Felix duduk diam di taman belakang rumah Changbin sembari memperhatikan tukang kebun yang sedang membersihkan halaman dari tumpukan salju yang menggunung. Pikirannya kembali terbawa pada hari kemarin ketika Changbin membawanya ke psikiater. Awalnya Felix merasa tidak enak karena jadi merepotkan, namun setelah berkonsultasi pada psikiater itu ia merasa sedikit lega karena bisa menceritakan sedikit masalahnya. Ia juga terkejut ketika dirinya didiagnosa mengalami depresi ringan. Tapi Changbin ada disana, menemaninya yang merasa gugup dengan menggenggam tangannya. Rasanya Felix menjadi agak tenang.
Ketika merasa udara semakin dingin Felix memilih masuk ke dalam kamar untuk menghangatkan diri. Ia mengambil ponselnya kemudian memilih membaca resep kue untuk menghindari kebosanan. Ia juga ingin mencoba membuat kudapan manis itu. Psikiaternya menyarankan agar ia melakukan sesuatu yang disukai untuk mengalihkan perhatian, ia suka memasak maka ia akan melakukannya. Felix sudah memutuskan untuk mencoba bangkit dari keterpurukannnya. Sesuai ucapan Changbin tempo hari, jika ada kesempatan maka lakukan.
Felix keluar dari kamarnya, kemudian mencari Bibi Park di sekitar rumah besar itu.
"Bibi."
Bibi Park yang sedang membersihkan pernak pernik hiasan meja di ruang tengah menoleh ketika Felix berdiri si sampingnya.
"Ada apa, Tuan?"
"Apakah Bibi bisa membuat kue?"
Bibi Park mengangguk.
"Apa Tuan Felix ingin makan kue?"
"Tidak."
"Lalu?"
Felix memainkan jarinya kemudian berucap dengan pelan yang membuat Bibi Park tersenyum.
"Bisakah Bibi mengajariku cara membuat kue yang enak?"
Hari itu, Felix menghabiskan waktunya dengan membuat kue cokelat didampingi Bibi Park yang akan mengarahkannya dan juga mengobrol beberapa hal santai dengannya. Felix merasa lebih baik karena ia sudah menemukan hal yang ia suka sehingga ia tidak lagi merasa bosan.
Changbin kembali pada rutinitasnya yang jarang pulang setelah mengambil cuti 2 hari beberapa waktu lalu. Sedangkan Felix setiap harinya akan tekun membaca resep makanan lain selain kue, lalu dengan malu-malu ia akan meminta Bibi Park untuk mengajarinya memasak menu itu.
Hari ini adalah hari dimana Changbin akan pulang setelah satu minggu bekerja. Felix duduk di pinggir ranjangnya sembari memainkan jarinya karena merasa gugup. Jika Changbin pulang, itu artinya ia harus kembali melayani lelaki itu.
Jantung Felix berdebar kencang, padahal sudah biasanya ia melakukan kegiatan itu bersama Changbin, namun rasanya ia tetap gugup. Sebagai persiapan Felix sudah mengenakan pakaian yang longgar agar Changbin mudah melepaskannya, sepertinya pemuda manis itu sudah terbiasa dengan kegiatan itu sekarang.
Beberapa jam Felix masih diam di kamarnya. Dirinya berkali-kali mengecek jam di ponselnya untuk melihat apakah Changbin sudah akan pulang. Biasanya lelaki itu akan pulang pukul 8 malam, tapi sampai pukul 11 lelaki itu belum juga menampakkan diri. Itu semakin membuat Felix gugup. Mungkin Changbin pulang sedikit terlambat hari itu.
Benar saja, beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki mendekat ke kamarnya disusul dengan suara kenop pintu yang dibuka. Felix mendongak dan mendapati Changbin masih mengenakan pakaian formalnya dengan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai sebatas siku.
"Kau belum tidur?"
Felix bingung mejawab apa, tentu saja ia belum tidur. Meski dirinya mengantuk, tapi ia merasa tidak enak jika tidur terlebih dulu sebelum Changbin melakukan rutinitasnya. Beberapa saat Felix hanya diam sampai sebuah tangan membelai halus pipinya. Felix memejamkan matanya namun jantungnya sudah ribut berdetak kencang untuk mempersiapkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...
![Three Words 2 [ChangLix]](https://img.wattpad.com/cover/227735444-64-k413446.jpg)