Love & Life

4.9K 362 150
                                    


Lolos menjadi salah satu mahasiswa kelas internasional bagi Changbin adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Ia tidak merasa pintar, tapi sepertinya benar kata orang-orang yang mengatakan orang beruntung selangkah di depan orang pintar. Terbukti dari dirinya yang berhasil lolos tahap seleksi tes tulis dan juga wawancara. Ia merasa sangat beruntung.

Di kelas internasional itu pula ia menemukan keberuntungannya yang lain. Bertemu dengan seorang mahasiswa pindahan dari Australia yang sangat manis dan baik hati. Namanya Lee Felix. Pemuda itu sangat ramah dan murah senyum, Changbin selalu dibuat terpesona dengan senyum itu. Melihat Felix tersenyum dengan manis itulah yang membuat Changbin merasa beruntung berada di satu kelas yang sama dengan pemuda manis itu.

Sayangnya Changbin tak punya cukup keberanian untuk mendekati Felix. Menurut orang lain Changbin itu sangat kaku, ia dikenal tak banyak bicara dan cukup misterius membuat beberapa teman di kelasnya sungkan untuk dekat dengannya, padahal ia hanya tak tau cara membuka obrolan dengan orang lain. Jika bersama teman yang sudah dekat, maka Changbin akan berubah menjadi orang yang cerewet dan menyebalkan.

Di lain sisi, Felix adalah orang yang supel dan mudah bergaul. Felix itu sangat ramah dan murah senyum membuat siapapun betah mengobrol dengannya. Tak jarang Felix akan mengajak ngobrol Changbin, sayangnya pemuda itu bingung cara menyampaikan sesuatu yang ada di hatinya sehingga obrolan mereka akan berakhir dengan basa basi saja.

"Memperhatikan diam-diam lagi, eh?"

Changbin mengalihkan perhatiannya dari Felix yang sedang presentasi ke arah teman yang duduk di sampingnya. Pemuda itu tidak menjawab namun temannya bisa tau apa yang Changbin rasakan karena mereka sudah bersahabat dekat dari bangku sekolah menengah pertama.

"Kalau suka lebih baik dekati saja," bisik teman Changbin pelan agar tidak mengganggu presentasi yang sedang berlangsung.

"Jika mendekati gebetan semudah kau mengupil, maka aku sudah melakukannya jauh-jauh hari," jawab Changbin yang juga berbisik pelan.

Teman Changbin mendengus pelan kemudian memilih kembali memperhatikan presentasi karena di akhir perkuliahan akan ada kuis dari dosen. Ia tak mau repot-repot menanggapi ucapan absurd Changbin. Kata siapa pemuda itu misterius dan galak? Nyatanya Changbin hanyalah pemuda canggung yang memiliki kosakata aneh di tiap ucapannya. Memang lebih baik tidak mendengar Changbin banyak bicara daripada membuat emosinya naik.

"Ok guys, i think that's all from our group. Anybody would like to ask?"

Kelas itu hening. Meski kelas internasional namun tak membuat kelas itu menjadi spesial. Toh isinya masih sama saja mahasiswa pada umumnya yang terkadang akan merasa mengantuk di dalam kelas.

"No one want to ask something? I'll appreciate you if you ask to this group. They gave an interesting presentation. Did y'all didn't give attention to them?"

Dosen perempuan paruh baya disana menginterupsi dan membenarkan kacamatanya dengan serius ketika tak ada satupun mahasiswanya yang bertanya. Di kelas itu hanya ada 20 orang, memang jumlahnya sedikit karena itu adalah kelas khusus sehingga membuat para dosen memiliki ekspektasi tinggi terhadap mahasiswa kelas internasional. Tentu beliau akan marah ketika tak ada satupun yang bertanya.

Changbin mengangkat tangannya. Bukan keinginannya, melainkan sahabat kurangajarnya yang tiba-tiba menarik tangannya.

"Ok, good mr Seo."

Changbin menelan ludah gugup. Ia tak tau apa yang harus ditanyakan karena sedari tadi ia hanya sibuk mengamati wajah Felix tanpa sedikitpun memberikan atensi pada presentasi di depan. Changbin mengumpat dalam hati dan bersumpah tidak akan membiarkan temannya pulang dalam keadaan baik-baik saja.

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang