"Meski kita memulai kencan dengan cara yang mudah, namun bukan berarti kita bisa mengakhirinya dengan mudah juga. Hubungan seperti ini bukan hanya untuk main-main, Fel. Aku akui cintaku belum sebesar yang kau punya, tapi kita sudah terikat dan aku sudah jatuh padamu. Lalu apa? Kau mau meninggalkanku? Katakan padaku ada apa. Ini bukan Felix ku. Hubungan kita bukan hanya sebulan dua bulan. 4 tahun, Fel! Demi Tuhan kita sudah bersama selama 4 tahun! Ada apa denganmu?"Changbin menghela nafas putus asa kemudian berjongkok seiring dengan turunnya air mata.
Dulu Felix adalah pemuda yang ceria. Tak pernah menyerah dan selalu menggebu. Ia tak sungkan mengungkapkan apa yang dirasa, tapi sekarang pemuda manis itu sudah berbeda. Sejak mereka berkencan pikiran pemuda manis itu jadi rumit. Selalu memikirkan hal-hal buruk yang berkemungkinan terjadi. Changbin tidak suka. Perasaannya nyata. Ia tak suka diragukan.
"Kau tau kalau aku sangat mencintaimu kan?" Tanya Changbin dengan pandangan putus asa dan suara terbata karena menahan tangisannya. Felix juga menangis. Namun ini terasa begitu berat untuknya.
"Aku sangat mencintai kakak."
"Lalu kenapa minta putus?!"
"Aku... Merasa tidak enak pada keluarga kakak."
Changbin berdiri dengan wajah meradang. Ia marah. Kecewa. Ia sangat sedih.
"Lagi?! Kita sudah membahasnya! Apa aku perlu menyetubuhimu di depan mereka agar kau percaya seberapa besarnya aku mencintaimu sampai berani melawan mereka dengan cara itu?"
"Mereka keluarga kakak! Jangan gila!"
"Aku akan lebih gila jika kau pergi meninggalkanku!"
"Bukankah kakak pernah bilang di usia kakak seharusnya mencari yang mau serius dengan kakak?"
"Kau tidak mau serius denganku?"
"Bukan begitu!"
"LALU APA?!"
Changbin emosi. Benar-benar tak bisa mengatur emosinya. Ini pertama kalinya ia bisa seperti ini. Hanya karena satu sosok yang dulu selalu menggodanya.
"Aku tidak seharusnya menghancurkan masa depan kakak. Dulu aku terlalu naif dan hanya memikirkan kebahagiaanku saja. Tapi sekarang tidak, segalanya sudah berubah. Tidak seharusnya aku menahan kakak untuk tetap bersamaku."
"Demi Tuhan Lee Felix ada apa denganmu?"
"Aku tidak bisa punya anak, Kak. Kakak tidak akan punya keturunan. Aku laki-laki. Tidak bisa hamil. Tidak bisa melahirkan. Jika aku bisa, aku ingin jadi wanita agar hubungan kita bisa lebih bahagia. Tapi aku tidak bisa. Kenyataannya aku tetaplah seorang lelaki yang menjijikkan karena mencintai lelaki lainnya."
"Apa menurutmu aku juga menjijikkan karena aku mencintaimu?"
Felix menggeleng kencang sebagai jawaban.
"Tidak! Kakak luar biasa. Aku masih selalu kagum pada kakak. Hanya saja aku tidak bisa mewujudkan keluarga bahagia seperti yang orang lain jalani."
"Diamlah."
"Kak, ayo kita berpisah."
"Ku mohon diamlah."
"Kak."
Changbin tak tahan lagi. Dengan segera ia membungkan mulut Felix agar tak lagi mengucapkan hal-hal tak masuk akal. Changbin sangat mencintai kekasihnya. Benar-benar jatuh padanya.
"Mphh."
Suara kecipak bibir terdengar jelas di tempat sepi itu. Dengan segera Changbin menarik tubuh Felix masuk ke kamar dan menjatuhkannya ke ranjang. Felix menahan dada Changbin namun lelaki itu tak peduli dan kembali meraup bibir kekasihnya.
Karena emosi dengan segera ia melucuti seluruh pakaian kekasihnya dengan kasar. Masih dengan air mata di pipinya ia juga membuka bajunya dan segera menghujamkan miliknya di dalam kekasihnya tanpa persiapan.
Felix menjerit sakit. Mengerang. Kemudian mendesah nikmat merasakan hentakan keras dari kekasihnya. Ia mendongak, menjambaki rambut kekasihnya dan mendesah keras bersamaan dengan air mata yang terus mengaliri wajahnya.
Changbin bergerak kasar. Menghentak keras sampai terdengar jeritan mendamba kekasihnya. Itu caranya untuk membungkam kekasihnya dan menghentikan rasa sakit yang terus menjalari hatinya.
Perdebatan mereka malam itu berakhir dengan pergumulan panas mereka di ranjang bersamaan dengan rasa sakit di hati yang belum tersembuhkan. Berkali-kali. Sampai keduanya lelah dan terlelap meninggalkan kenyataan yang menyakitkan untuk sejenak.
Cinta bukan soal siapa dia, bukan soal bagaimana mereka bertemu dan mulai mendamba. Cinta tak hanya perihal saling mencintai lalu mereka bisa bersama. Ada banyak faktor lain yang juga harus diperhatikan ketika mencinta. Salah satunya keluarga. Namun ketika cinta itu menggelapkan pikiran, maka segalanya akan runyam.
Termasuk hari itu. Minggu pagi terdengar suara ambulance di depan sebuah gedung apartemen. Petugas medis keluar dengan membawa dua kantong mayat diiringi tangisan histeris dari wanita paruh baya yang melihat dengan mata kepalanya sendiri jika anaknya telah tiada.
Malam sebelumnya, setelah mereka melakukan pergumulan panas mereka, Changbin terbangun dari tidurnya dan membunuh kekasihnya. Beberapa menit kemudian, setelah dirinya mengecup sayang bibir Felix untuk terakhir kalinya, pemuda itu menyusul pujaan hatinya.
Jika memang hati tak bisa bersatu di dunia nyata, setidaknya mereka bisa terbebas dari adanya keluarga di dunia lain yang jauh disana. Changbin hanya ingin bahagia bersama kekasihnya. Selamanya.
Seo Changbin dan Lee Felix.
Ini bukan sad ending. Mereka tidak terpisah bahkan sampai akhir hayat mereka. Mereka hanya bersama, di tempat yang berbeda.Ini cerita yang beberapa waktu lalu menggemparkan dunia persilatan wkwk. Beberapa hari yang lalu aku update ini jam 3 pagi dan aku unpub jam 7.30
Banyak yang nanya kenapa dihapus. Ya karena ini tulisan iseng. Tapi karena banyak yang minta, yaudah aku publish lagi. Cuma aku tambahin dikit di bagian akhir dan selebihnya nggak diedit, jadi kalo nyeleneh ya maafkan.Jadi, sebenernya ini sogokan, karena minggu ini aku nggak update Sunshine dan Renjana. Hehe. ✌️
![](https://img.wattpad.com/cover/227735444-288-k413446.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 2 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : 2020, June 2nd Ended : 2020, September 9th ⚠️BXB AREA⚠️ Ini hanyalah fiksi, aku cuma meminja...