Pagi itu Changbin terbangun ketika hari masih gelap, namun ketika dirinya ingin memejamkan mata sebentar lagi dan memeluk kekasihnya, pemuda manis itu tidak ada di tempatnya. Seketika mata Changbin terbuka lebar. Samar-samar ia mendengar suara dari luar kamar. Changbin bangun kemudian keluar untuk mencari sumber suara tersebut.
"Sayang?"
Felix yang sedang sibuk dengan sebuah buku tipis di tangannya menoleh kemudian berkedip lucu karena terkejut.
"Kakak sudah bangun? Apa aku terlalu berisik?"
Changbin menggeleng kemudian mendudukkan diri di samping kekasihnya. Di depan pemuda manis itu ada beberapa kayu yang masih berantakan. Changbin melirik tulisan yang ada di buku tipis yang dipegang kekasihnya. Disana tertulis "cara menyusun rak kayu" membuat Changbin mengerutkan keningnya.
"Mau menyusun ini?"
Felix mengangguk lucu kemudian kembali sibuk dengan buku panduan menyusun rak kayu itu. Changbin ingin mengambil alih pekerjaan itu, tapi tangannya ditahan oleh kekasih manisnya.
"Kakak kembali tidur saja."
"Biar aku yang menyusunnya, lagipula kenapa tidak bilang semalam?"
"Kasihan kakak pasti sudah lelah bekerja, aku juga ingin mencoba menyusun hal-hal semacam ini," ucap Felix dengan mantap.
Biasanya Changbin yang mengerjakan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan berat. Seperti memperbaiki beberapa alat, mengangkat barang berat, atau seperti sekarang ini, menyusun rak. Itu semua ia lakukan sendirian bukan karena Felix tidak mau membantu, tapi Felix itu cukup ceroboh sehingga terkadang justru merusak barang yang tadinya ingin diperbaiki.
"Kakak tidur sana."
Felix mendorong bahu Changbin pelan agar kembali ke kamar. Ia ingin mencoba menyusun rak itu sendiri. Felix itu laki-laki, ia ingin lebih mandiri dan tidak terus menerus bergantung pada Changbin. Ia merasa kasihan dengan kekasihnya yang sudah sangat sibuk bekerja. Masa iya dirinya justru menambah beban Changbin.
"Hari ini tidak ada kelas?" Tanya Changbin sebelum kembali ke kamar untuk menuruti ucapan Felix.
Felix menggeleng dan tangannya mulai sibuk dengan beberapa kayu di depannya.
"Mau ke toko, rindu aroma kue," ucap Felix sembari mendongak menatap kekasihnya.
Changbin mengangguk kemudian mengecup sayang pucuk kepala Felix dan mengacak rambut halus itu dengan iseng membuat Felix mendengus sebal.
"Sana ah masuk kamar saja."
"Jangan pulang terlalu malam, salam untuk calon mertua," ucap Changbin dan setelahnya segera masuk ke dalam kamar meninggalkan Felix dengan pipinya yang merona.
Felix bekerja seperti biasa di toko kue orangtuanya. Sesekali pemuda manis itu akan mencoba beberapa kue mini yang menggiurkan. Ia terlalu asik mengunyah sampai tidak sadar ada seseorang yang memperhatikannya.
"Jangan makan terus nanti jadi mirip ikan buntal."
Felix terlonjak kaget dan segera berbalik menatap orang yang baru saja mengejutkannya. Matanya berkedip lucu kemudian ketika ia sadar siapa orang di balik masker hitam itu dirinya hampir berteriak namun bisa ditahannya.
Pemuda manis itu lantas menarik orang tadi menuju area dekat dapur yang tidak terlihat dari tempat pelanggan agar bisa bicara dengan bebas.
"Aku kangen!" Ucap Felix sembari memeluk seorang pemuda yang mengagetkannya tadi.
"Maklum, artis papan atas memang sibuk."
Felix mendengus, tapi ya memang benar sih. Kekasihnya kan juga sangat sibuk. Tentu saja, mereka kan satu grup. Jadi, siapa orang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
Fiksi PenggemarKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...