Loveguard VI

3.2K 374 191
                                    

"Bisakah kau mengendarainya dengan pelan?!"

Felix memekik nyaring di dalam mobil ketika Changbin mengendarai mobilnya dengan cepat sehingga mobil terus bergoyang dan membuat bagian bawah Felix yang sakit terasa tidak nyaman. Changbin menoleh sekilas ke arah Felix dan senyum miringnya kembali muncul membuat Felix merasa kesal.

"Bukankah ini yang kau mau? Kau pernah mengeluh karena aku menyetir sangat lambat," jawab Changbin dengan santai.

Felix mengumpat dalam hati. Ia tidak tau jika Changbin adalah seseorang yang pendendam. Bagaimana bisa pemuda itu mengingat semua ucapan Felix dan sekarang memutar balik keadaan?

"Tapi bagian bawahku sakit!"

"Bukankah itu yang kau inginkan? Kau terus memintanya, aku pikir kau tau jika melakukan sex akan terasa sakit untukmu."

Felix menatap Changbin tidak percaya. Ia tidak tau jika pengawalnya itu bisa mengucapkan sesuatu yang sangat menyebalkan.

"Kau! Apa ini kau yang sebenarnya? Apa kau memang semenyebalkan ini?"

Changbin menyerahkan sebuah roti ke atas pangkuan Felix dan pemuda itu tersenyum tipis ke arah pemuda manis itu.

"Makanlah dulu. Kau semakin cerewet bahkan ketika aku sudah melakukannya denganmu."

Felix merengut kesal. Sekarang pemuda manis itu sedang merasa menyesal. Jika ia tau bahwa Changbin sangat sulit dihadapi mungkin Felix akan berpikir ulang untuk menggoda Changbin.

"Changbin."

"Hm?"

"Kenapa ayahku meminta kita pulang secepatnya?"

Changbin hanya diam, ekspresi wajahnya datar dan tenang tapi itu justru membuat Felix jadi memikirkan sesuatu yang buruk. Felix merasa Changbin tau sesuatu.

"Saya tidak tau."

Felix tertegun, kenapa tiba-tiba Changbin bicara formal padanya? Ia tidak suka. Namun ketika Felix baru ingin melayangkan protesnya, mobil itu berhenti dan Changbin segera keluar dari mobil.

"Eh?"

Felix berkedip bingung. Ia tidak sadar jika kini sudah sampai di depan rumahnya. Ketika Felix masih mengumpulkan kesadarannya, Changbin membuka pintunya dan membantu melepas seatbeltnya.

Wajah Changbin begitu dekat dengan Felix, bahkan pemuda manis itu bisa merasakan hembusan nafas pengawalnya di depan wajahnya. Changbin tersenyum tipis kemudian mengusak rambut Felix pelan sebelum memundurkan tubuhnya dan kembali pada wajah datarnya.

"Anda bisa jalan?"

"Aku punya kaki!"

Felix menatap Changbin tepat di matanya. Ia membencinya ketika Changbin kembali bicara formal padanya. Apa karena mereka ada di lingkungan rumahnya? Tapi baginya itu tidak penting. Seharusnya pengawalnya itu tetap bertahan dengan gaya bicara yang sebelumnya alih-alih bicara formal dan seakan memberi jarak pada mereka.

"Maksud saya—"

"Tidak usah sok peduli. Kau yang membuatku seperti ini."

Felix turun dari mobil dan berjalan pelan ke arah rumahnya mengabaikan Changbin yang mengikuti di belakangnya. Ia kesal. Bukankah seharusnya Changbin membantunya berjalan? Atau menggendongnya seperti di hotel. Felix kecewa ketika Changbin hanya mengikutinya dalam diam.

"Seo Changbin, kita harus bicara nanti," ucap Felix sebelum membuka pintu rumahnya.

Rumah Felix cukup besar. Didominasi warna putih gading memberikan kesan sejuk dan tenang. Di depan rumah besar itu terdapat taman yang tertata rapi dengan bunga-bunga yang ditanam dan dirawat dengan baik karena bunga itu adalah kesayangan mama Felix.

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang