Cinta datang karena terbiasa, begitu kata orang. Namun sebagian lain mengatakan jika kebiasaan terus bersama menyebabkan perasaan benci pada seseorang. Jadi, Felix memilih yang mana?
"Aku harus mengenakan baju apa?"
Felix merengut di ujung ranjang sembari memperhatikan lantai kamarnya yang sudah berantakan dengan baju-baju berserakan. Tadinya ia tidak ingin pergi bersama Changbin, tapi entah kenapa dirinya justru menkhawatirkan akan mengenakan baju apa nanti.
"Bocah sialan, kau membuatku pusing."
Felix bangun dan segera membereskan bajunya untuk ditata ulang di dalam lemari. Ia sudah memutuskan untuk tidak pergi. Felix gengsi. Setelah kamarnya kembali rapi, pemuda manis itu kembali ke ranjang dan membaringkan diri disana.
"AAAAA KENAPA BEGINI?!"
Baru beberapa menit Felix berbaring, pemuda manis itu kembali bangun dan mengambil acak bajunya di lemari.
"Tidak peduli, mau pakai baju apapun juga tidak berpengaruh," ucapnya dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri agar wangi. Loh? Katanya tidak ingin pergi? Ah, hati mana bisa diprediksi.
Setengah jam berlalu Felix sudah berdiri di depan cermin kamarnya sembari memperhatikan dirinya. Kaos hitam dan juga celana jeans hitam. Ia berkedip menatap pantulan dirinya.
"Kenapa aku terlihat seperti ingin melayat? Apa aku harus ganti baju?"
"Pakai baju apapun juga tetap manis."
Felix refleks melompat terkejut sampai menabrak lemari ketika ia melihat Changbin berada di belakangnya secara tiba-tiba. Pemuda manis itu melotot lalu menunjuk Changbin dengan penuh emosi.
"KAU SEDANG APA DISINI BOCAH SIALAN?!"
Changbin hanya diam kemudian menunjuk ke arah jam yang ada di kamar Felix.
"Lihat ini sudah jam berapa, Kak."
Felix semakin melotot ketika melihat jam. Ia berjalan mendekat dan menjambak rambut Changbin dengan tega. Ia kesal. Changbin bermain-main lagi dengannya.
"Ini masih jam 7!"
Changbin meringis sakit dan menahan tangan Felix agar berhenti menjambaknya. Padahal ia sudah menghabiskan waktu satu jam untuk menata rambutnya agar terlihat tampan, tapi malah diberantaki lagi oleh kakak manisnya.
"Aku kan sudah bilang kalau aku akan menjemput kakak manis jam 7."
Felix melotot dan mencubit lengan Changbin kencang.
"Kau bilang jam 8! Kau masih muda tapi sudah pikun hah?"
"Ah benarkah?"
Felix emosi. Changbin sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah karena sudah membuatnya jantungan dan kesal. Rasanya ia tidak ingin pergi, tapi ia juga ingin pergi. Felix bingung sendiri dengan perasaannya.
Cup
"Aku tunggu di luar sampai kakak selesai."
Felix membeku di tempatnya, Changbin kembali mengecup bibirnya untuk kesekian kalinya dan anak itu dengan santainya pergi begitu saja keluar dari kamar Felix.
"ENYAH KAU BOCAH!"
Changbin sedang bermain ponsel di ruang tamu ketika ada sosok kakak manisnya berdiri di depannya tanpa suara. Bocah itu mendongak kemudian senyum mengembang di wajahnya. Felix terlihat begitu manis dengan jeans biru dan hoodie berwarna dusty pink, sederhana namun sangat manis. Rambut pirangnya hanya disisir rapi dan poninya dibiarkan menutupi kening pemuda manis itu. Changbin semakin jatuh cinta saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...
![Three Words 2 [ChangLix]](https://img.wattpad.com/cover/227735444-64-k413446.jpg)