Felix itu nekat. Ia mendeklarasikan diri sebagai laki-laki berjiwa besi anti karat, tidak akan pernah rapuh dan terus kuat. Apapun resikonya akan ia jalani dan lakukan saja tanpa berfikir dua kali. Namun satu tindakannya justru membawanya kepada satu permasalahan hati. Ia menolak, tapi.... Tidak bisa ia hindari.
"Kenapa diam saja?"
Changbin menoleh sekilas pada pemuda manis di sampingnya yang sedari tadi hanya diam menatap jalan raya. Padahal tak ada yang menarik untuk dilihat disana. Felix tak bergeming, hanya diam pada pikirannya. Lebih tepatnya, ia tak sanggup menatap ke arah dosennya.
"Felix?"
Ketika tak juga mendapat jawaban, Changbin memilih menyalakan radio untuk menghilangkan keheningan.
Felix masih diam. Mulutnya memang diam, namun dalam pikirannya sangat berisik karena sedang bergelut mencoba menghilangkan bayangan ketika di tempat parkir. Ia memang pernah berciuman dengan dosennya, namun kecupan tadi rasanya berbeda untuknya.
"Melamunkan apa?"
Felix terperanjat ketika sebelah tangannya digenggam tangan Changbin. Rasanya hangat.
"Tanganmu dingin, mau aku matikan saja acnya?"
"Tidak. Tidak apa-apa," jawab Felix sembari menarik tangannya dari genggaman Changbin. Ia berusaha namun dosennya itu justru menggenggamnya lebih erat.
"Sebentar saja. Aku mau merasakan apa yang orang-orang rasakan ketika berkencan. Ternyata menggenggam tangan orang yang disukai ketika berkendara menyenangkan juga."
Felix kembali memalingkan wajahnya ke arah jalan di sampingnya. Jika ia menonton film atau drama, rasanya adegan seperti ini terlihat menggelikan untuknya. Tapi kenapa ketika ia sendiri yang mengalami rasanya itu manis sekali?
"Makan dulu ya, Fel?"
"Eh? Tidak usah, Pak. Saya tidak lapar."
"Aku akan terlihat seperti laki-laki tidak bertanggungjawab jika memulangkan seseorang dengan keadaan lapar setelah berkencan. Karena kau pergi denganku, jadi kau adalah tanggungjawabku."
Mereka itu tidak berkencan. Changbin kan hanya menemani Felix pergi ke pesta temannya. Tapi Felix enggan protes seperti biasanya. Tidak tau juga kenapa.
"Mau makan dimana?"
"Terserah Pak Changbin saja."
Saat ini dua pemuda beda usia itu sedang duduk di kursi yang terdapat di depan sebuah minimarket dekat rumah Felix. Tadinya Changbin sudah berhenti di sebuah restoran namun Felix menolak makan disana. Katanya makanan mahal tidak membuatnya kenyang.
Akhirnya pemuda manis itu meminta makan di minimarket saja, memakan makanan instan seperti mahasiswa pada saat akhir bulan.
"Makan lagi, sayang."
"Saya sudah makan banyak, Pak."
Felix rasanya mual karena daritadi Changbin terus memberinya berbagai macam makanan. Dari mie instan, sosis, sandwich, onigiri dan berbagai macam makanan lain yang dijual di minimarket. Ia sudah menolak tapi Changbin terus saja menyuruhnya untuk makan banyak. Dipikirnya usus Felix sampai jempol kaki apa.
"Mau makan apa lagi?"
"Sudah kenyang."
"Padahal kalau kau minta seluruh isi minimarket untuk dibeli juga akan ku belikan."
Felix mendengus geli mendengar ucapan dosennya. Berlebihan sekali lelaki itu.
Si pemuda manis menumpukan kepalanya pada sebelah tangan kemudian menatap dosennya dalam diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
FanficKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...