Felix menatap Changbin yang sedang makan di hadapannya. Lelaki itu terlihat tampan dan juga lucu ketika sedang makan. Felix terkesima, ini pertama kalinya ia benar-benar memperhatikan wajah Changbin. Biasanya ia hanya akan melihat wajah lelaki itu ketika sedang menggagahinya dan setelahnya mereka tak pernah bertatap muka secara langsung. Atau ketika mereka bertemu, Felix akan terus menunduk dan tidak berani menatap mata Changbin.
"Apa ada sesuatu di wajahku?"
Felix tergagap ketika Changbin menatapnya dengan ekspresi bingung. Pemuda manis itu menggeleng dan segera memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Aku bertanya pada Bibi Park tentang makanan yang kau suka jadi aku mencoba mencari restoran yang memiliki rasa makanan enak. Apa rasanya cocok di lidahmu?"
Felix mengangguk pelan sebagai jawaban. Sebenarnya rasa masakan itu agak pedas untuknya, tapi ia sungkan mengungkapkannya karena tidak ingin membuat Changbin kecewa.
"Aku suka," jawabnya yang kemudian kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Felix."
"Ya?"
Pemuda manis itu mendongak kemudian kembali menunduk ketika matanya bertemu dengan mata tajam Changbin.
"Um.. Itu.. Maaf, apa bagian bawahmu masih sakit?" Tanya Changbin dengan suara pelan agar pelanggan di meja sekitar mereka tidak mendengarnya.
Felix semakin menunduk karena malu, kemudian ia menggeleng pelan sebagai jawaban. Lagi-lagi dirinya tidak mau mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya. Padahal badannya terasa sangat remuk, tapi ia kembali berbohong karena merasa tidak enak pada Changbin.
"Habiskan makananmu," ucap Changbin dan kembali melahap makanannya. Tidak seharusnya ia membahas hal semacam itu ketika mereka sedang makan. Setelahnya dua laki-laki itu makan dalam keheningan dan fokus pada makanan masing-masing.
Felix menatap pertokoan yang dipenuhi dekorasi natal. Sepertinya ia terlalu sibuk mengasihani diri sendiri sampai tidak sadar bahwa bulan Desember telah datang. Tanpa sadar senyumnya mengembang ketika melihat seorang anak kecil sedang memakan kembang gula sembari sebelah tangannya menggenggam erat tangan lelaki dewasa yang ia yakini sebagai ayah dari anak itu. Sangat menggemaskan, mengingatkannya pada ayahnya yang dulu akan mengajaknya jalan-jalan ketika musim dingin datang.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau beli?"
Felix mengalihkan perhatiannya pada Changbin yang sedang fokus menyetir kemudian pemuda manis itu menggeleng pelan.
"Kapan kau akan menjawab tawaranku dengan anggukan kepala? Apa segalanya harus dijawab dengan tidak?"
Felix bingung menjawabnya, ia menggeleng bukan tanpa alasan. Ia hanya tidak ingin merepotkan. Diberikan kebutuhan pokok saja ia sudah sangat bersyukur. Bukankah ia harus lebih tau diri ketika hidup menumpang pada orang lain?
"Aku baru mengenalmu dalam waktu sebentar, itupun kita jarang mengobrol. Tapi ada satu hal yang bisa aku simpulkan."
Felix menatap Changbin dalam diam, menunggu lelaki itu kembali bicara tanpa ia mengganggu suasana.
"Hiduplah untuk dirimu sendiri. Kau harus belajar cara jujur pada hatimu. Hidupmu bukan untuk orang lain, kau berhak melakukan apapun yang kau suka. Jika ada kesempatan, maka lakukan. Ketika kau terus menerus melepas apapun yang kau mau, lalu bagaimana caramu bahagia?"
Felix tersenyum tipis namun terselip ekspresi sedih di wajahnya. Pertanyaan Changbin benar-benar mengganggunya, bagaimana caranya bahagia? Bahkan Felix tak lagi memiliki impian ketika segalanya dihancurkan oleh kekerasan dan umpatan yang ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...
![Three Words 2 [ChangLix]](https://img.wattpad.com/cover/227735444-64-k413446.jpg)