Dandelion VI

2.5K 324 125
                                        


"Apa kau mau menculikku?"

Changbin yang sedang menyetir mobilnya menoleh sekilas pada Felix kemudian pemuda itu mengedikkan bahunya dan kembali fokus pada jalan di depannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Changbin!"

"Iya sayangku?"

Felix tersedak ludahnya sendiri. Apa barusan? Sayangku? Changbin tidak sedang mabuk atau apa kan?

"Kenapa hanya diam? Malu?"

Felix terdiam tidak percaya kemudian refleks bergerak meletakkan punggung tangannya ke dahi Changbin.

"Apa kau sakit? Atau kepalamu baru saja terbentur sesuatu?"

"Kenapa?"

"Dulu kau tidak begini," ucap Felix pelan dan kemudian menarik tangannya kembali sembari mengalihkan tatapannya ke luar.

"Itu dulu, Fel. Sekarang adalah hal yang berbeda."

Felix menunduk sembari memainkan jari tangannya. Ia lupa jika masa SMA mereka sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Dalam hitungan detik saja seseorang bisa berubah, tentu saja Changbin akan berubah setelah bertahun-tahun lamanya. Dirinya sendiri juga kini berbeda dari yang dulu, kan.

"Memikirkan apa?" Tanya Changbin sembari meraih sebelah tangan Felix untuk ia genggam.

Felix hanya diam kemudian memperhatikan genggaman tangan mereka. Tiba-tiba terbesit dalam pikirannya tentang bagaimana jadinya mereka sekarang jika dulu tidak terjadi kesalahpahaman di atap sekolah. Apakah mereka masih bersama dan bisa menjalani kisah cinta yang indah?

"Felix?"

Changbin menepikan mobilnya kemudian menatap Felix yang hanya diam, tidak seperti sebelumnya yang mengomel memarahinya.

"Aku.. Aku minta maaf," ucap Felix sembari mendongak menatap Changbin. Iya, hanya itu yang harus ia lakukan sekarang. Memang apa lagi? Menghindar? Ia sudah cukup lelah membohongi perasaannya, mau bagaimanapun hatinya sudah terjebak pada Changbin. Ia harus mengambil kesempatan memperbaiki segalanya kan?

"Aku juga minta maaf karena belum bisa menunjukkan perasaanku dengan baik. Jadi, kau mau kencan denganku sekarang?"

Felix kembali menunduk kemudian pemuda manis itu mengangguk malu-malu dengan telinga yang memerah membuat Changbin gemas.

Cup

"Mari kencan!"

Jantung Felix serasa berhenti sepersekian detik ketika Changbin mengecup bibirnya dengan kilat. Pemuda manis itu mengatur nafasnya dan dengan tanpa sadar menggenggam tangan Changbin dengan erat.






"Kenapa kesini?"

Changbin tersenyum misterius kemudian menarik tangan Felix masuk ke sebuah toko seragam. Pemuda itu mendatangi kasir kemudian menyebutkan nama sekolah dan ukuran seragam mereka.

"Changbin, jawab. Kenapa kita datang kesini?"

Changbin berbalik menatap Felix ketika pegawai toko mengambilkan seragam yang ia sebutkan, kemudian pemuda itu tersenyum cerah dan menjawab pertanyaan Felix dengan semangat.

"Tentu saja membeli seragam."

"Seragam? Untuk apa?"

"Untuk kita pakai."

Felix berkedip lucu karena merasa bingung dengan ucapan Changbin. Seragam untuk dipakai? Bahkan mereka sudah lulus bertahun-tahun yang lalu, kenapa harus membeli seragam baru?

"Jangan buang-buang uang," ucap Felix sembari cemberut tidak suka, sedangkan Changbin justru mengabaikannya dan menerima seragam yang diberikan oleh pegawai toko.

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang