Love & Life VI

1.9K 324 161
                                    


Satu hal yang akhirnya ku sadari. Kebahagiaan tak hanya datang dari jatuh cinta, tetapi justru bisa datang dengan cara mencintai.
(Boy Candra - Sebuah Usaha Melupakan)


Felix mendorong bahu Changbin untuk melepas ciumannya, namun pemuda itu tak juga mau mundur dan tetap memagut bibir Felix dengan pelan. Changbin tak mengerti dengan apa yang sedang ia lakukan, tapi itu hanyalah gerakan refleks ketika perasaannya sudah tak lagi bisa dibendung. Perkara Felix akan menjauhinya ia tak lagi memikirkannya. Ia hanya ingin mencoba jujur pada hatinya.

Hanya sampai Changbin merasakan asin di lidahnya pemuda itu melepas ciumannya. Hatinya sakit ketika melihat Felix menangis tepat di depan wajahnya. Changbin panik, ia merasa sudah melakukan sesuatu yang salah.

"Felix."

Pemuda itu tercekat tat kala sebuah isakan lolos dari orang yang sangat ia sayangi. Ia hanya ingin menunjukkan perasaan, tapi mungkin caranya salah. Changbin tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa bergerak merengkuh tubuh yang lebih kecil darinya.

"Maaf."

Hanya satu kata itu yang Changbin rapalkan berkali-kali. Ini belum apa-apa, tapi rasanya Changbin sudah gagal menjaga Felix dengan baik. Bahkan sekedar teman pun rasanya ia tak pantas menyebut dirinya begitu.

"Kau bilang tidak menyukaiku," bisik Felix pelan di dalam dekapan Changbin.

Changbin lantas merenggangkan pelukannya, kemudian menatap mata Felix dengan kesungguhan di dalam matanya. Kali ini ia akan benar-benar jujur, entah hasilnya seperti apa, tapi Changbin tetap akan mencoba.

"Aku mencitaimu."

Felix menatap Changbin tak percaya, kemudian melepas pelukannya secara tiba-tiba. Felix ingin bicara, tapi ucapan Changbin membuatnya menahan diri.

"Aku hanya ingin mengatakan itu. Masuklah, besok kita ada kelas pagi. Berangkat bersamaku, ya?"

Changbin mengusak pelan rambut Felix sebelum kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana meninggalkan Felix yang terdiam di depan rumahnya.






Pagi itu tak seperti biasanya. Langit terlihat mendung dan tetesan air hujan berlomba turun membasahi bumi dengan derasnya. Changbin menunggu di depan rumah Felix dengan payung yang melindunginya dari hujan. 10 menit dan pemuda manis itu belum juga menampakkan diri.

"Changbin."

Felix akhirnya muncul dan dengan sigap Changbin memayungi tubuh Felix sampai ke mobil yang ia bawa. Tanpa banyak bicara pemuda manis itu menurut saja dan duduk diam di kursi penumpang sampai Changbin menyusul masuk dan mulai menjalankan mobilnya.

Felix mengedarkan pandangannya, mobil yang ia tumpangi sekarang berbeda dengan yang tadi malam. Interior mobil tersebut didominasi warna pink dan putih. Tidak mungkin jika laki-laki seperti Changbin akan menyukai hal-hal feminim begitu.

"Ini mobil bundaku," ucap Changbin seakan bisa membaca pikiran Felix. Pemuda manis itu hanya mengangguk kemudian kembali diam dan memperhatikan jalan.

"Tadi malam bisa tidur?" Tanya Changbin yang khawatir karena melihat kantung mata Felix.

Felix kembali menatap Changbin kemudian ia mengangguk pelan sebagai jawaban. Padahal kenyataannya tidak, ia tidak menelpon Jisung karena sungkan terus-terusan mengganggu sepupunya. Jadilah ia terjaga sepanjang malam sembari merasa takut dengan keadaan hening di sekitar. Sampai ketika langit mulai agak cerah, dirinya baru bisa tidur selama dua jam.

"Mau minum kopi dulu?"

"Tidak usah, aku tidak mengatuk," ucap Felix dengan senyum di wajahnya.

Changbin menghela nafas kemudian mengemudikan mobilnya ke jalan yang berlawanan dengan kampus mereka membuat Felix kebingungan.

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang