran yang berkeliaran disekitar parkiran sekolah.
Aku berdiri dengan gugup, dugaanku salah, ibu berdiri dengan tangan yang dilipat didada. Ibu langsung menatap kearahku seakan akan dari jauh ibu sudah mengenalinya. Aku merasa sangat takut, aku speechless ditempatku, Setelah beberapa menit syok, aku melangkah tergesa gesa ketempat ibu berdiri yang natap aku kayak orang ngajak ribut. Ibu yang mengenakan pakaian super ketat. Menjadi sorotan murid murid cowok yang hendak pulang, akan ga mau orang orang berpendapat yang ga enggak tentang ibu.
"APA MASALAHMU DISEKOLAH HAH?!!" belum lagi aku nanya kenapa ibu bisa berdiri dengan pakaian yang ga layak seperti ini, aku uda mendengar suara menggelegar dari mulut ibu yang dipoles lipstik merah kayak badut jalanan. Sehingga bibirnya terlihat menor. Aku meringis melihat penampilan ibuku, tapi saat ini aku ga ada waktu ngasih komentar tentang penampilannya, aku harus membawa ibu pergi menjauh dari pelantaran parkir sekolah kalo ga mau dapat malu, karna aku tau ibu ga punya malu sedikitpun enggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGISAN YAYA [COMPLETED]
Fiksi RemajaMengandung banyak bahasa kasar! [ BELIM REVISI ] Yaya gadis kelahiran asli Bandung.18 tahun sudah pengalaman pahit selalu menemaninya. Tak pernah sekalipun ada seseorang yang benar benar tulus mencintainya. "Jalang!" "Anak bodoh!!" "Kau tak pantas...