Love & Life III

2K 335 160
                                    

Changbin senang, sangat. Bibir Felix sangat lembut menurutnya. Meski hanya menempel sebentar, namun rasanya terus terbayang di kepala Changbin. Hari Minggu pun ia habiskan mendekam di dalam kamarnya sembari terus memikirkan betapa beruntungnya ia.

Tapi ada satu hal yang juga mengganggu pikiran Changbin. Ia takut setelah ini Felix akan menjauh darinya. Kemarin malam saja pemuda manis itu jadi tiba-tiba diam dan tidak banyak bicara. Tapi Changbin tidak boleh menyerah secepat itu.

Senin pagi pukul 8.35 Changbin sudah berada di depan gerbang rumah Felix bersama motor matic kesayangannya. Sesuai kesepakatan barter dua hari yang lalu, ia akan memberi tumpangan untuk Felix.

Beberapa saat Changbin menunggu di luar, Felix keluar dari rumahnya dengan pakaian yang sudah rapi. Changbin tak akan pernah berhenti merapalkan pujian untuk pemuda manis itu. Apapun yang Felix kenakan selalu cocok dan membuatnya terlihat semakin manis.

"Maaf aku lama, tadi mencari sebelah sepatuku yang dibawa kucing," ucap Felix sembari berlari kecil ke arah Changbin.

"Tidak apa-apa santai saja, yang penting kau tidak ikut dibawa kucing. Kau bawa helm?"

Felix mengangguk kemudian menunjukkan helmnya yang berwarna biru pada Changbin. Sedangkan helm Hyunjin sudah ia kembalikan ketika bertemu dengan pemuda itu di rumah Changbin hari Sabtu lalu.

"Ya sudah ayo naik."

Tanpa banyak bicara Felix segera naik ke boncengan motor Changbin. Selama di perjalanan keduanya hanya diam. Changbin yang memang selalu canggung dan tidak bisa membuka percakapan, dan Felix yang sepertinya masih merasa kikuk berdekatan dengan Changbin setelah insiden pertemuan bibir mereka.

"Felix."

Changbin mencoba mencari peruntungan. Ia memberanikan diri terlebih dulu memanggil Felix.

"Iya?"

"Nanti siang setelah kelas, mau ke mall tidak?"

"Ada sesuatu yang ingin kau beli?"

Changbin mengangguk, kemudian Felix ikut mengangguk setelahnya.

"Ya sudah ayo, kan aku hanya menumpang jadi aku ikut denganmu saja."

Changbin bersorak senang dalam hati. Sebenarnya itu modusnya saja agar bisa lebih lama bersama Felix. Nanti biar ia beli baju atau apalah di mall, yang penting Felix bersamanya.

"Tapi nanti aku mau ke perpustakaan kota dulu sebentar tidak apa-apa? Kalau kau buru-buru biar aku pulang sendiri saja."

Changbin menggeleng kencang sampai motornya sedikit oleng, kemudian dengan segera ia kembali menyeimbangkan motornya. Kalau sampai jatuh kan repot, ada berlian yang sedang ia bawa.

"Nanti aku temani, tenang saja."

"Terima kasih," ucap Felix sembari tersenyum manis. Changbin yang melihatnya dari spion kan jadi makin cinta.







"Cari buku apa?"

"Novel yang sudah lama ingin aku baca. Aku sudah mencarinya ke toko buku tapi tak juga aku temukan sampai seseorang memberitau jika novel itu ada disini."

Changbin mengangguk dan kembali mengikuti langkah kaki Felix menyusuri deretan rak tinggi di perpustakaan kota. Disana adem dan tenang, mungkin jika Changbin datang sendiri pemuda itu sudah tertidur pulas di salah satu kursi.

"Ah ketemu!"

Felix mengambil satu novel di rak ketiga dan Changbin dengan penasaran membaca judulnya.

Sebuah usaha untuk melupakan. Novel itu terlihat seperti sebuah novel romansa yang sedih jika hanya dilihat dari judulnya.  Changbin jadi semakin tertarik, seseorang dengan kepribadian ceria seperti Felix ternyata menyukai hal-hal melankolis juga.

Three Words 2 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang